Beberapa tahun silam,
Di suatu pagi, sepasang kaki yang mengenakan sepatu lusuh tengah melangkah menyusuri lorong setiap kelas. Hampir setiap orang yang ia lewati berpaling menatap tak berkejap. Wajah cantiknya tidak bisa di sembunyikan lagi, rambut terikat dengan beberapa helai rambut yang masih terjuntai indah di bagian plipis wajahnya. Mata dengan sorot yang tajam menatap sekeliling seakan menantang keadaan. Mulutnya seolah penuh dengan permen karet yang di kunyahnya perlahan. Hanya sebagian dari seragam sekolahnya yang terlihat karena tertutup sweater hitam yang hampir setiap hari ia kenakan. Namun bedanya hari ini ia berani membuka topi kuncupnya dan memperlihatkan setiap jengkal wajahnya.
Siapapun bisa menebak dia adalah preman kelas versi perempuan. In, tidak ada yang tidak tau nama gadis dingin dengan kepribadian super pendiam di dalam kelas. Bahkan tidak ada yang mau berteman dengannya sampai hari itu, namun tidak ada juga yang berani mengganggunya setelah hari di mana dia berkelahi dengan teman laki-lakinya yang juga satu kelas dengannya. Benar-benar tidak ada yang ia takutkan, meski itu adalah anak dari kepala sekolahnya. Tentu banyak yang menggosipkan In karena itu, namun seperti biasa In tidak pernah ambil pusing dengan semua itu.
Ketika In memasuki kelas, semua pasang mata menyoroti dirinya dengan wajah kagum dan penuh kebingungan. Namun, tidak lama dari itu In memilih keluar karena laki-laki yang berkelahi dengan nya beberapa waktu lalu datang begitu saja menghampirinya. Tidak nyaman dengan itu, In keluar meninggalkan kelas dengan wajah datarnya.
Hari itu ada pertandingan antar sekolah. Dan SMA tempat In bersekolah adalah yang menjadi tuan rumahnya. Jadi hari itu tidak ada kegiatan belajar seperti biasanya.
"Pagi cantiiik"_Tomi
Tangan Tomi meraih bahu In lalu merangkulnya dengan sangat erat. Sedikit merasa tercekik, In membanting tubuh Tomi menghantam lantai dengan sangat lihai. Sebelumnya In memang pemegan sabuk hitam taekwondo dan karate jadi sangat mudah untuk melumpuhkan tubuh Tomi yang tidak seberapa berat dari badannya sendiri. Meski kekar, tingkat kepandaian Tomi jauh di bawah In saat itu, jadi tidak akan mudah menghadapi gadis cantik itu.
"Aaw, lo kelewatan banget sih. Aaelaaah" Tomi sedikit merengek.
In hanya tersenyum puas. Di samping itu, tidak hanya Tomi yang ada di sana melainkan Yusuf dan beberapa teman satu gengnnya yang juga datang ke sekolah In untuk tanding basket di sana.
Sweater hitam polos, celana basket pendek dan sepatu kets hitam juga headband terpakai rapi pada tubuh Yusuf. Sangat tampan, kulit putih Langsat nya juga lesung pipi kirinya benar-benar bisa membuat setiap siswi yang menonton akan tergila-gila karenanya. Tidak termasuk In yang yang sedari tadi menatap Yusuf dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Kenapa? Gue tampan kan? Lo pasti suka sama gue" ungkap Yusuf percaya diri.
In hanya tersenyum licik,
"Sekarang lo bener-bener sudah seperti cowok brengsek ternyata"_In
"Bener, gue gak suka sama lo. Dan lo gak seistimewa itu sampe gue harus ngalah buat kemenangan sekolah lo "_Yusuf
"Sama sekali tidak? Yaakin?" In sedikit mendekatkan tubuhnya ke arah Yusuf untuk mencoba menggodanya.
Tomi yang melihat wajah Yusuf yang telah mulai gelisah dan gugup pun sedikit menarik sweater milik In untuk sedikit menjauh dari Yusuf.
"Bisa malu jugak" In tersenyum licik lalu meninggalkan mereka di sana begitu saja.
Setengah menggigit bibirnya karena Yusuf gemas dengan tingkah In terhadapnya. Setelah itu, Yusuf juga teman-temannya berlalu pergi menuju lapangan basket di dekat sana untuk segera memulai pertandingan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AINUN s.1 [ END ]
Teen Fiction"Kita tidak gagal saling mencintai. Kita hanya gagal untuk saling memiliki" batin In Seketika tangis Yusuf pecah dalam kesendirian setelah In lenyap dalam bayang matanya. "In, mungkin setelah ini aku akan membenci dunia yang tidak ada kamu di dalamn...