Kanaya melangkahkan kakinya mengelilingi area Perpustakaan kota, mencari-cari buku untuk ia gunakan sebagai referensi tugas. Gadis itu sudah menenteng 2 buku, namun masih ada buku yang ia butuhkan. Denting ponsel membuat gadis itu mengalihkan pehatiannya dari jejeran buku-buku di depannya. Tangannya segera meraih ponsel di saku celana kainnya.
Nama kekasihnya terpampang disana, membuat senyum Kanaya mengembang. Gadis itu segera membuka pesan itu.
Gema♡
Dimana Na?
Di Perpustakaan kota, kenapa?
Gapapa, aku mau kerumah kamu.
Aku jemput ya, masih lama?
Bentar lagi, nanti aku chat kalau udah.
Oke sayang!
Kanaya terkekeh geli membaca pesan terakhir kekasihnya itu. Sudah 6 bulan hubungan mereka berjalan, berarti 6 bulan juga Kanaya merasakan bagaimana rasanya menjadi kekasih seorang yang cukup populer di Sekolahnya. Lelaki dengan paras rupawan dan sikap terlampau ramah yang kadang menyiksa bagi Kanaya.
Gadis itu bergegas kembali mencari buku yang ia butuhkan, ia harus cepat-cepat sekarang, agar bisa cepat-cepat bertemu Gema.
Setelah hampir satu jam Kanaya mengelilingi perpustakaan, buku yang ia butuhkan sudah lengkap. Setelah meminjam buku-buku itu, Kanaya segera bergegas keluar area Perpustakaan, ia sudah mengabari Gema, katanya lelaki itu tengah di perjalanan.
Kanaya memillih berdiri di dekat jalan raya, sembari menunggu Gema sampai. Tak lama motor vespa jadul yang sudah berpuluh-puluh kali mogok berhenti di depannya dengan lelaki berbalut sweater coklat dan celana jeans hitam.
"Hai sayang!" sapa nya lembut dengan nada menggoda. Suara berat yang hingga kini masih berhasil memporak-porandakan hati Kanaya.
"Hai," jawab Kanaya, mencoba santai.
Gadis itu menerima uluran helm yang di berikan Gema, segera naik ke motor vespa itu. melingkarkan tangannya, memeluk perut Gema.
"Kamu udah makan?" Gema sedikit menolehkan kepalanya.
"Belum!" jawab Kanaya sedikit berteriak.
"Mau makan apa?!"
"Pengen mi ayam!"
"Oke cantik"
Kanaya kembali terkekeh. Mungkin bakat menggoda wanita adalah bakat terpendam milik Gema, lelaki aneh yang sayangnya menjadi kekasihnya itu.
Sepasang kekasih itu berhenti di salah satu penjual mie ayam langganan mereka. Kanaya segera turun, begitu pula Gema.
Gema berjalan memesan mie ayam, sedangkan Kanaya memilih duduk di salah satu bangku yang tersedia.
Ponsel Gema berdenting membuat Kanaya sedikit melirik, namun gadis itu kembali mengalihkan tatapannya, ia tidak boleh melihat isi handphone orang lain tanpa izin.
Namun rasa penasaran Kanaya begitu kuat, gadis itu mengambil pelan ponsel di depannya. Kanaya membaca Notif pesan itu, seketika nafasnya tercekat. Kanaya cepat-cepat mengembalikan posisi ponsel itu saat Gema berbalik, berjalan ke arahnya.
"Handphone kamu tadi bunyi," ucap Kanaya pelan.
Gema menaikkan satu alisnya, tanganya terangkat melihat siapa yang mengiriminya pesan. Kanaya menatap intens ekspresi yang di tunjukan Gema ketika membuka pesan itu.
"Dari siapa?" tanya Kanaya kembali.
"Eh, dari Gio," jawab Gema cepat.
Kanaya menegang, Gema baru saja berbohong padanya, semudah itu?
Gadis itu hanya mengangguk-anggukan kepalanya, jangan tanya bagaimana pikirannya yang sudah kemana-mana, dengan jantung bergemuruh hebat.
Gema yang menyadari perubahan raut wajah Kanaya menatap takut-takut ke arah gadis itu. "Kamu udah lihat ya?" tanya Gema ragu-ragu.
Kanaya segera menolehkan kepalanya ke arah Gema, menaikkan alisnya seolah bertanya.
"Hm, jadi udah lihat. Ini ga kaya yang kamu pikirin. Nih lihat semua chat nya." Gema menyodorkan ponselnya ke depan Kanaya.
"Kenapa ga langsung jujur?"
"Nanti kamu marah"
"Kalau gini, aku juga udah marah, nih aku ga mau lihat." Kanaya kembali menyodorkan ponsel itu kembali ke pemiliknya.
"Kanaya, maaf," ucap Gema pelan, sembari menundukan kepalanya.
"Iya"
Gema tahu 'Iya' yang di ucapkan Kanaya bukan 'Iya' yang sebenarnya, lelaki itu menghela nafas pelan. Tanganya terulur menggenggam jemari Kanaya lembut. Mengelus punggung tangan itu.
Hingga mie ayam mereka datang, Kanaya menarik tanganya. Bergerak santai memakan mie ayamnya, mengabaikan Gema yang menatap memelas ke arahnya.
"Makan," ucap Kanaya tanpa menolehkan kepalanya.
***
"Pulang gih!" Kanaya menyodorkan helm milik Gema.
"Gamau, aku kan kesini mau main!" Gema tetap turun dari motornya, melepas helm miliknya. Tanganya segera meraih jemari kecil Kanaya.
Kanaya mendegus pelan, membiarkan jemarinya di genggam Gema. "Di luar aja," ucap Kanaya sembari mendudukkan dirinya di kursi teras.
Di ikuti Gema yang juga duduk di samping gadis itu. kepala Gema menoleh menatap Kanaya yang kini menatap lurus ke depan.
"Udah dong marahnya, sayangg!" lelaki itu kembali meraih jemari Kanaya.
"Udah enggak, Cuma aneh aja. Kamu boongnya gampang banget tadi, jangan-jangan kamu sering boongin aku," ucap Kanaya melirik Gema sekilas.
"Enggak kok! Kamu gatau aja tadi tangan aku tremor di bawah!" lelaki itu menjawab cepat, mencoba membela dirinya.
Kanaya menolehkan kepalanya, menatap wajah Gema yang terlihat berusaha keras meyakinkan dirinya. Tawa pelan meluncur dari bibir Kanaya, "Iya-iya! Tapi janji ini terakhir kali boong!"
"Janji!" Gema menyodorkan jari kelingkingnya cepat, dengan senyuman lebar terbit dari bibir lelaki itu.
"Lucu banget sih! Pacar siapa ini?" Kanaya mengapit kedua pipi Gema
"Pacar Kanaya cantik!" jawab Gema penuh semangat.
Kanaya kembali tertawa renyah. Gema yang melihat tawa Kanaya ikut tertawa. Hatinya menghangat, lelaki itu menatap kagum wajah Kanaya.
.
.
.
.
.
Bersambung...
Na, bisa-bisa nya kamu buat aku bertekuk lutut kaya gini, kamu pasti pake pelet buat memikat aku, atau jangan-jangan kamu pakai susuk ya, makanya temen-temen aku juga ikut suka sama kamu! Rasanya aku mau gorok aja temen-temen ga berguna aku itu.
-Gema Bumi Nayakana
KAMU SEDANG MEMBACA
Rekah
Genç Kurgu[PUBLISH ULANG] Namanya Gema, lelaki yang sudah terlalu jatuh sampai memilih menyelam saja sekalian. Kanaya, gadis yang berhasil membuat Gema memilih untuk menyelam karna sudah terlampau jatuh. Gema dengan segala ketidak terbukaannya, dan Kanaya de...