Kira merupakan siswa tahun kedua yang baru saja resmi menjadi anggota Sispala. Saat masih di tahun pertama, Kira sudah mengikuti kegiatan ekskul Sispala, namun ia gagal menjadi anggota karena ia sakit saat akan di mulainya kegiatan pengukuhan anggota yang biasa disebut sebagai Pendidikan Dasar.
Meski begitu, Kira tak berhenti begitu saja. Tahun depannya, ia kembali mengikuti ekskul Sispala dan akhirnya menjadi anggota resmi. Ada beberapa anggota selain Kira yang menyusul, dan mereka disebut sebagai Angkatan Luar Biasa atau disingkat ALB.
Membicarakan kegigihan Kira mengikuti Sispala, ada alasan kenapa Kira tetap ingin berada di sana meski alasan utamanya adalah ia menyukai berkemah di alam: Kira menyukai seniornya di Sispala.
Senior di tahun ketiga yang sebentar lagi akan lulus. Moriya, namanya.
Moriya merupakan senior yang galak ketimbang senior lainnya. Jarang tersenyum dan sering membentak anggota-anggota di bawahnya bila berbuat salah. Moriya yang memiliki sikap tegas membuat yang lainnya segan padanya, terkecuali pembina Sispala.
Kira termasuk anggota bawah yang cukup takut bila berhadapan dengan Moriya, saling tatap saja ia tak berani, apalagi sekadar berbasa-basi. Walau begitu, entah kenapa ada perasaan tertarik yang tersimpan pada Moriya. Barangkali itu bermula saat kegiatan repling.
Sejatinya Kira takut ketinggian.
Saat ia bersama Onuma sampai di atas puncak dinding repling, ia mengaku bahwa ia takut untuk turun ke bawah. Senior yang bertanggung jawab dengan tali karmantel tak menghiraukan pengakuan Kira. Kira yang sudah terlalu gugup meski Onuma berhasil turun dengan lancar, membuat dia tak bisa mendorong tubuhnya dengan kakinya. Ia tahu tali karmantel yang berada di tubuhnya akan membantunya bila ia salah loncat dan terjatuh, namun ia membayangkan kemungkinan-kemungkinan ia mati bila jatuh dari ketinggian.
Para senior yang ada di sana terus mendesaknya. Masih ada beberapa anggota lain yang belum turun. Kira tak suka didesak. Pada akhirnya ia menuruni dinding tersebut. Loncatannya terlalu kaku, tangannya menggenggam kuat tali karmantel, dan ia menangis. Baru sampai setengah, ia pun melepaskan kakinya di dinding yang membuat ia turun dengan bantuan tali karmantel yang diulur oleh senior yang berjaga di bawah.
Meski telah turun, Kira tak segera bernapas lega. Sebab kedua lengannya tak bisa dibujurkan, begitu kaku dan sakit. Hal itu membuatnya kembali menangis. Para anggota yang telah selesai sesi repling menghampirinya dan para senior tampak tak begitu peduli kecuali Risa-Risa memang senior yang paling perhatian kepada anggota bawah. Saat Risa menghampirinya, Kira menjelaskan apa yang terjadi pada kedua tangannya. Di saat itulah Moriya datang yang bermula hanya ingin mengingatkan Risa untuk segera gantian menemani Ozeki di atas dinding repling.
"Ada apa?" tanya Moriya kepada Risa sembari memperhatikan Kira.
"Tangannya tak bisa bujur. Kaku." Jelas Risa. "Bantu dia, ya."
Lalu Risa pun meninggalkan mereka berdua yang sudah duduk di bawah kanopi gedung. Moriya pun memijat kedua tangan Kira dengan salap yang sebelumnya ia beli di apotek terdekat.
"Sepertinya kau kurang pemanasan." Ujar Moriya. "Pemanasan juga harus dilakukan dengan serius dan jangan setengah-setengah. Kemudian, jangan terlalu takut. Santai saja."
Kira tak menyahut ujaran Moriya, ia hanya terdiam dengan tatapan lurus ke kaos olahraga berwarna merah yang dipakai Moriya. Matanya sembab. Walau responsnya seperti mayat hidup, saat itu Kira berpikir ternyata Moriya memiliki sikap yang lembut. Kira jelas tak menyangka itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Healing
FanfictionCerita pendeknya Sakurazaka46 yang agak melokal. [Ditulis menyesuaikan mood dan pengalaman]