Alur, tempat, dan instansi yang disebutkan dalam cerita hanya fiksi.
*
*
*Menatap mata Didi dari dekat Arya seakan terhipnotis, tak ingin berpaling. Pun dengan Didi yang terpana dengan wajah tampan Arya. Rasanya sayang melewatkan salah satu pemandangan indah ini.
Arya dan wanita yang ada di bawah tubuhnya saling menatap. Otaknya berkata agar dia segera bangkit, tidak sopan menatap seorang wanita begitu intens. Tapi bagaimana lagi, Arya begitu menyukai binar mata Didi. Bagai ingin tenggelam di mata dengan kelereng coklat itu.
Wajah Arya begitu dekat di depan Didi. Alis tebal dan rapi milik pria itu menarik perhatian Didi. Hidung mancung serta rahang tegas. Ternyata selain keindahan alam, desa ini pun memiliki Arya yang tak kalah memesona dari dewa-dewa yunani.
Lama mereka saling mengagumi dalam diam, sampai...
"Hei! Kalian mau buat mesum disini ya?!" Tuduh sebuah suara tiba-tiba.
Setelah tersadar sesegera mungkin Arya bangkit dari atas tubuh Didi. Tak lupa menggumamkan kata maaf. Lalu menatap seorang laki-laki paruh baya berpeci yang berteriak pada mereka.
"Enggak pak, bapak salah paham. Kami nggak ngapa-ngapain." Jelas Arya.
"Bener kata Arya, pak. Kami nggak berbuat apa-apa disini. Cuma ngobrol." Tambah Didi agak panik. Malu juga terpergok dalam posisi tidak biasa dengan Arya.
"Halah! Nggak usah bohong! Saya lihat sendiri kok kalian tindih-tindihan! Apalagi kalau nggak mesum namanya!" Bapak tersebut kemudian memukul kentongan untuk memanggil warga.
"Eh... eh... ngapain dipukul pak?"
"Pak, kami nggak bohong. Tolong percaya kami, pak." Arya lagi-lagi meyakinkan namun percuma. Warga sudah berkumpul.
"Ada apa, Yad?" Tanya salah seorang warga bernama Sani.
"Ini, San. Mereka berdua ini ketauan mesum!"
"Wah! Keterlaluan kalian ini!" Kaya salah satu warga, diikuti warga lain pula. "Kampung ini bukan tempat mesum!"
"Namanya juga orang kota! Gak tau adab dan norma!"
Tubuh Didi bergetar ketakutan diserang langsung oleh orang ramai begini. Dia tidak bisa membalas apa-apa.
"Kami nggak melakukan apa-apa, pak, bu. Saya kebetulan lihat mbak Divya di sini dan kami cuma ngobrol." Arya memberi pembelaan lagi berharap orang-orang ini percaya.
"Orang ngobrol nggak pake tindih-tindihan! Udah kita arak aja mereka keliling kampung!!" Disambut koor warga yang setuju.
"Sudah, sudah pak. Jangan seperti itu. Kalau memang mereka berbuat seperti itu lebih baik kita nikahkan saja." Pria yang lebih tua menjadi penengah.
Menikah? Oh tidak! Itu sama mengerikannya dengan diarak keliling kampung bersama Arya! Didi tidak bisa melakukannya.
Belum sempat menyuarakan protesnya Didi sudah merasakan badannya dipaksa berjalan. Menuju balai desa yang tidak jauh dari sana.
Sampai di balai desa Didi mendengar mereka akan mencari penghulu. Lalu Arya yang mempersiapkan mahar dan cincin. Mereka akan dinikahkan siri malam ini.
Sementara yang lain mempersiapkan pernikahan, Didi menarik Arya agak ke pojok. Ingin mencecar pria itu yang dengan mudahnya setuju untuk menikah.
"Ar! Nggak bisa gini dong. Kita nggak mungkin nikah! Kita baru kenal dua hari!" Kata Didi penuh penekanan. Sebutan 'mas' yang biasa Didi sematkan ketika memanggil Arya hilang.
![](https://img.wattpad.com/cover/288407814-288-k289549.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cukup Hanya Dirimu
Ficción GeneralNiatnya Didi datang ke kampung ini hanya ingin berlibur, setelah lelah bertahun-tahun menjadi budak korporat. Juga sebelum dia beralih menjadi babunya Arman. Tapi baru dua hari di sini Didi malah dinikahkan! Dengan prince charming idola para wanita...