"Dalam peroses menemukan jodoh terbaik. Selalu hadirkan Allah di dalamnya, sebab ketika engkau mendapatkan seseorang yang sesuai dengan keinginan kita, Alhamdulillah. Tapi ketika ternyata memang tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Maka jangan pernah gelisah, jangan pernah galau dengan keadaan itu. Karena boleh jadi orang yang kita harapkan kemudian tidak berjodoh dengan kita, karena Allah tau bahwa orang itu bukan yang terbaik untuk kita"Terdengar jelas sebuah ceramah pada siaran televisi pagi itu, setelah In solat subuh. Wajahnya menatap kosong ke arah jalan, tubuhnya masih terduduk membeku di luar rumah. Tidak lama setelahnya, ia beranjak pergi untuk mencari kerja karena di tempat sebelumnya ia bekerja telah dipecat bersamaan dengan bibiknya juga.
Di lain tempat,
Di tengah hiruk pikuknya suasana di rumah Yusuf pagi itu, setiap orang tengah sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Namun, berbeda dengan Yusuf yang hanya duduk melamun di atas balkon kamarnya. Memang setelah kejadian hari di mana ia gagal melakukan lamaran, Yusuf berubah 180°. Tidak banyak bicara atau merespon orang-orang di sekitarnya, tak terkecuali Umi juga Hanan. Meski begitu segala persiapan pernikahan nya sudah mencapai 90%.
Pernikahan Yusuf akan di adakan di rumahnya langsung pada besok harinya.
Siang menjelang sore,
Tidak ada tanda-tanda akan turun hujan, hingga siang itu terasa semakin terik dan menyengat. Seorang gadis cantik tengah menjajahkan tumpukan koran ke setiap penikmat jalan dengan kendaraan. Ketika lampu merah menyala, dengan sigap ia berlari untuk menawarkan koran juga beberapa majalah yang ia bawa. Sesekali ia mengusap peluh keringat yang menetes di pelipisnya. Beberapa kali juga ia sempat terjatuh karena terburu-buru, terkadang ia melepas bebean di tangannya untuk istirahat sejenak. Wajahnya terlihat lesu dan sedikit pucat. Mungkin karena ia belum sempat sarapan apapun pagi tadi. Beberapa uang receh ia simpan dengan rapi pada dompet lusuh miliknya.
Saat hampir terlelap dalam tidurnya, In di kejutkan oleh sebuah sentuhan pada pipinya yang memerah karena sengatan matahari. Tidak hanya itu, ia juga terkejut dengan kehadiran Hanan di samping nya dengan membawa sebotol minuman dingin di tangannya.
"Kakak pasti haus kan" sapa Hanan.
"Kamu, kenapa di sini?" dengan mata yang ia sipitkan seolah bertanya.
"Aku ada tujuan buat ketemu kakak. Karena ini pesan langsung dari Umi"_Hanan
Sontak saja raut wajah In berubah mendengarnya.
"Umi sebenarnya ikut kesini. Cuman karena dia malu, jadi cuma aku yang temuin kakak sendirian."
Wajah In masih dengan raut penuh tanya. Sesekali In juga menoleh ke segala arah seolah tengah mencari seseorang.
Sebuah paper bag di sodorkan Hanan untuk In.
"Apa maksudnya ini semua?" tanya In tanpa menerima pemberian itu terlebih dahulu.
"Umi yang kasih. Kalau kakak mau nolak. Nolaknya langsung ke Umi"_Hanan
Perlahan In membuka paper bag itu dan melihat semua isinya. Baru ingin ia kembalikan dan menolaknya, Hanan dengan tegas memberikan pesan dari Uminya
"Kakak masih tetap jadi anaknya Umi, masih tetap jadi kakak aku juga. Jadi kakak harus datang, bukan sebagai tamu, tapi jadi keluarga kita" tidak berani menatap ke arah In namun suaranya cukup jelas dan tegas ia utarakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AINUN s.1 [ END ]
Teen Fiction"Kita tidak gagal saling mencintai. Kita hanya gagal untuk saling memiliki" batin In Seketika tangis Yusuf pecah dalam kesendirian setelah In lenyap dalam bayang matanya. "In, mungkin setelah ini aku akan membenci dunia yang tidak ada kamu di dalamn...