BAB 16: Sehari Sebelum Ulang Tahun Satya

86 34 4
                                    

Besok adalah hari ulang tahun Satya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Besok adalah hari ulang tahun Satya. Dan untuk itu Senja sudah menyiapkan banyak hal untuk adiknya di rumah. Senja minta bantuan ke Bi Intan untuk membuat banyak makanan besok. Senja juga sengaja bersih-bersih rumah saat Ayah ada di kantornya. Biasalah, kalau Ayah ada, mana mungkin Senja berani melakukan banyak hal di rumah.

Gadis itu berlari lagi ke dapur. Bergerak cepat melihat Bi Intan yang baru saja selesai memasukkan kue ke dalam oven.

“Bi. Satya dikasih tahu nggak, ya, tentang ini?”

“Kalau Mbak Senja nggak sedang merencanakan kejutan ala-ala orang yang ulang tahun. Saran Bibi mendingan Mas Satya dikasih tahu aja, Mbak. Mas Satya, kan, nggak suka basa-basi. Apalagi jenis pesta kayak gini.” Bi Intan tertawa setelahnya. Sementara Senja jadi senyum-senyum di depan wanita itu.

“Satya jam berapa pulang, Bi?” tanya Senja lagi. Makin bersemangat menyambut kepulangan Satya.

Bi Intan melirik kecil sambil sesekali memperhatikan gerakan Senja yang terlihat begitu bahagia.

“Besok malam, Mbak.”

Seharusnya, di hari bahagia anak itu besok, Ayah tidak mengirim Satya ke kota untuk pelatihan olimpiade. Tapi ini juga salah Satya yang melewatkan latihannya minggu lalu sebab kabar duka yang datangnya dari Gara.

Berbicara tentang Gara, jujur saat pertama kali mendapat kabar bahwa lelaki itu telah tiada akibat jadi salah satu korban kecelakaan, semesta Senja langsung terhenti detik itu juga. Hari itu Senja baru tiba di sekolah dan saat langkahnya baru memasuki gerbang depan, banyak murid berlarian keluar. Dan saat Senja bertanya pada salah satu temannya, katanya Gara telah tiada.

Senja tidak datang ke pemakaman Gara. Akan tetapi, dua hari setelahnya Senja baru ke sana bersama Bi Intan. Benar sekali, hari itu Ayah sedang ke luar kota. Mana mungkin Senja boleh ke mana-mana saat Ayah ada di rumah? Jelas tidak bisa. Perintah Ayah adalah segalanya, tidak bisa ditawar-tawar.

Senja tidak banyak mengenal Gara. Walaupun wajah anak itu sering seliweran di depannya saat di sekolah, dan pertama kali mereka berbicara adalah pada saat lelaki itu menabraknya. Mungkin, jika insiden itu tidak terjadi, mana mungkin Senja tahu Gara itu siapa.

Karena dari awal, Senja memang tidak mau mengenal Gara lebih banyak dari Satya. Senja tidak mau punya banyak hubungan yang berkaitan dengan Satya. Sebab, hubungan yang ada antara Gara dan Satya, memang seharusnya tidak perlu ada Senja di sana. Dan saat kini Gara bahkan sudah tiada, maka biarkan Senja mengambil seluruh tanggung jawab Gara menjaga Satya. Sepenuhnya.

“Akhir-akhir ini, Mas Satya jarang bicara, ya, Mbak.”

Senja menoleh pada Bi Intan. Mengedipkan mata selanjutnya mengangguk begitu saja.

“Dia masih diselimuti sedih, Bi. Ya, kalau aku jadi Satya juga pasti bakalan jauh lebih parah. Palingan Bibi udah nggak akan pernah denger aku ngomong lagi.”

Jendela Rasa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang