6. "Kanaya! Jantung aku mau copot!"

137 17 1
                                    

"Maaf," lirih Gema, lelaki itu melirik Kanaya yang masih terlihat santai meneguk air mineralnya.

Gadis itu masih diam, enggan menatap Gema, membuat Gema berkali-kali menghela nafas kasar. "Ini dipukul Ari,  jangan tanya kenapa bisa dipukul!" ucap Gema cepat.

Kanaya menatap Gema. Gadis itu menyodorkan botol airnya ke arah Gema, lelaki itu segera meneguk air itu sampai habis.

"Jangan marah Kanaya." Gema menarik jemari Kanaya.

"Ga marah! Kamu kenapa sih takut banget aku marah!" Kanaya menatap heran ke arah Gema.

"Peluk."

"Ga! Ini di sekolah Gema!" Kanaya menoyor kepala lelaki di depannya itu.

"Berarti kalau ga disekolah boleh?" tanya Gema.

Kanaya memutar bola matanya malas. Sementara Gema masih memandangi Kanaya, memastikan bahwa gadis itu tidak marah.

Kanaya menghela nafas pelan "Aku ga marah Gema! Kalau aku marah udah aku usir kamu," ucap Kanaya seolah tahu apa isi kepala Gema.

"Kamu ga kepo kenapa aku dipukul?" tanya Gema.

"Emang kamu mau aku kepo?" Kanaya balik bertanya.

Gema segera menggelengkan kepalanya keras, ia tidak mau Kanaya bertanya.

"Yaudah," jawab Kanaya santai.

***

"Gema, ayo main ke rumah kamu!" Kanaya mendongakkan kepalanya, menatap Gema.

Gema yang hendak menyodorkan helm menghentikan gerakannya. "Kamu ga bakal suka ke rumahku," ucap Gema yakin.

Lelaki itu memasangkan helm ke kepala Kanaya, mengabaikan tatapan Kanaya yang terus menatapinya. "Suka kok!" Kanaya tetap bersikeras.

"Lain kali aja ya sayang"

Kanaya menghela nafas kasar, gadis itu bergerak naik ke atas motor Gema, "Iya" jawabnya pelan.

Kanaya sebenarnya sedikit merasa aneh karna Gema sama sekali tidak mengizinkan Kanaya main ke rumah lelaki itu, Gema bilang rumah nya jelek, ia tidak mau Kanaya melihatnya.

Tidak ada yang tahu latar belakang keluarga Gema. Yang Kanaya tahu, hubungan keluarga Gema sepertinya kurang harmonis. 2 bulan hubungan mereka kala itu, saat hujan deras Gema mendatangi Kanaya dengan wajah babak belur dan punggung penuh bekas cambukan. Lelaki itu menangis sembari memeluknya begitu erat. Namun hingga kini Kanaya tidak tahu apa yang terjadi pada lelaki itu karna Gema sama sekali tidak mau bercerita.

Kanaya tak tinggal diam, gadis itu mencoba mencari tahu sendiri. Kanaya mengikuti Gema beberapa hari namun tak pernah satu kali pun Kanaya menemukan Gema pulang ke rumahnya. Lebih sering Kanaya kehilangan jejak Gema, dan berakhir gadis itu terpergok. Gema marah kala itu. Namun lagi-lagi lelaki itu tak kuasa untuk terus marah dengan Kanaya yang terus membujuknya dengan rayuan-rayuan manis.

Gema menarik pelan kedua lengan Kanaya, melingkarkan ke perutnya. "Kamu mau bakmi ga? Ayo beli bakmi." Gema menolehkan kepalanya dengan senyuman manis terukir di bibirnya.

"Ayo!" Kanaya ikut tersenyum, menganggukan kepalanya.

Gema terkekeh pelan sebelum melajukan motornya, menikmati pelukan Kanaya yang begitu nyaman di perutnya.

Keduanya sampai di salah satu kedai bakmi yang juga menjadi langganan mereka, sepertinya semua kedai di kota ini sudah di jajal oleh mereka berdua, kencan bagi mereka adalah menyusuri kedai-kedai makanan di sepanjang jalan, sebut saja wisata kuliner.

RekahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang