Dia Sepuluh, Tapi...

219 16 16
                                    

"Dia sepuluh, tapi... dia masih ngejar-ngejar lu, padahal udah ditolak berkali-kali."

"Ini ngomongin Karin, kan? Nol lah. Ogah!"

Bagi Hikaru, dari semua ujian hidup yang pernah ia alami, tak ada ujian hidup yang lebih berat lagi dari ujian hidup menghadapi kelakuan Karin yang masih terang-terangan menyukainya.

"Pagi Runrun... hari ini suka gak sama aku?"

Berbagai macam cara sudah Hikaru lakukan agar cowok bermata sipit itu menjauh darinya: ditolak secara baik-baik, ditolak secara kasar, dan ditolak dari genteng sekolah. Tapi, memang dasarnya Karin bebal. Hikaru sendiri sampai mengalami 5L (letih, lesu, lelah, lunglai, loyo), hingga tak kuasa meladeni cowok itu.

"Enggak." Sahut Hikaru sambil lalu.

"Ya udah, besok mungkin Run suka sama aku." Kata Karin, optimisnya luar biasa. "Btw, nyontek PR Fisika dong, Run."

Awal mulanya, mereka bertemu saat kegiatan baris-berbaris di lapangan untuk pembagian kelas di hari pertama menjadi murid SMA, alih-alih langsung menjadi teman sekelas.

Hikaru sengaja agak telat masuk barisan karena tak mau baris di depan berkat tubuhnya yang mungil seperti Upin Ipin. Maka, berdirilah ia bersama Karin di baris belakang mengingat tubuh Karin tinggi menjulang layaknya Burj Khalifa.

Sempat saling melirik, Hikaru mengira Karin merupakan anak yang kalem. Apalagi melihat tampilannya yang sangat Chinese, di mana memiliki stigma otak encer dan tak suka mengganggu orang. Pasti kehidupan persekolahan cowok di sampingnya ini sekadar duduk di kursinya sambil mencatat penjelasan guru di depan kelas, yang bakal sering mengacungkan tangan bila ada pertanyaan dari guru atau ada hal yang tak dipahaminya, pergi ke kantin sendirian atau bareng murid-murid calon peserta olimpiade Kimia, kalau jam kosong pasti berkutat dengan buku Matematika ketimbang ikut berjudi bareng murid-murid bandel, dan segera balik ke rumah pakai sepeda Polygon setelah bel pulang sekolah berbunyi.

Ya, pokoknya, menurut Hikaru, cowok itu lebih cocok jadi murid SMA Immanuel daripada jadi murid SMA Negeri 046 Kelurahan Tanjakan Kembang Ceri.

"Eh, Run, ada anak kelas IPA-4 suka sama elu."

"Masa? Siapa?"

Hikaru jelas kaget mendapati kabar aneh bin ajaib dari teman sebangkunya yaitu Hono yang hobi merumpi ke sana-ke sini. Bagaimana tidak, Hikaru baru satu bulan menjadi murid SMA, tapi sudah ada yang suka sama dia... Anak kelas ujung yang tidak dikenal Hikaru pula.

"Lupa namanya siapa. Ganteng anaknya, Run. Katanya mau nembak lu hari ini."

"Ha?"

Tak lama, terdengar keriuhan di luar kelas. Berhubung kelas belum kedatangan guru, para murid X-IPA-2 yang penuh akan penasaran berhamburan keluar kelas. Tak terkecuali Hikaru yang sudah diseret Hono ke ambang pintu. Dikira ada perkelahian, tahu-tahu cowok Cina yang pernah berbaris di sebelahnya di hari pertama sekolah sedang diarak teman-teman sekelasnya menuju ke arah Hikaru. Di gerombolan murid X-IPA-4 tersebut terdapat kertas karton warna merah jambu yang diangkat bertuliskan 'Karin ❤ Hikaru'. Mereka juga bersorak-sorak, "Ayo, Karin, tembak, tembak!".

Cowok Cina yang akhirnya Hikaru tahu namanya adalah Karin ini cengar-cengir di hadapannya yang tak ubahnya bapak-bapak di Facebook yang senang kirim stiker bunga mawar bertuliskan 'Selamat Pagi, Cantik' di kolom komentar status cewek-cewek muda.

"Hikaru, ingat gak? Aku yang baris di samping kamu waktu pembagian kelas. Aku suka sama kamu dari situ," aku Karin, tanpa rasa malu. "mau gak jadi pacar aku?"

Sementara murid-murid di sekitarnya bersorak, "Te-ri-ma, te-ri-ma!", kesan pertama Karin di dalam pikiran Hikaru lenyap begitu saja, digantikan dengan ilfeel. Jelas Hikaru menolak. Selain karena mereka tak saling kenal, dia juga sudah terlanjur dibuat malu karena ramai yang menyaksikan acara tembak-menembak tersebut.

HealingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang