Gema merengek ingin main ke rumah Kanaya, lelaki itu masih memegangi jemari Kanaya dengan wajah memelas, berharap Kanaya mengizinkannya masuk.
"Iya nanti kamu kesini lagi, sekarang pulang ganti baju dulu," ucap Kanaya mencoba sabar.
Bukannya Kanaya tidak mau Gema main kerumahnya, namun lelaki itu masih memakai seragam sekolahnya, dengan bercak tanah karna tadi lelaki itu di dorong Ari hingga tersungkur ke tanah. Sebenarnya itu juga karna tingkah usilnya menjahili Ari.
"Tapi aku males pulang, mau disini!" Gema menundukkan kepalanya, jemarinya masih setia menggenggam jemari Kanaya, memainkan pelan.
"Loh, Gema anak Ibu! Kok ga di ajak masuk sih sama Nana!" Wanita paruh baya keluar dengan daster kuning. Ibunda Kanaya, yang jika ada Gema akan meng-anak tirikan Kanaya dan bertingkah seolah Gema adalah anak kandungnya yang begitu di cintai.
"Ibuu!!" Gema melepaskan genggaman tangan Kanaya, berlari memeluk Ibu Kanaya.
Kanaya yang melihat itu mendegus malas, drama abal-abal sebentar lagi akan dimulai. "Kanaya ga izinnin Gema main!" adu Gema dengan wajah memelas menatap sang Ibu.
Seketika Ibu melirik Kanaya, meminta penjelasan. "Bukannya aku ga izinnin, tapi aku suruh pulang dulu buat ganti baju, liat itu seragamnya kiri udah lecek coklat!" Kanaya menunjuk bagian seragam Gema yang kotor.
"Kan Gema bisa pinjem baju kamu, perasaan kamu punya banyak baju gede-gede, di pake budhe kamu yang bobotnya 100 kilo aja muat, pasti di pakai Gema juga muat!" ibu mengelus lembut pundak Gema yang kini berdiri di sampingnya. "Ayo Gema sayang, masuk-masuk! Ibu kemarin buat kue kering loh, kamu mau?"
Kanaya kembali mendegus saat melihat senyum penuh kemenangan Gema, seketika wajah lelaki itu berseri-seri, wajah memelasnya beberapa menit lalu lenyap entah kemana.
Kanaya memilih ikut masuk ke rumah, di lihatnya Gema duduk di meja makan dengan sepiring kue kering buatan sang Ibu, yang kalau Kanaya boleh jujur sebenarnya rasa kue itu sedikit tidak jelas, namun Gema yang kini tengah melahap penuh semangat kue itu. Dengan senyum lebar yang terus mengembang. Kanaya ikut tersenyum tipis.
Gadis itu memilih melangkahkan kakinya ke kamarnya, badannya begitu lengket karna tadi sempat ada pelajaran olahraga, Kanaya memutuskan untuk mandi, padahal biasanya ia hanya akan mengganti baju.
Kanaya mengambil acak baju gantinya, setelah selesai dengan acara mandinya. Ketukan pintu kamarnya terdengar saat gadis itu hendak memakai kaos putih bergambar frozen yang diberikan ibu nya sebagai hadiah ulang tahun, katanya sang ibu tengah membeli sayur di pasar dan tanpa sengaja melihat kaos bergambar frozen itu, mengingat kala itu Kanaya akan segera ulang tahun Ibu memutuskan untuk memberi kaos itu sebagai hadiah ulang tahun. Padahal Kayana tahu betul itu hanya modus sang Ibu, agar ketika Kanaya meminta Kado yang mahal Ibu bisa menjawab kalau ia sudah memberi kado untuk Kanaya.
"Bentar!" teriak Kanaya sembari membenarkan posisi kaosnya.
Gadis itu segera bergerak ke pintu kamar, membukanya pelan. Wajah ceria Gema terpampang disana, dengan senyum lebar yang tak kunjung redup.
"Ibu suruh mandi sekalian di kamar kamu," ucap Gema, lelaki itu dengan tidak sopan masuk ke kamar Kanaya.
Ini bukan kali pertama Gema masuk ke kamarnya, lelaki itu terlihat begitu santai, duduk di ujung ranjang sembari menatap Kanaya.
Kanaya melangkahkan kakinya ke lemari bajunya, memilihkan baju miliknya yang paling besar dan muat di pakai Gema. Hingga pilihannya jatuh pada Hoodie oversize yang salah ia beli 2 bulan lalu, ia pikir tidak akan sebesar itu, ternyata Kanaya bagai menggenakan baju Genderuwo saat memakai Hoodie biru muda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rekah
Novela Juvenil[PUBLISH ULANG] Namanya Gema, lelaki yang sudah terlalu jatuh sampai memilih menyelam saja sekalian. Kanaya, gadis yang berhasil membuat Gema memilih untuk menyelam karna sudah terlampau jatuh. Gema dengan segala ketidak terbukaannya, dan Kanaya de...