Alur, tempat, dan instansi yang disebutkan dalam cerita hanya fiksi.
*
*
*"Di, udah siap? Kok lama banget?" Arya masuk ke kamar. Guna melihat mengapa istrinya belum siap juga dari tadi. Padahal tadi Didi mandi duluan.
Wanita itu sekali lagi memeriksa make-up dan rambutnya. Dirasa sudah sempurna, dia menghampiri Arya.
Didi terkekeh karena Arya yang terpana menatapnya. "Cantik itu butuh waktu dong, mas suami." Menepuk-nepuk pelan pipi Arya. "Masa suamiku ganteng, aku nggak cantik sih."
Arya memakai kemeja batik lalu Didi dengan dress brukat, mereka tampak begitu serasi. Entah kebetulan atau memang berjodoh mereka memiliki baju berwarna sama. Padahal dress itu Didi beli setahun lalu dan kebetulan (lagi) dia membawanya.
Hari ini adalah hari pernikahan salah seorang anak tetangga bernama Fira. Si pria pun teman Arya yang juga bekerja di kebun kopi. Jadi Arya dan Didi akan menghadiri pesta yang dirayakan kecil-kecilan itu.
"Ar, yuk berangkat. Nanti telat."
Arya sadar dari keterpakuannya. "Iya, ayo." Menatap istrinya lagi sebelum mengikuti langkah Didi keluar rumah.
Istrinya begitu cantik. Dengan dress selutut berwarna coklat dan rambut sebahunya yang dibuat bergelombang. Pasti orang-orang lebih memperhatikan Didi dibanding si pengantin.
Ah! Rasanya tidak rela membagi kecantikan itu dengan orang lain. Arya ingin wajah cantik Didi itu untuknya sendiri.
Tapi bagaimana lagi, berdandan ataupun tidak, Didi tetap cantik. Tidak mungkin, 'kan Arya mengurung Didi di rumah terus agar orang-orang tak melihatnya. Itu mustahil dan terdengar gila.
Untung saja rumah tempat diadakannya pesta dekat rumah Arya. Jadi tidak perlu mengeluarkan tenaga lebih untuk berjalan ke sana. Make-up Didi pun aman, tetap stay pada tempatnya.
Acara ini cukup sederhana. Hanya ada satu meja prasmanan untuk makanan utama lalu sebuah meja kue. Tidak ada tempat camilan lain seperti pesta pernikahan yang biasa ada di kota. Lalu musiknya pun hanya diputar melalui speaker dengan flashdisk tertancap. Itupun semuanya lagu yang Didi tidak tahu.
Mereka duduk di kursi plastik yang disediakan. Setiap orang yang melewati atau melihat Arya pasti menyapa. Tentu dibalas oleh suami Didi. Dan ada pula yang mengatakan, "cantik banget istrimu, Ar." Atau "pengantennya malah kalah cantik dari Neng Divya." Membuat Didi merasa tidak enak. Bagaimana pun tidak ada pengantin yang ingin tamu mengalahkan kecantikannya dihari pernikahan.
"Ar, apa dandananku berlebihan?" Bisiknya. Padahal Didi merasa make-up yang dia buat adalah yang paling sederhana. Biasanya Didi bahkan pergi ke salon untuk berdandan serta menata rambut.
"Enggak kok."
"Tapi mereka bilang pengantennya jadi kalah cantik."
"Itu karena kamu memang lebih cantik dari Fira." Jawab Arya enteng. Membuat Didi memukul bahunya pelan.
"Kalau nggak cantik, bukan istri kamu."
Dari sudut pandang orang lain, terlihat Arya dan istrinya sedang berbisik-bisik mesra lalu tertawa bersama. Sungguh gambaran pasangan yang sempurna. Kalau mengutip istilah jaman sekarang, mereka adalah couple goalsnya kampung ini.
Diatas kebahagiaan orang lain pasti ada saja orang yang iri. Yaitu para penggemar Arya. Sebagian besar ada di sini mengingat hampir seluruh desa diundang ke acara ini.
Mereka menatap Didi dengan pandangan tak suka namun tak berani bersuara. Hanya menyimpan dalam hati. Geram karena prince charming mereka diambil Didi. Apalagi dengan cara 'menggoda' Arya hingga menikahinya. Jika Arya tidak menikah, 'kan mereka masih punya kesempatan.
![](https://img.wattpad.com/cover/288407814-288-k289549.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cukup Hanya Dirimu
Fiksi UmumNiatnya Didi datang ke kampung ini hanya ingin berlibur, setelah lelah bertahun-tahun menjadi budak korporat. Juga sebelum dia beralih menjadi babunya Arman. Tapi baru dua hari di sini Didi malah dinikahkan! Dengan prince charming idola para wanita...