8. Muak!

131 16 2
                                    

Kanaya mengedarkan pandanganya ke seluruh area kantin, ia tidak menemukan keberadaan Gema, bahkan teman-teman lelaki itu. Sejak pagi ia belum melihat Gema, lelaki itu tidak pernah membolos setahu nya. Kanaya memutar langkahnya, keluar area kantin.

Ia sudah mencoba menghubungi Gema, namun tak ada satupun pesan yang di balas, telfonnya pun tidak di jawab. Berkali-kali Kanaya mengehela nafas gusar, menatapi ponselnya.

"Permisi, ada yang liat Gema?" tanya Kanaya pelan ke beberapa teman sekelas Gema.

"Gema ga masuk hari ini Na, lo ga tahu?" jawab salah satu gadis yang duduk di bangku paling depan.

"Eh, ga tahu, kenapa dia ga masuk?"

"Katanya sih acara Keluarga."

"Kalo temen-temennya?"

"Mereka udah bolos dari sebelum istirahat tadi."

Kanaya mengangguk-anggukan kepalanya, setelah mengucapkan terima kasih gadis itu berlalu pergi.

Kanaya termenung, Gema tidak memberitahunya apa-apa, setelah acara jalan-jalan ke taman kemarin, lelaki itu sama sekali tidak mengabarinya.

"Apa telfon kemarin juga acara keluarga itu ya," gumam Kanaya pelan.

Namun Kanaya merasa aneh, apa benar acara keluarga? Kenapa Gema tidak memberitahunya? Jangan-jangan lelaki itu dalam kesulitan. Kanaya kembali meraih ponselnya, menghubungi Gio.

"Halo Gio, lo tahu Gema kemana?" tanya Kanaya cepat tanpa basa-basi.

"Sorry Na, gue ga tahu, dari kemarin dia ga bisa di hubungin."

"Hah!? Terus izin nya?"

"Itu Ari yang buat, kita juga ga tahu tu anak kemana."

"Yaudah kalo gitu, kalau ketemu Gema suruh hubungin gue ya Gi"

"Siap!"

Kanaya menatap ponselnya, sambungan telfon nya sudah terputus. Pikirannya semakin gusar, kemana perginya Gema.

Kanaya menghela nafas kasar, ia mencoba tenang. Mungkin nanti Gema akan menghubunginya. Ia juga tidak mungkin membolos, Kanaya tidak tahu caranya.

Bell masuk kembali berdering, bahkan Kanaya belum sempat mengisi perutnya sama sekali karna sibuk mencari-cari Gema.

Pelajaran kembali berlangsung dengan Kanaya menahan rasa laparnya, perutnya beberapa kali berbunyi, beruntung tidak terlalu keras. Kanaya sama sekali tidak fokus selama pelajaran, sampai bell pulang berbunyi. 

Perutnya lapar, pikirannya dipenuhi Gema. Bagaimana mungkin gadis itu fokus.

Gadis itu bergegas keluar kelasnya, tergesa-gesa mengambil ponselnya kembali, menghubungi Gio untuk meminta alamat rumah Gema.

Setelah berhasil membujuk Gio, Kanaya bergegas menuju lokasi itu. Meski perutnya sudah sangat keroncongan, ia masih harus memastikan Gema baik-baik saja.

Sesaat sebelum Kanaya masuk ke salah satu angkot, seseorang mencekal tanganya. Kanaya sedikit terkejut, segera menepis tangan itu.

Kanaya menolehkan kepalanya cepat, lagi-lagi gadis itu terkejut. Gema tengah menatap sendu ke arahnya. Ekspresi lelaki itu datar, namun tatapannya seolah meminta pertolongan Kanaya.

Kanaya segera menarik Gema menjauh, gadis itu melihat motor Gema yang terparkir tak jauh dari sana.

"Mana kunci motor kamu!" Kanaya menyodorkan tanganya, meminta kunci motor Vespa itu.

Tanpa banyak bicara Gema menyodorkan kunci miliknya, Kanaya segera naik di ikuti Gema. Beruntung ia bisa menaiki motor. Gema mengalungkan kedua tanganya di perut Kanaya, memeluk erat. Kanaya sempat melirik wajah frustasi Gema dari spion.

RekahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang