Bab 30: Hingga Pada Akhirnya

269 8 2
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

.

Seperti kebanyakan wanita tak terhormat lainnya, aku pergi meninggalkan mas Pram beserta impian manisnya berumah tangga denganku. Jika harus jujur, aku bahagia... amat bahagia ketika ada yang bersedia membagi luka hidupku. Namun, luka hidupku terlalu banyak dan tidak akan ada akhirnya. Jangan biarkan hitamnya duniaku menodai hidup indah dan bergelimangan cahaya milik mas Pram. Aku tahu terlalu berlebihan untuk mengklaim hidup mas Pram selalu indah --aku menyaksikan sendiri kesulitan hidup yang ia hadapi. Maka dari itu, aku sadar diri untuk tidak membagi kisahku yang kelam dengan pria sebaik mas Pram. Aku tidak menginginkannya.

Mas Pram mencoba mendatangi klub --yang ku dengar dari mbak Yun. Aku sudah lama mengganti nomor ponsel semenjak lamaran tempo hari. Mas Pram pernah mencoba datang ke rumah, aku tetap bersembunyi di kamar sampai warga sekitar mengusir mas Pram yang membuat kegaduhan. Aku bolos kuliah, jelas hal itu membuat jalan mas Pram menemuiku berujung buntu. Aku benar-benar menghindari menunjukan diri sehingga tidak ada kesempatan bagi mas Pram untuk menemuiku yang hina ini. Aku merasa bersalah besar karena lagi-lagi bisanya menyakiti orang saja.

Hidupku benar-benar kacau dan dikutuk.

Entah dengan apa aku bisa menebus dosa pada mas Pram atas segala kebaikannya yang aku balas dengan penghinaan dan penolakan. Kalau saja aku hidup seperti wanita terhormat yang normal, aku bersumpah akan berbuat kebajikan seumur hidup jika berhasil menikahi mas Pram.

Sudah aku bilang sebelumnya bukan, tidak akan ada cerita dongeng percintaan disini. Di telingaku kisah romansa begitu bagai sebuah kebohongan yang dikarang oleh orang tua untuk anaknya yang bandel.

"Pram datang lagi, kali ini penampilannya makin parah."

Mbak Yun, aku akui salut padanya karena sempat-sempatnya memotret mas Pram yang duduk dengan tatapan menyisir klub --mencariku. Air mataku menetes tanpa bisa dicegah melihat hari-hari berlalu telah menyedot habis gairah di matanya. Jelas dalam foto mas Pram tidak mengurus diri dengan baik. Hatiku merepih karena aku penyebab semua ini.

"Aku sedih lihat mas Pram begini. Tapi aku bakalan lebih sedih kalau mas Pram terlibat dalam masalahku, mbak." Aku mengatakan kecemasan purba yang menduduki tingkat tertinggi ketakutanku saat ini.

"Dia pria yang baik." Komentar mbak Yun singkat.

Aku angguk singkat menyetujui komentarnya. Pria yang baik tidak pantas berdampingan dengan iblis jahat seperti diriku --berpenyakit dan membawa janin tak jelas asal-usulnya.

Dengan nada melamun, mbak Yun tiba-tiba berkomentar, "Jika mas Pram rela menerima masa lalu dan bersedia menata masa depan yang lebih baik--"

Aku menyela terburu-buru. "Jangan pernah mbak sekali-kali berpikir aku bisa hidup dengan mas Pram."

Mbak Yun menggeleng pilu, "Lesa... mbak cuma--"

"Gak akan bisa mbak. Dunia kami berbeda." Ketakutan membagi kisah kelamku pada mas Pram begitu mendominasi.

"Lesa." Mbak Yun lagi-lagi mencoba meyakinkan aku. Aku tahu mbak Yun hanya peduli. Dan melihatku yang belakangan hanya bermuram durja sebab patah hati karena cinta, mungkin membuatnya berpikir dengan bersama mas Pram akan menyelesaikan semua kegalauan ini.

Hidupku lebih sulit daripada romansa remaja tanggung.

"Bukannya mbak sendiri yang bilang jangan terlibat urusan cinta dengan klien. Mas Pram adalah klien-ku. Hubungan kami dimulai dan berakhir di ranjang."

Mengingat hal itu membuat aku hampir menangis lagi. Bayangan kencan panas di pulau hanya berduaan serta permainannya yang membuat aku ketagihan menari-nari di pelupuk mataku. Momen magis yang akan selalu menjadi bagian paling indah di hidupku yang kacau.

Setitik Temu di Ujung Sendu [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang