Setelah semalaman Peter menghabiskan waktunya dengan bersedih. Esok harinya Luna mencoba menemui kembali Peter. Begitu ditemui, ada perbedaan dari raut wajahnya pagi itu. Sangat berbeda sekali jika dibandingkan dengan tadi malam.
"Ada apa denganmu? Kau terlihat riang hari ini?" tanya Luna.
"Kau tidak akan mengerti," ucapnya pendek.
"Jelas aku tidak akan mengerti, kau tidak menjelaskannya padaku," timpal Luna.
"Memangnya, apa yang kau harapkan dariku?" Peter tersenyum kecil pada Luna.
"Kau ini kenapa? Kemarin kau begitu terlihat rapuh dan menyedihkan," ujar Luna merasa kebingungan dengan perubahan sikap Peter yang drastis.
"Benarkah? Separah itu, ya!" Kali ini Peter malah tersenyum lebar.
"Hei, ada apa denganmu? Kau begitu aneh sekali pagi ini." Luna terlihat peduli sekali kepada Peter.
Tanpa menjawab pertanyaan Luna, Peter sepertinya tengah sibuk mengumpulkan beberapa barang miliknya. Sementara itu, Lindan masih sibuk menyiapkan sarapan pagi. Karena Luna datang pagi itu, maka Lindan menyiapkan satu porsi lagi makanan untuknya.
"Sarapan dulu, makanan sudah siap," tawar Lindan.
"Terima kasih, Tuan. Maaf jadi merepotkan," ujar Luna.
Mereka bertiga makan dengan lahap, terutama Peter. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa kemarin, Luna yang melihatnya hanya mengangkat alis meski sibuk menyuapi makanan ke mulutnya.
"Serius, apa kepalamu terbentur sesuatu sehingga melupakan kejadian kemarin?" tanya Luna yang masih tetap penasaran.
"Bukan, aku masih ingat kejadian itu."
"Dia ... dia memutuskan untuk pergi menjelajah." Akhirnya Lindan yang menjelaskan alasan sikap Peter seperti itu.
"Apa? Menjelajah? Ke mana?" Luna bertanya-tanya.
"Ke mana saja. Yang jelas aku akan segera meninggalkan lembah ini," kata Peter.
Rupanya, barang-barang yang tadi dia persiapkan adalah perlengkapannya untuk mengembara nanti. Akan tetapi, setelah Luna mendengar semua itu dia malah tertawa. Rasanya itu seperti sebuah lelucon.
"Apanya yang lucu?" tanya Peter saat menoleh ke arah Luna.
"Hihihi, Bukan itu." Luna cekikikan sambil menutup mulut oleh tangan kanannya saat mengatakan itu. "Bahkan kau belum menyadari dengan kekuranganmu sendiri."
"Jangan meremehkanku. Aku tetap akan pergi dari sini, memenuhi keinginan mereka agar aku menjauh dari kehidupan mereka!" kata Peter.
"Yang kumaksud adalah kau bahkan belum memiliki zirah sendiri. Setidaknya, belajarlah menggunakan mana untuk berjaga-jaga," kata Luna.
"Aku tidak peduli lagi soal itu, akan kucari sendiri identitasku yang sebenarnya." Peter membulatkan tekadnya.
Luna kemudian mendekati Peter. Memegang ke dua bahunya dan menatap tajam dengan serius.
"Ini bukan lelucon, Peter. Setidaknya mulailah berpikir bagaimana untuk bertahan hidup. Kita dalam situasi peperangan. Kalau kau lemah, kau hanya akan mati konyol!"
Setelah menatap mata Luna dengan serius, Peter memalingkan wajahnya dan merasakan kekhawatiran Luna terhadapnya. Ini sama seperti saat malam itu, malam di mana Lindan mengatakan hal yang sama kepada dirinya setelah bertekad untuk pergi mengembara.
Entah apa yang ada di pikirannya, mendadak ucapan ini langsung meluncur di mulutnya.
"Akankah kau tetap berada di sisiku meski aku pergi menjauh?" tanya Peter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peter Mint ~Miracle of Evolution~ (Telah Terbit)
FantasyKetika menyadari bahwa kelahirannya berbeda dari bangsa kurcaci lainnya, Peter Mint merasa krisis identitas. Apalagi setelah mengetahui tiga kalimat dari nubuat yang ditemukan oleh sang tetua kurcaci, Lindan. Dalam petualangannya juga dia berhasil m...