PERTEMUAN

355 25 3
                                        

Sekedar mengingat kembali,

Siang itu, terik matahari terasa cukup menyengat untuk di tembus. Laki-laki berperawakan tinggi 175cm dengan atasan baju koko di tambah sarung hitam bersih dengan peci di genggaman berpadukan sandal swalo, berjalan keluar dari masjid setelah selesai solat Jum'at berjamaah.
Tak jauh dari sana tampak gadis tengah duduk meringkuk memeluk kaki nya dengan wajah menatap tanah. Laki-laki itu kemudian menghampirinya dan memberinya 2 lembar mata uang 10.000 an yang iya ambil dari saku koko yang iya kenakan.
Tanpa mengatakan sepatah katapun, lalu melangkah pergi dan tak menoleh pada gadis itu. Namun, beberapa saat setelahnya sebuah tangan lentik meraih tangannya yang sontak saja menahan langkahnya. seketika itu juga uang yang ia berikan dikembalikan kepadanya. Merasa pemberian tulusnya di tolak begitu saja, laki-laki itu mencoba menegur gadis itu agar tidak salah faham pada niat baiknya. Siapa sangka kedua muda mudi ini nyatanya saling mengenal satu sama lain.

Di lain tempat,

Sebuah warung sederhana di pinggir jalan yang juga berlokasi tidak jauh dari masjid yang ada di pinggir jalan raya itu, kini terduduk dua muda mudi yang akan bernostalgia dengan cuplikan singkat dari masa lalu mereka berdua. Di temani es kelapa muda pemuas dahaga, bersandingkan nasi hangat dan beberapa lauk di meja kayu bercatkan warna hitam legam.

"Kamu gak berubah sedikitpun ya In,"  memecah hening.

Suara tiba-tiba melambung memecah suasana hening nan canggung itu. Sapaan itu terdengar hangat meski sudah lama tak terdengar bagi In, setelah 1 tahun berlalu lamanya. Yaa, laki-laki asing yang In temui beberapa saat yang lalu tidak lain adalah Yusuf, lelaki yang membuatnya terlibat konflik masa sekolah karena menyelamatkannya dari panggilan akhirat. Ucapan yang terlontar begitu saja cukup membuat perasaan In terenyuh seketika. Bagaimana tidak, hanya Yusuf satu-satunya orang yang tau dan perduli dengan keadaan dirinya yang sebenarnya, juga mengerti akan perasaannya.

"Tak apa, aku faham, kamu memang seperti itu. Sulit untuk_" ucapannya terpotong.

"Gue baik, lo apa kabar?" Jawabnya singkat.

Jawaban singkat, namun mampu membuat Yusuf menatap singkat di iringi senyum tipis yang kini memperjelas lesung pipi kirinya.

"Apa yang lucu?" tanya In seketika dengan wajah heran.

"Nggak aaada,, dulu selalu aku yang tanya. Sekarang terbalik, berarti ada kemajuan" diiringi sedikit gelak tawa menggoda.

"Iiis,,apa sih" sedikit risih

In yang menatap Yusuf yang sedang menggodanya hanya mampu memalingkan wajahnya ke arah jalan sembari sedikit menampakkan senyum tipis karna tingkah teman lamanya itu.

Hal itu tak luput dari perhatian Yusuf yang membuatnya kembali menatap In dengan tatapan mata yang sama ketika ia pertama kali melihat wajah In dengan jelas kala itu.

"Naaah, makan!" ucap Yusuf menyodorkan sepiring nasi pada In.

In yang tersadar, lalu menatap ke arah makanan yang sudah terhidang di atas meja itu.

"Hah, gue?" tanyanya keheranan.

"Iyaaa,, MAEMUNAAAAH" jawabnya jengkel.

"Semua,?" kembali bertanya.

"Astagfirullah,," kesal

"Ya, ya, ya, ya, ya. IYAAAAA,,," jawab In tak kalah jengkel.

Beberapa saat kemudian, di tengah suasana yang kembali hening. Hanya terdengar beberapa suara kendaraan yang berlalu lalang melintas yang mengiringi suasana.
Yusuf hanya menikmati segelas es teh tanpa gula dengan sedikit perasaan lemon segar. Sembari menunggu In yang tengah melahap makanan, Yusuf mengambil secarik kertas dengan pulpen yang berada tidak jauh dari tempat mereka duduk. Kemudian menulis sesuatu di atasnya. In yang sedikit acuh meski sempat melihat, namun kembali melahap makanan yang di pesankan Yusuf untuknya.

AINUN s.1 [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang