BERJODOH? -3

107 12 0
                                    


Hari itu seperti biasanya, setelah dari rumah Yusuf, In kembali di antara Yusuf pulang kerumahnya. Cuaca masih mendung, jadi In di antar menggunakan mobil oleh Yusuf. Langit masih dengan awan mendung juga butiran air yang ia lepaskan. Tidak banyak yang mereka bincang kan di dalam mobil selama di perjalan, hanya berbagi sedikit kegiatan mereka masing-masing di hari itu.

Hujan belum juga surut setibanya mereka di pekarangan rumah In. Namun karena sudah jam 6 sore, Yusuf memilih untuk langsung pulang tanpa keluar dari mobil untuk sekedar berpamitan dengan Ima seperti biasanya. Yusuf hanya menitip salam pada In untuk Ima juga bik Ria.

Mereka masih berbunga-bunga dengan semuanya. In benar-benar telah berubah menjadi gadis anggun, tidak hanya dengan tampilan yang setiap hari mengenakan pakaian syar'i dan tertutup, namun juga sifat nya jadi lebih santun.

"Waah,, semakin rajin bertemu ya sekarang"_bik Ria

Kata-kata mengejek di lontarkan bik Ria begitu saja ketika melihat In pulang dengan membawa aura bahagia.

"In cuma nemenin Uminya ustadz dirumah"jawab In menunduk malu.

"Hh,, terserah. Tapi bibik ingetin, laki-laki itu semuanya bermulut manis. Dan kamu tidak akan tau kapan pisau akan menusukmu"_bik Ria

"Bik udahlah,, tolong jangan selau mengaitkan dengan masa lalu. Lagi pula,," ucapannya terpotong.

"Jangan lupakan bagaimana sepercaya gue dulu. Dan tidak pernah berekspektasi dengan keadaan sekarang"

"Biiik,, tolong kali ini ngertiin In. Sekaliii aja" memohon.

"Itu bukan kutukan. Gue cuma memberi tau, paling tidak lo harus siap-siap dari sekarang!" terdengar acuh namun dia tetap peduli dengan caranya.

Lelah berdebat, In memilih masuk ke kamarnya tanpa menimpali ucapan bibiknya.

"Ingeet,,kalau itu terjadi jangan pernah nangis depan gue" tegas bik ria dengan nada tinggi memperingatkan In.

In berusaha tidak peduli, namun perasaan gelisah tentu ada dalam fikiran In setelah mendengar ucapan bibiknya itu. Meski berusaha menepis semua fikiran itu, tetap saja ada rasa bimbang yang terselip dalam fikirannya.

Di lain tempat,

Dalam perjalanan pulang, Yusuf tak henti-hentinya mengumbar senyum tanda kebahagiaan. Bagaimana tidak, Umi nya seakan memberikan persetujuan kuat untuk hubungan mereka berdua.

Jalan yang sepi karena hujan juga karena sore menyajikan suasana yang cukup mencekam. Hanya gerimis dengan sedikit kabut hingga jalan tidak begitu terang. Tersadar dengan kondisi mobil yang terasa sedikit aneh, Yusuf pun menghentikan mobilnya ke tepian jalan untuk memeriksanya. Benar saja, ban depan mobilnya pecah. Karena mobil lama, Yusuf tidak membawa ban pengganti sehingga harus menelpon bengkel untuk di derek.

Sembari memeriksa mobilnya, tanpa di duga sebuah balok kayu menghantam pundak Yusuf dengan sangat keras. Yusuf tersungkur begitu saja di aspal dingin yang diguyur hujan. Tidak berselang lama, pukulan demi pukulan ia terima tanpa bisa melawan. Wajah Yusuf kian babak belur juga dengan tubuh yang basah kuyup karena hujan. Tangan  kekar bagian kanannya di injak, kemudian tubuh Yusuf di angkat dan di seret hingga kepalanya di benturkan beberapa kali ke arah mobil bagian depan. Darah kian bercucuran, pergelangan tangan Yusuf bagian kanan sudah tidak bisa di gerakkan lagi. Kini Yusuf hanya pasrah pada nasib dirinya karena sudah tidak bisa melawan. Samar-samar terlihat dua orang laki-laki mengenakan pakaian serba hitam tengah tertawa melihat kondisinya.

"Hahaha,,mampus lo" ucap orang misterius itu mengecam.

Mereka memang tidak mengenakan masker atau penutup wajah dan sejenis nya. Dari yang terdengar mereka benar-benar puas atas tindakan mereka pada Yusuf. Kala itu Yusuf tidak mampu melihat dengan jelas wajah dari pelaku tersebut. Meski beberapa kali Yusuf berusaha menguatkan diri, namun seluruh kekuatannya terasa sudah terkuras habis. Tidak lama setelahnya orang misterius itu pergi meninggalkan Yusuf yang sudah terkapar tak berdaya.

AINUN s.1 [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang