BAB 30: Gadis Dengan Hati Yang Mudah Terluka

105 29 6
                                    

Payung Teduh - Untuk Perempuan Yang Sedang Dalam Pelukan

🍁🍁🍁

Benar, Satya adalah anak kandung Ayah. Satya adalah darah daging Senandika. Dan karena mereka adalah keluarga, di sini justru Senja merasa bahwa dia bukanlah siapa-siapa. Dia tidak berharga. Selamanya dia tidak punya rumah. Bahkan, saudara kandungnya saja sudah membuangnya. Lantas, ke mana kini Senja harus pulang jika saat ini saja Senja sudah tidak punya siapa-siapa?

Namun, ternyata Senja hanya sedang melupakan satu nama. Nama yang bahkan tidak pernah melupakan Senja selamanya. Nama yang selalu ada di sisi Senja sekaligus Senja menganggapnya telah tiada atau bahkan tidak pernah ada di hidupnya.

Angkasa. Nama itu adalah Angkasa. Lelaki yang ia tidak tahu saat ini ada di mana. Apakah selama ini Angkasa menghabiskan makannya dengan baik? Hidup dengan sehat? Argh! Kenapa harus Angkasa, Tuhan?

Senja menoleh sesaat pada sebuah rumah saat taksi yang ia naiki telah terhenti. Menatapnya sangat lama lalu setelahnya Senja turun dari sana. Gadis itu tidak bicara, mengesampingkan sosok Angkasa sebelum kemudian melangkahkan kaki mendekatinya.

"Aneh, tapi setiap kali aku ke sini, aku selalu seperti ada di rumah."

Senja melangkah saja. Tidak memperhatikan sekelilingnya. Tidak peduli selarut apa dirinya datang ke tempat ini. Sebab, di sini ada sosok yang ingin sekali Senja temui. Yang terakhir kali mereka bicara, hanya menciptakan luka saja di antara mereka.

Maka, untuk pertemuan kali ini, Senja ingin menebusnya. Senja ingin mengganti luka yang ia berikan pada adiknya dengan segenap cinta yang ia punya.

Senja ingin mengatakan pada Jingga, bahwa sekalipun mereka jarang bersama, jarang bicara, selamanya mereka tetap bersaudara. Mereka lahir dari rahim yang sama. Yang sekalipun Jingga begitu membenci kelahirannya, itu tidak pernah menghapus fakta, bahwa mereka berdua sama-sama lahir dari rahim Senandung Serenata.

"Aku harap kamu nggak sakit lagi hatinya. Aku juga berharap, kamu bisa nerima aku seperti sebelumnya."

Sampai pintu yang Senja ketuk beberapa detik lalu kini terbuka, sampai saat itu Senja tidak berhenti untuk menahan napas di sana.

Hanya ada senyuman saja yang menyambut Senja lebih dari apa yang gadis itu kira. Yang setelah Senja membalas senyumannya, ada sebuah cerita yang tercipta di sana.

"Bapak ..."

Sebuah cerita yang semala ini menjadi rahasia Senja dan Mama.

"Aku pulang ..."

Yang tanpa Jingga tahu mengenai kebenaran, bahwa hidupnya penuh akan kepalsuan.

Keduanya hanya saling tersenyum. Senja juga tidak lagi mengatakan apa-apa karena detik setelahnya Bapak langung membawanya masuk ke dalam.

Gadis itu terdiam di belakang Bapak yang tengah membawanya pada sebuah kamar. Mengabaikan dirinya bahwa di sana kepala Senja terasa jauh lebih berat daripada ketika ia berada di rumah. Tubuhnya juga terasa semakin sakit seperti tengah ditusuk-tusuk oleh benda yang tajam. Namun, setengah mati Senja akan menahannya. Senja tidak akan mengatakan bahwa dia begitu tersiksa. Senja tidak akan membuat Bapak cemas karenanya.

"Aku bisa masuk ke dalam?" tanya Senja hanya dibalas anggukan oleh Bapak.

Diam-diam Bapak menatap langkah Senja yang semakin dekat pada adiknya dengan sorot mata berbeda. Dan di sana, cerita itu akhirnya dimulai.

Dimulai untuk selesai.

🍁🍁🍁

Hari itu, Jingga hanya tahu jika setelah ia pulang dari sekolah akan ada banyak hal yang berubah. Akan tetapi, Jingga tidak tahu jika yang akan berubah itu justru tatanan keluarganya, hidupnya, dan segala yang ia jaga.

Jendela Rasa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang