Siang itu, dalam perjalanan pulangnya. Yusuf menjalankan sepeda motornya cukup pelan, kini isi kepalanya tengah berkecamuk dengan hebatnya. Pertanyaan demi pertanyaan kian muncul, namun tak sedikitpun ada keberanian dalam dirinya untuk sekedar bertanya.
Ada keyakinan kecil dalam hatinya akan gadis kecil yang Yusuf lihat di rumah In bukanlah anak dari In, dan laki-laki yang bersama In di restoran pagi tadi juga bukan suaminya. Namun setau Yusuf, Ayah In telah tiada dan akan sangat tidak mungkin bagi In bisa sedekat itu dengan laki-laki atau sembarang orang jika bukan orang-orang dekatnya. Duduk dan bercanda gurau bukanlah hal yang mudah di lakukan oleh In. Tapi mungkin saja Yusuf yang tidak pernah bisa dekat melebihi sekarang karena dia tidak ada apa-apanya bagi In.Cukup melelahkan jika terus di fikirkan, namun Yusuf tidak bisa memungkiri bahwasannya dia memang jatuh cinta pada gadis itu.
Setelah menghabiskan 30 menit lamanya dalam perjalanan pulang. Yusuf yang langsung masuk ke dalam rumah tanpa menyapa adik dan uminya yang berada di teras rumah dengan menampakkan wajah lesunya. Cukup mengherankan bagi sang adik, karena biasanya Yusuf akan menyambut hangat sang adik yang pulang dari pondok untuk berlibur beberapa hari. Tanpa berpikir panjang, sang adik yang diketahui bernama Hanan langsung menyusul kakaknya setelah mendapatkan persetujuan dari uminya.
"Assalamualaikum Ustadz Yusuf Ardian" sapa Hanan.
"Eeh,,, waalaikumussallam. Dek, kapan kamu pulang?" jawabannya sedikit kaget.
"Tadi siang" sambil berpelukan melepas rindu.
"Siapa nama cewek cantik itu kak" tanya Hanan yang mulai menggoda.
"Iiiiiih, Kamu masih kecil yaaa" ucap Yusuf yang faham maksud dari ucapan Hanan.
Sembari melepas pakaiannya, kemudian beralih mengambil handuk untuk mandi dan kemudian masuk ke dalam kamar mandinya meninggalkan Hanan yang penasaran akan gadis itu.
"Umi bilang, kak Yusuf kalau keluar sekarang lebih wangiiii, lebih rapiii, lebih ganteeeeng" teriak Hanan dari luar kamar mandi.
"Umi mana pernah bilang anaknya jelek sih" balas Yusuf dengan sedikit gelak tawa di dalam kamar mandi.
"Aku detektif handal lo kak. Kalau aku sampai tau, kakak dalam bahaya" mencoba mengancam Yusuf agar memberi tau siapa gadis yang Yusuf suka.
"Hhhh,,, terserahmu lah deeeeek" suaranya kian samar karena suara shower air yang mengucur deras.
Hananpun kemudian memilih keluar dari kamar Yusuf karena gagal dengan usahanya. Kemudian kembali pada uminya untuk melaporkan hasil usahanya yang gagal.
"Hhhhh,,,kak Yusuf pelit seperti biasanya umi" ucap Hanan lemah sembari duduk di bangku teras rumah.
"Hahaha,, sudah sudaaah, biarkan kakakmu tenang. Dia hanya malu sekarang" jawab umi bahagia.
"Aah,,gak seru ah" ucap Hanan kesal.
Malam itu, umi Dania tengah membereskan kamarnya untuk siap-siap tidur. Tiba-tiba Yusuf masuk dan tidur di ranjang uminya begitu saja. Uminya hanya menatap heran, sebab sudah lama sekali dia tidak melihat putra pertamanya bersikap manja seperti itu. Dengan senyum tulusnya umi hanya melirik tanpa berkomentar dengan tingkah Yusuf.
Lelah dengan uminya yang tak kunjung menyapanya, Yusuf lalu memberikan kode dengan hembusan nafas panjang bersuara lelah dan membuat uminya hanya tertawa kecil dan kembali tidak merespon Yusuf hanya untuk menggodanya."Aah,,umi sama aja. Cueknya ngeribetin" dengan suara dan wajah kesal.
"Loooh,,,kok bilang gitu?" tanya umi mengejek.
"Hhm,," respon Yusuf singkat.
"Cewek cuek bukan berarti gak suka" ucap umi dengan sedikit senyum meremehkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AINUN s.1 [ END ]
Teen Fiction"Kita tidak gagal saling mencintai. Kita hanya gagal untuk saling memiliki" batin In Seketika tangis Yusuf pecah dalam kesendirian setelah In lenyap dalam bayang matanya. "In, mungkin setelah ini aku akan membenci dunia yang tidak ada kamu di dalamn...