Marmut Merah Jambu

169 16 4
                                    

Rena bukan penggemar buku mulanya. Dia hanya penikmat film-film bergenre komedi. Jadi, bila membicarakan buku kepada Rena, ia akan mundur secepatnya. Yang ia pikirkan, buku adalah pembahasan yang berat meski itu sebuah novel percintaan anak remaja sehingga bila disuruh membaca buku, ia akan tertidur.

Saat memulai masa SMA-nya, Rena agaknya tertarik pada teman sekelasnya.

Rei, namanya.

Rei itu murid yang tenang, punya senyuman yang teduh, dan otak yang pintar. Rei sering dijadikan incaran teman-teman sekelasnya untuk dijadikan teman agar mereka dapat contekan di setiap pelajaran hitung-menghitung dari Rei saat ulangan... Bahkan ada beberapa murid yang mengincarnya untuk dijadikan pacar. Meski Rena adalah salah satunya dari kedua itu, Rena tak berpikir dapat dekat dengan Rei. Menyapa Rei saja dia tak berani.

Ia menyadari kekurangan pada dirinya.

Rei murid pintar, ia murid yang agak lamban.

Rei senang membaca buku Tere Liye, ia senang membaca komik Sailor Moon.

Rei menonton berita mengenai dunia di TV, ia menonton sinetron Putih Abu-Abu di TV.

Jika ingin berhubungan dengan Rei, tak ada topik yang akan ia bawa sebagai alasan. Rena merasa dirinya tak akan cocok bersama Rei. Agaknya rasa ketertarikannya itu harus ia simpan rapat-rapat.

Namun, suatu hari Rena sibuk melihat isi beranda twitter-nya dengan ponsel blackberry-nya. Saat itu sedang jam kosong dan ia tak sedang ingin bergosip ria bersama teman segengnya. Dalam kesibukannya, ia mendapatkan kabar dari akun twitter milik Raditya Dika kalau penulis sekaligus komika itu akan mengeluarkan film baru dari bukunya. Jadi Rena pun menekan ikon re-tweet mengenai informasi tersebut.

"Marmut Merah Jambu?"

Rena kaget mendengar suara itu dekat dengan telinganya. Ia menoleh ke samping, sedikit mendongak. Rei berdiri di sampingnya, mengamati layar ponselnya. Setelah itu mata mereka saling bertemu, seketika jantung Rena berdetak keras selama sekali saat Rei mengulas senyum teduhnya. Jemari Rena perlahan terasa sejuk.

"Kau juga membaca buku-bukunya? Marmut Merah Jambu salah satu buku favoritku sejauh ini, aku tak menyangka buku itu akan difilmkan secepat ini. Kapan itu tayang?"

Rena sempat terdiam sebentar melihat Rei yang sedikit berjongkok dengan kedua tangan ia jatuhkan di atas meja Rena. Ia tak menduga Rei akan berbicara padanya.

"Itu... Aku belum tahu, hmmm... sebenarnya aku tidak terlalu tahu buku-bukunya." Jawab Rena, berusaha menutupi rasa salah tingkahnya. "Aku hanya mengikuti akun twitter-nya, berhubung dia lucu dan sering membalas tweet-tweet penggemarnya... Oh, ya, aku menonton Cinta Brontosaurus dan Manusia Setengah Salmon. Kalau bukunya, aku tak membacanya."

"Oh begitu, ya..." Rei mengangguk-angguk paham. "Kalau filmnya bagaimana? Kau suka?"

Rena mengangguk, ia pun tersenyum mengingat bagaimana kedua film itu dikemas dengan selera humornya.

"Suka. Apalagi yang Manusia Setengah Salmon."

"Rumah itu segalanya; tempat untuk pulang dan berlindung. Seperti ikan salmon yang kembali ke tempat mereka bertelur, meski seberapa berat pun perjalanan itu."

"Itu pembukaan filmnya!" Rena begitu takjub mendengar Rei dapat mengingat kutipan film tersebut. Rei terkekeh.

"Bagian mana yang kau suka?"

"Saat editornya muncul dari kolam berenang. Itu lucu."

Rei yang tahu adegan itu seketika tertawa.

"Itu salah satu adegan favoritku juga. Editornya ada di mana-mana, benar-benar seperti hantu." Ujar Rei masih setengah tertawa. "Kau tahu, kalau buku dan filmnya berbeda?"

HealingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang