Perasaan gugup, sedikit tidak tenang, dan keinginan untuk melarikan diri, sedari tadi menguasaiku selama aku berada di izakaya yang didominasi oleh teman-temanku semasa sekolah dulu. Kursi-kursi telah terisi hingga menyisakan satu. Meja panjang disesaki hidangan yang telah dipesan sebelum aku datang. Udara dikuasai pembicaraan yang beragam, ternyata tak bisa kuikuti—perhatianku terbagi-bagi berkat perasaanku ini.
"Hei, semuanya. Ketua Kelas kita datang!"
Perbincangan di meja makan pun sekejap terhenti, sama halnya dengan degup jantungku sebelum dihentak keras. Perhatian kami pun berpindah ke sosok yang sedang berjalan menghampiri meja kami.
"Apanya yang Ketua Kelas? Aku ini sudah bukan ketua kelas kalian lagi lho." Keluh sosok itu, meski tidak terdengar mengeluh berkat matanya yang tersenyum seperti bibirnya.
Sosok itulah penyebab perasaanku bercampur aduk ini. Wanita itu bernama Sugai Yuuka. Sang Ketua Kelas kami. Teman dekatku semasa sekolah. Dan... orang yang kusuka.
Setelah sepuluh tahun tak bertemu, Yuuka tampak sedikit berbeda dengan wajah tirusnya yang diberi riasan, rambut sedada lurus berwarna cokelat, dan blus krim bersama rok tanggung hitam di balik mantel berbulu cokelat yang ia kenakan. Padahal dulu Yuuka punya pipi berisi yang nyaris tak dipoles riasan apa pun, apalagi mewarnai rambut kuncirnya karena sekolah melarangnya, dan Yuuka selalu mengenakan seragam sekolah atau gaun selutut bila sedang jalan-jalan di akhir pekan.
"Mengapa kalian menatapku begitu?" tanyanya, lalu memperhatikan dirinya sendiri. "Aku terlihat aneh?"
Orang-orang di sekitar menyemburkan tawa.
"Bagaimana bisa Ketua Kelas kita yang selalu datang pertama menjadi orang terakhir yang datang?" seloroh wanita yang berada di dekatku, Fuyuka. "Kau lihat si bandel langganan terlambat ini," Fuyuka menunjukku, "dia bahkan datang setengah jam sebelum acara dimulai."
Aku dan Yuuka pun saling bertukar pandang. Napasku sesaat terpotong. Senyumnya yang lebar dan menawan pun tercetak di wajahnya sebelum mengedar kepada yang lain.
"Maaf, maaf... Lain kali aku akan datang lebih awal." Katanya seraya duduk di kursi kosong.
Berada di seberangku, Yuuka tak henti-hentinya menjawab pertanyaan dari orang-orang di sekitarnya: Yuuka yang lebih memilih menjadi guru SMA, alih-alih bekerja di perusahaan ayahnya; Yuuka yang masih sering berpindah tempat tinggal di mana ia masih serumah dengan orangtuanya yang hobi mencari rumah bagus; dan Yuuka yang malu-malu membicarakan hubungan asmaranya dengan seseorang.
Di sela-sela aku menyantap yakisoba, seseorang menyodorkan udang bakar padaku. Aku pun mengangkat pandangan.
"Kau tak takut orang-orang menghabisi udangmu?" ujar Yuuka padaku. "Atau sebenarnya makanan kesukaanmu bukan lagi udang?"
"Udangnya terlalu jauh dariku. Aku tak kuasa mengambilnya." Sahutku sembari mengambil salah satu udang di dalam piring persegi panjang tersebut. "Tapi, terima kasih."
"Biasanya kau tidak peduli seberapa jauh makanan favoritmu berada. Ingat waktu sekolah dulu? Kita pergi ke Kamakura sepulang sekolah demi makan udang segar di tepi laut."
Aku tersenyum mendengarnya. "Setelah itu kita main ke pantai dan kau terjatuh saat di bibir pantai sampai seragammu basah."
"Benar! Kau juga basah waktu itu. Kita sama-sama terjatuh."
"Tidak, tidak. Itu karena aku hendak membantumu berdiri, tapi kau malah menarikku ke air pantai dan aku berakhir basah sama sepertimu."
"O-oh... benarkah? Tapi menyenangkan, kan?"
"Apanya yang menyenangkan? Kita menggigil saat pulang."
Kami pun saling tertawa, lalu kembali menyantap hidangan masing-masing.

KAMU SEDANG MEMBACA
Healing
FanfictionCerita pendeknya Sakurazaka46 yang agak melokal. [Ditulis menyesuaikan mood dan pengalaman]