SISI GELAP

116 13 0
                                        


Cuaca pagi itu tengah mendung-mendungnya. Dari sudut rumah sakit, gadis anggun dengan setelan gamis yang warnanya senada dengan jilbabnya berdiri menghadap taman di depannya. Berusaha menguatkan hati pada realita yang sudah di depan mata. Karena lelah dengan pelariannya In terhenti dengan nafas ya terengah, nafas sesak hingga tangis tak bersuara.

"Iya, aku memang bukan siapa-siapa dan tidak akan menjadi siapa-siapa" ucap In menggertak diri sendiri.

Jika mendung membawa hujan, maka luka menggiring air mata. Gerimis mulai datang, dedaunan juga ranting perlahan basah kedinginan.

Langkah cepat seorang laki-laki mendekat ke arah In.

"Kak, ayo masuk kedalam. Di luar dingin!"_Hanan

Tangan putih pucat meraih bahu In. Tidak butuh waktu lama, In mengusap air mata yang sedari tadi mengalir. Langkah berat tetap mengayun menyusuri tiap-tiap lorong menuju kamar Yusuf.

"Assalamualaikum"_Hanan

"Waalaikumussallam" jawab umi dan Yusuf bersamaan.

"Sini, sini, masuk nak" sambung umi.

Tidak menjawab, In hanya berjalan beberapa langkah dan bertahan dengan jarak yang jauh dari ranjang Yusuf. Tatapan mata kosong yang hanya mengarah pada lantai, terlihat layu dan mati.

"Umi, In pamit pulang dulu. Nggak ada yang di kerjain lagi soalnya, Obat ustadz ada di meja, 2 jam lagi dokternya datang" malu.

Suara In sedikit samar.

"Eeh, hujan begini. Enggak, Umi nggak izinin"

"Mau kemana kamu buru-buru? Ayolah, aku hanya bercanda" celetuk Yusuf dengan wajah puas dan sombong karena berhasil mengelabui In tentang ingatannya yang telah hilang.

Terdengar gelak tawa Hanan yang tidak jauh dari posisi In berdiri. In yang sedari tadi menunduk kini mengangkat pandangannya karena kaget. Benar-benar ekting yang hebat dari seorang Yusuf Ardian membongi In.

"Jangan gitu naak, In khawatir sama kamu. Jangan suka becanda begitu ah, gak baik" ujar Umi memperingatkan Yusuf.

Saat Yusuf menanyakan tentang In pada Uminya dan disangka In adalah Yusuf telah kehilangan ingatannya ternyata adalah bohong. Yusuf sengaja, dan hanya sebagai bahan candaan untuk In. Itu sebabnya Hanan mengejar In untuk membawanya kembali ke kamar atas perintah Yusuf. Yusuf tau apa yang akan terjadi pada In, sehingga Yusuf cepat-cepat bertindak.

"Maaf, maaf. Aku cuma bercanda" bela Yusuf dengan sedikit gelak tawa.

Seketika In berlari ke arah Yusuf, dan berdiri di samping ranjangnya. Di tatapnya wajah Yusuf dengan hangat, mata In pun masih berkaca-kaca.

"Aku tidak perlu obatnya. Tapi kalau tidak denganmu, maka tidak dengan hal lain"_Yusuf

"Jika amnesia bisa membuatmu tetep hidup. Aku tidak keberatan kamu lupakan."_In

Seketika itu juga, semua orang membeku mendengar ucapan yang dilontarkan In dengan sangat serius.
Tatapan diantara Yusuf juga In bertemu begitu saja.

Untuk pertama kalinya Yusuf mendengar ucapan In dengan maksud sedalam itu.

"Khem, hanan ke toilet dulu" sela Hanan untuk membuayarkan keadaan canggung itu.

"Umi ikut," celetuk umi, sedikit berlari menyusul Hanan.

Mereka pun keluar bersamaan tanpa mendapat respon dari In juga Yusuf yang tengah berbicara serius.

"Tolong jangan seperti itu lagi. Kamu terlihat sangat menakutkan" sambung In tanpa beralih pandangan.

"A, aa,aku. Minta maaf. Lagi pula bagaimana aku bisa lupa, apa lagi ki,," Yusuf grogi dan mengalihkan pandangannya ke arah jendela.

AINUN s.1 [ END ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang