ROMANSA-3

132 12 4
                                    

Suara juga suasana yang cukup ramai dan riuh oleh pengunjung di Mall itu membuat In mulai risih dengan keadaan. Berbeda dengan Yusuf dan juga Ima yang semakin bersemangat dan senang berada di sana.
Benar saja, In layaknya penonton bayaran yang hanya menonton tingkah dua orang yang menjadi penghias hidupnya. Berjam-jam lamanya, tak membuat Ima juga Yusuf lelah atau bosan berada di sana, dan In yang sudah bosan hanya memilih menunggu di sebuah bangku kosong di luar area permainan.
Yusuf kemudian keluar meninggalkan Ima yang asik bermain bola dan pergi membeli beberapa minuman untuknya dan juga In.

"Aku sudah lama gak main kesini" ucap Yusuf yang menyodorkan sebotol minuman pada In.

"Nggak, makasih" menolak.

"In,,tolong jangan marah dulu" pinta Yusuf memohon.

"Lo mau ngomong apa?" lelah.

"A,aaah,,ituu. Anuu" jawab Yusuf gugup.

"Tolong jangan kayak gini terus, gue cuman takut gak bisa bales kebaikan lo" kini suara In terdengar melemah.

"Gak ada yang perlu di balas. Yang aku lakukan itu tulus In,," meyakinkan In.

"Kalau gitu, cukup sampai disini! Jaga batasan antara kita." tegas In.

"Jangan memaksaku berhenti berjuang In! Paling tidak, coba terima dulu apa yang akan aku lakukan untukmu" memohon.

"Coba apa ? Tolong Yusuf,, tolong jangan lakukan hal yang akan mempersulit hidup lo sendiri" suara In yang kini terdengar memelas.

"Menikahlah denganku In" ucap Yusuf serius.

Kini Yusuf menatap In dengan pasti, tak sedikitpun terlihat keraguan dalam dirinya. In yang terkejut hanya terpaku menatap Yusuf seolah tak percaya.

"Hahaha,, tangan gue gatel lama-lama. Mu di gampar di bagian mana lo?" ucap In yang tak percaya.

"Aku serius In. Berapa mahar yang kamu mau?" ucapan Yusuf kian mendalam.

Tak sedetikpun pandangan Yusuf teralihkan pada sosok gadis cantik yang ada di depannya saat ini.

"Bentaar,, bentar. Gue gak suka suasana kayak gini." ucap In mengalihkan pembicaraan.

In yang sudah tidak sanggup menatap Yusuf mengalihkan pandangannya pada Ima yang kini tengah datang menghampirinya.

"Kakak, kakak, Ima mau pipis" pinta ima yang buru-buru menghampiri In.

"Aah,,iya sayang. Ayo ke toilet. Kakak anterin" beranjak pergi meninggalkan Yusuf.

Yusuf yang mentap In yang kian menjauh darinya seolah tersadarkan pada apa yang telah terjadi.

"Astagfirullah, Yusuuuuuf, Yusuf. Kamu kenapa tanya kayak gitu siiiiih. Dasar begoook" ucapannya menyalahkan diri sendiri.

Hanya beberapa kali tegukan pada botol minuman yang ia beli tadi, menandakan begitu gugupnys Yusuf dengan kejadian tadi. Merasa tidak percaya pada apa yang telah ia katakan membuatnya tidak tau harus berbuat apa saat In kembali nanti.

"Ya Allah, tolong Yusuf ya Allah" pinta Yusuf penuh harap.

Beberapa lama kemudian, In kembali dengan ima dari toilet. Seketika itu juga, In yang heran dengan Yusuf yang seolah terpaku dengan tatapan kosong langsung menegurnya.

"Lo kenapa, sakit?" tanya In.

"Aah,, nggak kenapa-kenapa" ucap Yusuf yang tersadar dari lamunannya.

"Tadi lo mau bilang apa?" tanya In lagi.

"Nggak jadi" singkat.

Hayalan Yusuf akan lamarannya pada In sirna begitu saja, karena belum sempat ia mengutarakan perasaannya, Ima datang tiba-tiba menghampiri mereka di sana.
Ya,, butuh kesiapan yang sangat matang untuk mengutarakan perasaannya pada gadis itu. Tidak mudah, namun tidak juga sulit. Semua hanya perkara waktu yang tepat.

AINUN s.1 [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang