Gema memasuki rumah bergaya Amerika, rumah besar yang terkesan begitu sepi. Wanita paruh baya dengan pakaian modis menghampirinya tergesa-gesa. "Gema! Steffy ga mau keluar dari kamarnya, anaknya nangis kelaparan!" Wajah wanita paruh baya itu yang awalnya terlihat arogan berubah menjadi raut penuh kekawatiran seorang Ibu.
"Tante Lia tenang aja, biar Gema yang bujuk." Gema mengelus lembut pundak wanita paruh baya yang di panggil tante Lia itu.
Gema bergerak naik ke arah tangga, menuju pintu bercat putih dengan gantungan bertuliskan 'Kamar Steffy'.
Gema mengetuk pelan pintu itu. "Steff, ini gue Gema!"
Tanpa menunggu lama pintu itu terbuka, menampilkan wajah kacau Steffy. Gadis itu segera menumbruk tubuh Gema, menangis hebat di pelukan Gema. Sekujur tubuh gadis itu bergetar ketakutan.
"Ga papa, ada gue disini, ga ada yang bisa ngapa-ngapain lo!" Gema mengelus lembut kepala dan punggung gadis itu, mencoba menenangkan tangisnya.
"Mereka dateng lagi Gema, aku takut, jangan tinggalin aku Gema," rancau gadis itu mencengkeram baju Gema.
"Gue ga tinggalin lo."
Gema terus mengelus punggung bergetar gadis itu, hingga tangisnya mulai mereda. Gema mengangkat tubuh kecil itu ke gendongannya, membawanya masuk ke kamar, mendudukan di ranjang perlahan. Lelaki itu meraih segelas air putih di meja yang masih utuh tak tersentuh, menyodorkan ke gadis itu. "Ayo minum."
Steffy menurut, gadis itu meneguk air itu hingga tandas. "Steff, semua udah selesai, semua bakal baik-baik aja, lo bisa lanjutin hidup lo, jangan pikirin masa lalu lagi. Sekarang lo punya Keyli, dia cantik sama kaya lo. Kalau dunia jahat ke lo sampai lo ga punya alasan buat bertahan bahkan buat diri lo sendiri, coba lo lihat Keyli, gue yakin Keyli udah jadi alasan yang sangat cukup untuk lo bertahan buat jadi lebih kuat lagi." Gema mengelus lembut kepala gadis di depannya.
"Tapi bayi itu yang hancurin hidup aku!" Steffy menunduk dalam.
"Steffy, ayo liat gue" Gema meraih pipi Steffy, membawa wajah sebam itu untuk menatap matanya. "Lo yakin Keyli yang hancurin hidup lo?" tanya Gema menatap intens mata itu.
Air mata Steffy kembali turun deras. "Bukan!" jawabnya lirih.
"Itu takdir, sekarang itu cuma masa lalu, masa lalu yang layak buat di maafkan. Maafin masa lalu lo dan lanjutin hidup lo. Keyli itu kaya malaikat kecil, dia datang ke hidup lo buat jadi teman paling setia lo. It's okay buat ga baik-baik aja Steffy, tapi bukan berarti lo boleh berlarut-larut sama ketidak baik-baikan lo itu. Kalau lo lagi sakit, lo harus cari obat, supaya sakit lo itu sembuh."
"Kamu obat aku."
"Bukan, bukan gue. Jangan jadiin gue obat lo Steffy, gue sama kaya lo, orang sakit yang lagi cari obat, kalau lo jadiin gue obat, yang ada gua bakal jadi racun buat lo." Gema tersenyum lembut. Steffy diam, menatap senyum lembut Gema.
"Sekarang lo kasih asi ke Keyli dulu ya?"
Steffy menganggukan kepalanya pelan. Gema segera melangkahkan kakinya keluar kamar itu, menuju tempat bayi nya.
"Makasih ya Gema!"
"Tante udah ucapin makasih 7 kali loh!" Gema berujar dengan kekehan pelan di ujung kalimatnya.
"Tante gatau harus gimana kalau ga ada kamu, Terimakasih!"
Gema hanya menganggukan kepalanya pelan dengan senyum simpul di bibirnya. "Kamu masih sama Kanaya?" tanya Lia pelan.
"Iya, Kanaya udah kaya penyelamat aku tante, kalau tanpa dia kayanya aku udah mati dari dulu."
Lia segera memelototkan matanya. "Kamu ga boleh ngomong gitu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rekah
Teen Fiction[PUBLISH ULANG] Namanya Gema, lelaki yang sudah terlalu jatuh sampai memilih menyelam saja sekalian. Kanaya, gadis yang berhasil membuat Gema memilih untuk menyelam karna sudah terlampau jatuh. Gema dengan segala ketidak terbukaannya, dan Kanaya de...