Sudah dua hari belakangan ini Yusuf tak pernah bertemu dengan In. Entah mungkin In yang menghindarinya dikarenakan kejadian beberapa hari yang lalu. Bagaimana tidak, setelah hari itu bahkan panggilan telepon dari Yusuf tak kunjung mendapat jawaban dari In, bahkan kadang Ima yang hanya menjawab panggilan itu.
Padahal setiap harinya, Yusuf selalu datang dan menunggu In di tempat biasanya. Hari demi hari berlalu, kerinduan semakin menyelimuti perasaan Yusuf pada gadis berparas cantik. Dan siang itu, seperti biasanya setelah selesai dengan kegiatannya mengajar di masjid Yusuf berniat untuk menghampiri rumah In sekaligus membeli beberapa makanan untuk Ima. Saat akan melangkah meninggalkan masjid, dalam perjalanan menyusuri bagian dalam masjid sejenak terlintas seorang gadis dengan setelan niqab juga gamisnya yang menutupi seluruh tubuhnya dan hanya terlihat bagian mata. Dalam benak Yusuf terlintas ingatan akan gadis bercadar yang menangis di kala tengan membaca kitab suci Al-Qur'an dulu. Perlahan Yusuf coba mengikuti gadis misterius itu yang tengah menuju bagian belakang di saf (barisan) wanita di belakang. Kali ini Yusuf tidak ingin kehilangan kesempatan untuk sedikit mengintrogasinya. Di tatapnya gadis itu lekat-lekat, entah seolah tengah menerka. Namun, saat pergantian Yusuf berfokus pada gadis itu, ponselnya tiba-tiba berdering yang mengagetkan dirinya. Dengan sangat terburu-buru Yusuf mengangkatnya karena yang menelpon adalah Umi Dania. Dengan penuh khawatir, beberapa kali Yusuf melihat ke arah gadis itu yang kini tengah khusyuk beribadah. Untungnya gadis itu tidak mendengarnya sehingga dia tidak akan terkejut dan pergi.Agar tidak menggangu, Yusuf akhirnya memilih untuk menunggu sebentar di luar. Tidak berselang lama, Yusuf memilih untuk menyusul gadis itu ke dalam. Karena terburu-buru saat melalui sebuah belokan pada sudut masjid yang mengarah ke pintu depan, hampir saja Yusuf menabrak tubuh gadis dengan cadar itu. Karena panik, Yusuf sampai menjatuhkan ponsel yang sedari tadi di genggamannya.
"Allahuakbar" kalimat itu seketika terlontar dari mulut keduanya.
Mereka berdua begitu terkejut sehingga dengan gerakan spontanitas mereka menjauhkan tubuhnya masing-masing yang hampir bertabrakan.
"Astagfirullahalazim, maaf maaf" ucap Yusuf yang terkejut.
Gadis bercadar itu hanya tertunduk dan tidak menjawab. Terlihat takut manatap lelaki yang tengah berada di hadapannya. Dengan jantung yang berdetak kencang, gadis itu beralih meninggalkan Yusuf yang tengah bertingkah grogi karena gugup.
"Mbak, tunggu sebentar"_Yusuf
Dengan tidak menggubris ucapan Yusuf padanya, gadis itu hanya melangkah semakin cepat menjauh dari Yusuf.
Yusuf yang setengah berlari mengejarnya berusaha menghentikan langkah gadis itu.
"Mbak, tunggu. Aku cuma mau tanya sesuatu. Tolong berenti sebentar"_Yusuf
Seolah di kejar kematian, gadis itu semakin mempercepat langkahnya.
Dengan memotong jalan tengah, Yusuf mampu mendahului gadis itu dan mencegatnya tepat sebelum keluar dari pekarangan masjid. Terlihat Yusuf yang dulu saat memperjuangkan sesuatu pantang akan penolakan."Sebentar, saya cuma mau tanya sesuatu mbak."_Yusuf
"Maaf mas, saya buru-buru" ucap gadis itu dengan suara yang sengaja ia samarkan.
"Saya cuma mau nanya mbak"_Yusuf
Saat akan melanjutkan ucapannya, tiba-tiba saja ponselnya kembali berdering, kali ini dengan nomer baru yang tidak asing bagi Yusuf. Sontak Yusuf dengan sedikit Waja bahagianya mengangkat panggilan telepon itu yang tidak lain adalah nomer milik Ima.
"Tunggu sebentar" Yusuf masih berniat menahan sebentar gadis itu.
Samar-samar terdengar suara sapaan gadis kecil dalam panggilan itu. Senyum tipis kembali terpancar dari wajah tampan dengan lesung pipi. Saat itu Yusuf memang mengalihkan pandangannya ke arah lain namun masih dengan posisi yang sama. Gadis bercadar itu hanya menatap Yusuf namun dengan raut wajah yang tidak begitu jelas. Saat akan menutup telponnya, Yusuf kembali mengalihkan pandangannya menuju gadis yang ada di depannya. Kedua pasang mata itu kini menatap satu sama lain. Hanya berselang beberapa detik saja, gadis itu kembali menunduk untuk mengalihkan pandangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AINUN s.1 [ END ]
Teen Fiction"Kita tidak gagal saling mencintai. Kita hanya gagal untuk saling memiliki" batin In Seketika tangis Yusuf pecah dalam kesendirian setelah In lenyap dalam bayang matanya. "In, mungkin setelah ini aku akan membenci dunia yang tidak ada kamu di dalamn...