BAB 14: Karena Gara Segalanya

101 30 6
                                    

Satya tidak tahu jika ternyata, pertemuannya dengan Gara di UKS hari itu adalah terakhir kalinya mereka bertemu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satya tidak tahu jika ternyata, pertemuannya dengan Gara di UKS hari itu adalah terakhir kalinya mereka bertemu.

Satya juga tidak pernah menyangka jika ternyata, setelah hari itu mereka berdua tidak bisa lagi berbicara.

Pagi ini, hari di mana seharusnya Satya berangkat ke kota untuk ikut pelatihan olimpiade Kimia, hari ini juga Satya membatalkannya. Mendengar kabar bahwa Gara telah meregang nyawa akibat kecelakaan mobil tadi malam sampai masuk ke jurang, sejak saat itu semesta Satya sudah tidak pernah baik-baik saja. Segalanya berantakan dan kini, bahkan mungkin ketika ia kembali ke rumah dan Ayah tahu jika ia tidak jadi ikut ke kota, Satya sudah sangat menyiapkan diri kalau tiba-tiba Ayah marah di sana.

Apapun resikonya, Satya sudah sangat siap menerima semuanya.

Langkah panjang Satya bergerak sedikit jauh dari gadis di depannya. Pemuda itu menatap punggung Jingga yang lemah dengan sorot mata yang tidak terbaca. Ada banyak luka di punggung itu yang terlihat jelas di mata Satya. Seolah-olah luka di sana memang begitu parah dan Satya yakin selamanya luka itu tidak ada obatnya.

Perihal kehilangan, Satya paham betul bagaimana rasanya. Seperti besok dunia akan hancur dan itu sama sekali tidak menyenangkan. Satya juga bisa menjamin, di sana Jingga juga merasakan yang namanya ... sendirian.

Tidak ada suara sama sekali di jalan yang mereka berdua lalui. Hanya ada sosok Jingga yang sesekali menyeka sudut matanya di sana. Sesekali juga Satya menghela napas panjang sebab Jingga tidak kunjung menghentikan langkahnya berjalan.

"Hidup lo nggak akan berhenti sekalipun Gara udah pergi."

Suara Satya menggema di antara beku-beku di sana. menghancurkan dinding tinggi ada di antara mereka. Awalnya, Jingga tidak peduli itu suara siapa, tapi ketika nama Gara mulai di bawa-bawa, Jingga jelas tidak bisa diam di tempatnya.

Satya ikut menghentikan langkahnya. Menatap lurus pada Jingga yang terdiam lama. Namun, baru saja Satya ingin kembali membuka suara, ternyata suara Jingga berikutnya menggema lebih lantang dari yang ia duga.

"Karena Gara udah pergi, sekarang lo harus berhenti. Jangan bawa-bawa nama Gara lagi. Jangan cari masalah di sini," ucap Jingga lengkap dengan wajah dingin di depan sana.

Satya terdiam setelahnya, tidak berbicara atau sekedar melangkah mendekat pada Jingga. Pemuda itu hanya terus memikirkan perihal luka yang Jingga punya. Luka tentang Gara, sosok yang dari dulu ingin Satya hilangkan dari dunia, tapi sekalipun dunia bergerak padanya Satya tetap tidak akan bisa melakukannya.

Namun, lebih dari yang Satya duga, ternyata dunia benar-benar menelan Gara. Tanpa ada persetujuan darinya.

"Sekarang lo sendiri-"

"Nggak ada hubungannya sama lo," potong Jingga detik itu, selanjutnya langsung memilih berlalu. Ketimbang banyak berbicara pada Satya di sana, lebih baik Jingga pulang ke rumah. Ada Bapak yang harus ia jaga dan Satya, lelaki itu tidak pernah berarti apa-apa di hidupnya.

Jendela Rasa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang