Pagi itu Yusuf yang terburu-buru keluar kamar dengan menggenggam sebuah paper bag di tangan kanannya. Umi Dania terpaku membeku melihat tampilan Yusuf yang telah berubah. Benar saja, sebuah sweater polos berwarna hitam, celana jeans hitam, yang juga di padukan dengan topi hitam tampak melekat indah pada Yusuf. Tidak bisa di pungkiri jika Yusuf seakan kembali pada penyetelan awal seperti saat dia SMA."Yusuf,, Astagfirullah. Kamu ada masalah apa nak. Coba cerita ke Umi, tapi kamu jangan sperti ini. Umi takut"_Umi
Yusuf yang sebelumnya hendak melahap sarapan pagi itu akhirnya mengurungkan niatnya.
"Umiii,, Yusuf gak ada masalah apa-apa kok"_Yusuf
"Iya tapi kamu knpa kayak gini sih. Apa karena gadis itu menolakmu?" ucap umi Dania prihatin.
"astagfirullah, bukan umiii. Yusuf cuma mencoba gaya baru dalam berdakwah" berusaha meyakinkan umi Dania.
"Ya Allah, kamu nakutin umi" ucap umi lega.
"Udah ya, Yusuf buru-buru. Takut telat"_Yusuf
Memeluk juga mencium kening Umi Dania, Yusuf juga tak lupa bersalaman untuk berpamitan pada orang tuanya tercinta.
Umi Dania hanya mampu tersenyum bangga pada putra pertamanya. Sembari membereskan meja makan, Umi Dania terpaku sejenak melihat sebuah paper bag yang pasti tertinggal. Sedikit mengintip isinya, samar-samar terlihat sebuah mukenah cantik berwarna putih dengan sedikit motif penghias. Belum sempat dibukanya, sebuah tangan besar juga putih meraih paper bag itu lebih dulu. Tidak berselang lama, tubuh itu menghilang dengan cepat namun menyisakan suara yg tidak begitu jelas terdengar.
"Lain kali Yusuf kenalin orang nya langsung" teriak Yusuf dari kejauhan.
Waktu berlalu cepat,
Sepasang tangan menyodorkan sebuah paper bag pada In. Tidak lupa dengan senyum yang selalu Yusuf paparkan tanda ketulusan.
"Mulai dari hal yang sederhana dulu aja." meyakinkan In.
"Apa lagi ini ustadz ? Tolong lah jangan berlebihan lagi sperti ini !"_In
"Ini bukan apa-apa, jadi terimalah! Kumohon In" pinta Yusuf memohon.
Tak tega melihat Yusuf yang kian hari kian berusaha, dan dengan berat hati In juga menerima pemberian lelaki yg tengah bersamanya.
"Aku trima, tapi apa ini juga untuk kelancaran rencana kita?"_In
"Tentu" tegas Yusuf yakin.
Sejenak In membuka isi paper bag yang cukup besar itu. Matanya tak bisa berbohong pada apa yang In lihat.
"Pakailah, aku tunggu di sini!"_Yusuf
"Aa, baiklah. Aku kedalam sebentar"_In
Hanya berjarak beberapa menit kini In telah keluar dari dalam rumahnya dan berjalan menuju Yusuf yang tengah menunggunya. Yusuf benar-benar tidak mampu memalingkan wajahnya dari In, semakin In mendekat, semakin jelas prasaannya pada gadis itu.
Langkah mengayun pelan, senada dengan hembusan angin yang menyentuh tubuh In. Gamis panjang berwarna hitam polos sangat selaras dengan jilbab menutup dada berwarna coklat pastel. Terlihat anggun juga menawan dari sebelumnya.
"Cantik" ucap Yusuf tanpa sadar, namun cukup samar terdengar.
"Ah,,knpa ustadz?"_In
"A,aa,, Astagfirullah. Maksudnya masyaallah" grogi.
Mimik wajah In jelas terlihat bingung.
"Aku tidak biasa pakai pakaian sperti ini. Sdikit tidak nyaman"_In
KAMU SEDANG MEMBACA
AINUN s.1 [ END ]
Teen Fiction"Kita tidak gagal saling mencintai. Kita hanya gagal untuk saling memiliki" batin In Seketika tangis Yusuf pecah dalam kesendirian setelah In lenyap dalam bayang matanya. "In, mungkin setelah ini aku akan membenci dunia yang tidak ada kamu di dalamn...