4. Menimbun Luka

134 17 7
                                    

Gema merebahkan kepalanya di paha Kanaya, menikmati elusan lembut di kepalanya. Keduanya ada di ruang tengah rumah Kanaya, Ibu sudah berangkat arisan sejak 15 menit lalu.

"Gema"

"Iya?"

"2 hari lalu kamu pulang sama Kak Erika ya?"

Gema yag awalnya memejamkan matanya segera membuka matanya lebar-lebar, lelaki itu bergerak cepat mendudukkan tubuhnya, menatap kaget ke arah Kanaya. "Kamu tahu dari siapa?" tanya Gema sembari menarik jemari Kanaya.

"Dari orang."

"Dia yang paksa aku, suwer! Aku udah nolak tapi kasihan," ucap Gema cepat, tatapannya begitu gusar.

"Ga usah takut gitu, aku ga marah."

"Beneran?"

"Iya." Kanaya tersenyum tipis, mengelus kepala Gema.

Gema segera menumbruk tubuh Kanaya, memeluk gadis itu erat. Kanaya membalas pelukan Gema, mengelus lembut punggung lebar lelaki itu. "Kok ga ngomong dari 2 hari lalu?" tanya Kanaya kembali.

Badan Gema menegang, jantungnya berpacu cepat. "Aku takut kamu marah, maaf Kanaya, janji ga bakalan boong lagi," cicit Gema pelan sembari mempererat pelukannya.

"Bukannya janji itu udah kamu ucapin kemarin, hm?"

Gema diam, lelaki itu bingung harus menjawab apa. "Maaf," ucap Gema pelan dengan nada bergetar.

"Coba sini lepas dulu."

Gema melepas pelan pelukannya, menundukkan kepalanya dalam, lelaki itu tak berani menatap mata Kanaya, seolah ia baru saja melakukan kesalahan yang begitu besar sampai akan membuat Kanaya pantas memarahinya.

Padahal Kanaya hanya bertanya soal Erika itu, bukannya apa-apa namun Erika itu mantan kekasih Gema 1 tahun lalu. Awalnya Kanaya enggan membahas soal itu namun ia tidak tahan harus terus menebak-nebak sendiri.

"Kalo kamu takut gitu aku jadi mikir yang enggak-enggak"

Gema segera mendongakkan kepalanya, menatap mata Kanaya. "Aku berani sumpah demi jantung aku sendiri Kanaya, aku cuma cinta kamu!" ucapnya tegas. "Aku cuma takut kamu marah, terus kamu tinggalin aku," lanjutnya lirih

"Yakali aku ninggalin kamu cuma gara-gara kamu anterin kak Erika pulang! Kalau aku kaya gitu udah dari 3 bulan lalu aku tinggalin kamu waktu kamu dateng ke pe-"

"Kanaya! Kok kamu ungkit-ungkit sih?!" Gema merengut dengan wajah frustasi.

"Ya maaf abisnya kamu gitu!" Kanaya menggaruk pipinya yang sebenarnya tak gatal.

3 bulan lalu Gema datang ke pesta ulang tahun Adisty Anggraini, kakak kelas modis yang merupakan mantan gebetan Gema tanpa sepengetahuan Kanaya. Lelaki itu bahka berfoto dengan Adisty sembari memegang segelas minuman beralkohol lalu mem-privasi Kanaya agar tak melihat foto itu di story instagramnya. namun dengan bodohnya Gema lupa mem-privasi Candy.

Saat Kanaya tahu gadis itu marah besar. Hubunga mereka hampir kandas hari itu.

"Sini! Peluk" Kanaya merentangkan tangannya lebar-lebar. Gema segera bergerak masuk ke pelukan Kanaya. "Maaf," gumamnya pelan

"Iya sayang." Kanaya mengelus lembut rambut lelaki itu.

"Kan! aku jadi baper kamu panggil sayang doang," gumam Gema pelan, namun masih terdengar di telinga Kanaya, membuat gadis itu terkekeh pelan.

"Aku sayang kamu!" ucap Kanaya dengan senyum jahil mengembang di bibirnya.

"KANAYAA!" Gema semakin mengeratkan pelukannya, menyembunyikan kepalanya di ceruk leher Kanaya. Seluruh wajahnya memanas, Gema begitu yakin sekarang pipi dan telinganya pasti sudah semerah tomat.

Kanaya tertawa keras mendengar teriakan salah tingkah Gema. Kenapa Gema begitu menggemaskan. Padahal dulu ia pikir Gema adalah tipikal lelaki dingin yang akan irit bicara, namun ternyata wajah dingin gema itu begitu menipu.

Lelaki itu akan berubah menjadi manusia paling menyebalkan jika bersama teman-temannya, dan akan menjadi lelaki bucin, bermental lemah jika bersama Kanaya. Membuat Gema takut, salah tingkah, baper, marah, ngambek, bahkan menangis bukan hal sulit jika Kanaya yang melakukan.

***

Gema berjalan memasuki area diskotik yang dipenuhi manusia-manusia yang mencari hiburan. Lelaki itu mengedarkan pandangannya, mencari dimana teman-temannya berada. "Hai Gema!" Wanita dengan baju seksi mendekat ke arah Gema sembari meliuk-liukkan badannya mengikuti musik yang menggema.

"Hai," balas Gema santai.

Lelaki itu sempat melirik dua gunung yang belahannya kini sedikit terekspos karna potongan baju yang begitu rendah, hingga tepukan keras di bekalang kepalanya membuat Gema menoleh. "Mata lo jelalatan! Inget pawang lo!" Kio segera menarik lengan Gema menjauhi wanita tadi.

"Lama lo!" ucap Gio melirik Gema yang kini mendudukkan dirinya di samping Kio.

"Bacot! Gue tadi apel dulu! Lo kan jomblo karatan!" ledek Gema dengan wajah menyebalkan andalannya.

"Heleh! Gue aduin lo ke Kanaya kalau main ke club pasti lo bakal di amuk sampe mampus!" Ari meraup wajah Gema tanpa perasaan, ikut duduk.

"Lo yang gue mampusin dulu sebelum ngomong!" jawab Gema santai tanpa menatap Ari, mengedarkan pandangannya ke arah wanita-wanita dengan baju seksi yang kini tengah berjoget, meliuk-liukkan badannya menggoda di dance floor.

"Gue heran deh, lo yang takut tapi lo yang cari perkara!" Kio menatap aneh ke arah Gema.

"Bacot mending lo samperin cewek cantik disana tuh!" Gema menunjuk wanita cantik dengan tubuh teramat montok tak jauh dari mereka.

Teman-teman Gema mendegus, memilih diam. Inilah kebiasaan buruk yang hingga kini disembunyikan dengan begitu rapat oleh Gema dari Kanaya. Yang Kanaya tau Gema adalah lelaki yang tidak pernah neko-neko, nyatanya lelaki itu sama seperti lelaki pada umumnya yang sering menghabiskan malamnya di club malam, menikmati pemandangan para wanita seksi yang bergoyang menggerakan pinggangnya sesuai musik, dengan segelas minuman haram di tangannya.

"Gema!" Gadis cantik lain dengan dress merah mencolok dengan potongan pendek, mengekspos tubuh seksi gadis itu mendekat ke arah Gema.

"Halo Ca!" sapa Gema santai.

Gadis itu dengan tak tahu malu melebarkan kaki Gema, segera duduk di salah satu paha Gema, mengalungkan tanganya di leher Gema.

Teman-teman Gema sudah berpencar entah kemana, kini yang duduk di kursi itu hanya Gema dan gadis yang kini ada di pangkuannya. "Lo ganjen banget!" ledek Gema, lelaki itu menaikkan tanganya melingkarkan di pinggang gadis depannya.

"Lo sih terlalu ganteng!" Gadis itu dengan gerakan sensual mengelus pipi hingga telinga Gema.

Sementara Gema juga mengelus pinggang ramping gadis di depannya, sesekali meremat pinggang itu pelan. Gadis itu mendekatkan wajahnya ke arah Gema, bergerak hendak mencium bibir tebal Gema.

Namun belum sempat bibir mereka bertemu seseorang menarik keras gadis di pangkuan Gema menjauh.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

.

.
Bersambung...

Sekuat-kuatnya perubahan yang dateng karna orang lain, perubahan terbaik itu dateng karna lo untuk diri lo sendiri.

RekahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang