Prolog

485 25 4
                                    

Sebenarnya cerita ini sudah pernah aku publish di tahun 2022 lalu, dan karna sesuatu hal aku unpub cerita ini dan sekarang akhirnya aku publish lagi.

Buat kalian yang udah pernah baca dan masih penasaran sama lanjutannya let's go kita lanjutin cerita Kanaya dan Gema ini.

Mungkin bakalan ada banyak alur yang berubah

Dan buat kalian yang belum pernah baca semoga kalian enjoy sama ceritanya

Selamat Membaca!

***

Hari ini hujan turun begitu deras, awan hitam bergerak kesana-kemari mengikuti kemana angin membawa mereka. Kanaya termenung di samping jendela kamarnya, menatap rintik air yang jatuh begitu deras.

Ponselnya kembali berdering. Sudah lebih dari 20 kali ponsel itu berdering namun tak ada satupun panggilan yang ia angat. Gadis itu masih tak beranjak dari posisi duduknya, mengabaikan dering ponsel itu.

Suara motor berhenti di depan rumahnya membuyarkan lamunan Kanaya. Gadis itu segera beranjak setelah melihat siapa pengendara motor itu. Tangannya bergerak cepat menutup gorden jendela kamarnya.

Tatapannya sempat bertemu beberapa detik dengan pemilik motor vespa butut itu.

"KANAYA AYO KITA BICARAIN! KALAU KAMU GA KELUAR AKU GA BAKAL PERGI!" teriak Gema keras.

Lelaki itu sudah tidak perduli jika dianggap gila atau apa, ia sudah terlampau frustasi, yang ia hanya ingin berbicara dengan Kanaya.

30 menit Gema masih berdiri di depan pagar rumah putih dengan gaya kuno itu, tanpa henti berteriak membujuk Kanaya untuk keluar.

Denting tanda pesan masuk mengalihkan perhatian Gema, tanpa membuang waktu ia segera membuka ponselnya dengan tergesa-gesa.

'Pulang'

Pesan singkat yang diberikan Kanaya, membuat perasaan Gema kembali di liputi keresahan. Lelaki itu menekan tombol panggilan, menempelkan ponselnya ke telinga.

"Kanaya sayang, semua ga kaya yang kamu lihat, ga kaya yang kamu denger, ayo kita bicara, dengerin semua penjelasan aku," ucap lelaki itu cepat, setelah sambungan telfon nya terhubung. Matanya menatap gusar rumah di depannya.

Tidak ada jawaban dari sebrang sana, "Kanaya, ayo buka pintunya."

"Pulang," ucap Kanaya pelan, nada serak terdengar jelas dari suaranya.

"Kanaya-"

"AKU BILANG PULANG GEMA! KAMU BUDEK?!"

Tut

Panggilan di tutup. Gema mengacak rambutnya kasar. Matanya menatap sendu rumah di depannya. Lelaki itu segera membuka kembali ponselnya, mengetikkan pesan untuk kekasihnya itu.

'Aku pulang, besok jangan ngehindar dari aku ya sayang, Ily'

Lelaki itu menunggu jawaban yang di berikan Kanaya, namun hanya tanda pesan telah dibaca yang terpampang di sana, membuat Gema kembali menghela nafas gusar.

Lelaki itu menunggu jawaban yang di berikan Kanaya, namun hanya tanda pesan telah dibaca yang terpampang di sana, membuat Gema kembali menghela nafas gusar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

.

.

HAI!

KALAU ADA TYPO ATAU KATA YANG KURANG ENAK DIBACA DI CERITA INI, AKU SANGAT BERTERIMAKASIH BUAT KALIAN YANG MAU NGINGETIN ATAU KASIH SARAN.

RekahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang