10. Hubungan?

108 13 1
                                    

Hari ini tepat 2 hari Gema sama sekali tidak bisa dihubungi, lelaki itu menghilang bak di telan bumi. Kanaya hampir gila di buatnya.

Gadis itu tak pernah bisa fokus pada pelajaran, setiap malam pun gadis itu tak tenang.

Ia tengah mencoba percaya pada Gema, lelaki itu bilang ia akan jadi yang pertama ditemui lelaki itu. Namun Kanaya tidak bisa terus seperti ini, persetan soal janji jika besok Gema masih belum bisa dihubungi ia akan tetap mencari lelaki itu.

"Kakak, gak makan?"

Kanaya menolehkan kepalanya, Tio berdiri di samping pintu kamarnya. Adiknya itu memang sudah pulang dari kemah nya kemarin.

"Nanti, kamu duluan aja," ucap Kanaya, dengan senyum simpul.

"Ga ah, males makan sendirian." Tio melangkahkan kakinya masuk ke kamar Kanaya, merebahkan tubuhnya di samping Kanaya.

"Bang Gema kok ga kesini sih kak, kan aku udah bawa oleh-oleh buat abang," lirih Tio.

"Ntar juga kesini," jawab Kanaya mencoba santai, gadis itu melirik ponselnya berharap ada pesan dari Gema.

Tio diam, enggan menyahut ucapan Kanaya barusan, memilih memutar tubuhnya, meraih guling pink kanaya.

"Makan dulu!" Kanaya menarik lengan Tio yang hendak memejamkan matanya.

"Sama kakak!" Tio mendegus karna tarikan Kanaya yang cukup kuat, ia sempat terkejut.

"Iya! Ayo!" Kanaya menarik lengan Tio.

Sebenanya mereka tinggal makan, makanan sudah disiapkan oleh Ibu. Namun karna hari ini kondisi mood Kanaya tidak cukup baik gadis itu tidak berselera, Tapi Tio justru enggan makan jika sendirian.

Tio melirik sekilas ke arah Kanaya yang mengaduk-aduk makanannya tanpa minat. "Kakak berantem ya sama bang Gema?" tanya Tio memicing.

Kanaya menggeleng pelan. "Enggak," jawabnya lirih.

"Terus kenapa gitu!"

"Gapapa! Udahlah anak kecil ga usah kepo, cepet makan!" Kanaya dengan gerakan cepat meraup wajah polos Tio yang tengah mengunyah nasinya.

Lelaki itu berteriak tak terima. Segera menjauhkan diri dari Kanaya. Menatap kakak perempuan nya itu sengit.

"Aku tahun depan udah masuk SMA!" ketus Tio.

"Iya-iya gitu aja sewot!"

Ponsel Kanaya berdering, membuat gadis itu segera meraih ponselnya. Jantungnya berdegup dua kali lipat melihat nama Gema yang menelfonnya.

Gadis itu segera berdiri, memberi kode ke Tio bahwa ia harus mengakat telfon.

Kanaya menempelkan ponselnya ke telinga sembari melangkah menjauh. "Halo!"

"Kanaya," panggil Gema dengan suara begitu lirih. Seolah-olah lelaki itu tengah sekarat.

"Kamu dimana?! Aku kesana sekarang! Ga ada bantahan atau aku marah!" cerca Kanaya.

Justru kekehan pelan terdengar dari sebrang sana. "Gem-"

"Maaf ya sayang, besok aku sekolah kok,  tapi aku ga bisa jemput kamu. Maaf." Suara berat Gema begitu aneh di telinga Kanaya sekarang. Kanaya tahu betul lelaki itu tidak sedang baik-baik saja.

"Kamu kenapa?" tanya Kanaya ragu-ragu.

"Ga papa," jawab Gema lirih.

"Berapa kali kamu janji ga bakal boong!"

"Hehe, aku ga baik-baik aja, tapi besok bakal ga papa kok!"

Kanaya mengehela nafas kasar kembali.  "Kamu kenapa Gema!?" tanya kanaya kembali dengan nada sedikit naik.

RekahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang