Kanaya menatap datar Gema yang kini berdiri di depanya, lelaki itu terlihat tidak baik dengan wajah tak karuan. Mata nya membengkak merah, Kanaya yakin Gema tidak tidur malam tadi, mungkin lelaki itu terus menangis semalaman.
"Kamu mau ngomong apa?" tanya Kanaya.
Gema menatap tepat ke mata Kanaya, lelaki itu begitu takut menatap mata itu. Ia takut jika menemukan tatapan dingin Kanaya.
"Aku minta maaf, Kanaya."
"Minta maaf buat apa?"
"Buat segalanya."
"Aku ga ngerasa kamu buat salah."
"Aku salah, aku bebanin kamu."
Seketika Kanaya tertawa pelan, gadis itu membuang wajah mencoba sabar. "Beban apaan? Bukannya bebannya kamu pegang sendiri, tanpa biarin aku sentuh sedikitpun," sarkas Kanaya.
Gema diam, lelaki itu meremat jemarinya kuat-kuat. Lelaki itu kembali menunduk, Ia tak memiliki keberanian menatap Kanaya. Ia juga tidak tahu dimana salahnya namun entah bagaimana nada datar Kanaya begitu menakutkan baginya, ia takut Kanaya mengucapkan kata yang sangat tidak ingin ia dengar karna gadis itu terlampau muak dengannya.
Padahal semua itu hanya ketakutan semu milik Gema.
"Aku ke kelas ya, udah mau bell." Kanaya berlalu meninggalkan Gema yang kini menatap resah ke arah punggung yang mulai berjalan menjauh itu.
Meninggalkan Gema sendirian di lorong belakang sekolah. Lelaki itu meninju tembok di sampingnya keras, hingga punggung tanganya memerah.
Gema terprosot ke lantai, badannya begitu sakit, begitu pula hatinya. Lelaki itu meremat rambutnya sendiri. Ia bingung harus bagaimana, rasa benci nya pada dirinya sendiri meningkat pesat. Ia takut Kanaya ikut muak dengannya.
"Lo pecundang banget Gema!" gumam Gema semakin mencengkeram kuat rambutnya.
Gema malu, Gema begitu malu untuk memberi tahu Kanaya tentang betapa berantakannya dirinya. Gema takut, takut jika Kanaya tahu semuanya gadis itu akan meninggalkannya. Ia takut membebani gadis itu. Gema dikejar segala ketakutannya.
Bell berbunyi, namun lelaki itu tetap tak beranjak dari sana. Memilih menenggelamkan kepalanya pada lekukan kakinya. Lelaki itu bergitu Frustasi, semua berantakan, Kanaya marah padanya.
BUGH
Pukulan keras mengenai punggung Gema, membuat Gema terkejut lantas meringis menahan sakit. Gema menoleh cepat ke samping. Lelaki itu tersentak menemukan Kanaya tengah menatap tajam padanya dengan tangan menggenggam kantong plastik bening berisi 2 minuman dingin.
"Brengsek!" makinya menatap Gema sengit.
Gema hanya diam, lelaki itu meng-iyakan dalam hati makian Kanaya, ia memang brengsek, pecundang, tidak tahu malu, Egois, Menyedihkan.
"Ka-"
"Diem deh! Aku masih kesel!" potong Kanaya kembali menatap tajam Gema.
Kanaya menarik tangan Gema, membawa lelaki itu menuju UKS. Beruntung tak ada guru yang mencegat keduanya di lorong. Jantung Kanaya rasanya akan copot karna ini adalah pengalaman pertamanya membolos setelah 2 tahun sekolah di SMA ini.
"Buka baju kamu!"
Gema menatap terkejut ke arah Kanaya, lelaki itu masih memproses, berfikir apakah ia tidak salah dengar.
"Ga usah mikir aneh-aneh! Cepet!"
Gema segera membuka kancing seragamnya tanpa bantahan. Ia sudah melihat tanduk di kepala gadis di depannya, banyak bertanya akan membuat gadis itu benar-benar meledak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rekah
Novela Juvenil[PUBLISH ULANG] Namanya Gema, lelaki yang sudah terlalu jatuh sampai memilih menyelam saja sekalian. Kanaya, gadis yang berhasil membuat Gema memilih untuk menyelam karna sudah terlampau jatuh. Gema dengan segala ketidak terbukaannya, dan Kanaya de...