Bab 3: Malam Yang Penuh Gairah

4.6K 40 1
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

.

Aku kepayahan akibat permainannya yang spektakuler, tubuhku begitu lemas namun aku masih menginginkannya. Cairan bukti gairah kami bercampur dengan keringat membuat sekujur tubuhku lengket dan membuat tak nyaman. Ku lihat mas Pramudya terlelap dengan semua pelampiasannya. Dengan tubuh telanjang, perlahan aku berusaha bangkit untuk membersihkan diri.

Berdiri di bawah shower, tubuhku dihujani air dingin yang menusuk-nusuk kulit. Tubuh yang kotor ini tak akan pernah bersih betapa berusahanya diriku membersihkannya. Setetes air mata lolos lalu jatuh bersamaan dengan air yang menuruni tubuhku dan tubuhku ikut rubuh seketika tatkala melihat betapa kejamnya takdir mempermainkan-ku. Seumur hidupku akan aku habiskan dengan perbuatan hina seperti ini. Tanpa bisa aku hindari. Kebahagiaan seakan-akan enggan menyertaiku dan hanya kehidupan kejam yang senantiasa menemani.

Lima belas menit kemudian aku keluar dari kamar mandi dan mendapati kasur dalam keadaan kosong. Sprei dan selimutnya berceceran. Kemana kiranya mas Pramudya. Dibalut bathrobe –yang sama minimnya dengan gaunku—ku raih dalaman-ku dan melihat kondisi gaunku yang mengerikan. Mungkin ini sudah saatnya gaunku menjadi lap pel. Mungkin aku harus puas pulang dengan hanya memakai celana dalam di balik kardigan.

Di tengah kebingungan-ku, terdengar pintu dibuka. Ku lihat mas Pramudya tersenyum dengan cerahnya sambil menenteng sebuah kantong kertas ber-branded. “Dari mana sih mas? Lisa nyariin loh.”

“Mas abis nyari baju buat kamu. Masa iya Lisa yang cantik ini pulang gak pake apa-apa.”

“Ih mas bisa aja bercandanya.” jawabku sambil menerima tas jinjing itu dan melihat baju yang diberikan oleh mas Pramudya.

“Mas harap baju itu bukan baju favorit kamu.” Matanya tertuju pada gaun merah-ku yang teronggok di lantai.

“Hmmm... sebenarnya Lisa suka sama baju itu, tapi ya udah gapapa deh nanti Lisa beli lagi.”

“Mas juga suka baju itu. Tapi Lisa bakalan lebih suka yang ini.” Mas Pramudya menampilkan tatapan cabul. Jakunnya naik turun mengundang curiga.

“Seriusan nih? Kalisa buka yah.”

Dan ternyata baju ini tak lebih baik dari secuil kain sebelumnya. Gaunnya memang cantik. Kupikir ini taburan Swarovski yang mahal itu. Hanya ada dua tali tipis yang menjadi tempat bergantungnya kain yang melengkung sangat vulgar –kupikir tak bisa menutupi dadaku—dan bagian bawahnya sama pendeknya dengan gaunku, mungkin lebih.

“Lisa suka mas.” pekik-ku pura-pura girang.

“Kalau mas lebih suka gak ada yang ngehalangin gini.” bisiknya sensual sambil melepas tali jubah mandi-ku.

Rambut setengah basah-ku terurai dan menetes membasahi payudara dan bergerak perlahan semakin ke bawah. Tubuh telanjang-ku kembali tersuguh di depan pria yang sepertinya takan pernah puas dengan tubuhku. Dengan sekali sentak ia lepaskan bathrobe hingga meluncur dengan indahnya melewati tubuhku. Tubuhku kembali terhempas di atas kasur dan dengan membabi buta mas Pramudya kembali menggerayanginya. Ia kulum bibirku hingga menimbulkan bunyi kecipak yang sensual.

Bibir kami saling berpaut dengan benang saliva yang saling tersambung dan peraduan lidah kami yang saling lilit dan bermain dengan liarnya. Lidah lihainya mengabsen gigi-gigi ku. Sambil meraup udara, mas Pramudya mulai menurunkan jajahannya melewati leher dan bermain-main kembali bersama buah dadaku yang sepertinya membuatnya kalap. Dengan rakusnya ia menyedot payudaraku bergantian seperti bayi yang kelaparan. Aku merasa sedikit berbangga dengan ukuran buah dadaku yang besar, kencang dan padat ini.

Setitik Temu di Ujung Sendu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang