5. Janji dan Ingkar

121 15 2
                                    

"SADAR ANJING! LO PUNYA KANAYA!" Gio menatap tajam Gema.

"Caca! Lo ga usah ganggu temen gue! Sana hush!" Ari yang baru datang tahu apa yang tengah terjadi, lelaki itu mendorong gadis bernama Caca itu menjauh.

"Lo gila ya Gem! Gue pikir lo udah tobat!" Gio masih terlihat begitu marah. Sementara Gema mengalihkan tatapannya ke segala arah, wajahnya seperti tidak ada rasa bersalah.

"Gue ga segan kasih tahu Kanaya kalau lo masih kaya gitu!"

Gema seketika menatap Gio setelah mendengar ucapan lelaki itu, "Lo ga usah ikut campur urusan gue!" ucap Gema ketus, tatapannya tak kalah tajam.

"Udahlah Gi, ga guna lo bilangin orang sinting!" Ari duduk di salah satu sofa, melipat kedua kakinya menatap miris ke arah Gema. "Kalo belum dapet getahnya sendiri ga bakal kapok," lanjut ari.

Gio berdecih kesal, lelaki itu meraih jaket nya segera melangkah menjauh, keluar area club. Ia bisa terbawa emosi jika terus melihat wajah Gema yang sama sekali tidak menunjukan rasa bersalahnya.

Gema kembali duduk diam, matanya menatap lurus ke depan, lelaki itu kepikiran ucapan Gio barusan.

"Lo ga usah tegang gitu, Gio ga bakal cepu kali," ucap Ari seolah tahu apa yang ada di pikiran Gema.

Gema mengusap wajahnya kasar, tangan lelaki itu meraih gelas berisi minuman keras di depannya, meneguknya cepat.

"Lo tahu Gem, gue suka banget lo kaya gini, buat gue ga sabar menanti waktu Kanaya tahu tingkah asli lo dan gue rebut cewek lo," bisik Ari dengan senyuman sinisnya.

BUGH

Pukulan keras menghantam tepat di rahang Ari, lelaki itu terlihat meringis dengan sedikit kekehan. Ia berhasil menyulut emosi Gema.

"Ga usah mimpi anjing!"

BUGH

Ari membalas pukulan Gema tak kalah keras. Ari menyeringai, menarik kerah baju Gema. Walaupun ukuran tubuh Gema jauh lebih besar dari Ari, namun tenaga Ari jauh berkali-kali lipat dibanding kan Gema, bahkan Ari yang paling kuat diantara 4 orang itu.

"Sepandai-pandai tupai lompat pasti bakal jatuh, kita lihat aja gimana jadinya lo kalau sampai Kanaya tahu! Gue ga sabar liat lo masuk rsj karna diputusin Kanaya! Kalau takut tuh mikir, jangan jadi cowok dongo kaya ga punya otak." Ari mengetuk kepala Gema dengan tatapan tajamnya.

***

Kanaya duduk di teras rumahnya, menunggu Gema yang katanya akan menjemputnya. Namun lelaki itu tak kunjung menunjukan batang hidungnya.

Bell sekolah mungkin akan segera berbunyi, Kanaya berdiri, berjalan ke depan. Harusnya tadi ia menerima tawaran ibunya untuk diantar saja.

Kanaya sudah akan berjalan kaki, namun motor vespa berhenti tepat di samping Kanaya. Seketika Kanaya memelotot menatap tajam lelaki itu. "Astaga Gema! Kamu kalau ga niat nebengin aku ga usah sok-sok janjian! Ini jam berapa?!" omel Kanaya.

"Sayang, ngomelnya nanti dulu ya, mending sekarang kita berangkat dari pada telat beneran!" Gema memakaikan helm ke kepala Kanaya, segera menarik lengan gadis itu untuk segera naik.

Kanaya sedikit mengernyit saat melihat lebam di sisi kiri bibir Gema, namun Kanaya yang sudah takut telat memilih diam saja. Mungkin nanti ia bisa menanyakan ke Gema.

Tepat sebelum satpam menutup gerbang Gema dengan dramatis menerobos membuat Kanaya menahan nafas mencengkeram erat baju lelaki itu.

"KAMU BIKIN AKU JANTUNGAN!" teriak Kanaya memukul pelan pundak Gema.

RekahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang