Setelah menyusuri padang rumput Niladelia yang terkenal akan rerumputannya yang indah nan cantik, Peter dan Luna telah sampai di sebuah peradaban kehidupan manusia. Perjalanannya menghabiskan sekitar dua hari perjalanan.
Dari atas bukit yang mengelilingi negeri manusia, mereka bisa melihat dengan jelas perbedaan kehidupan antara di Bukit Lembah Hijau dengan negeri manusia.
"Astaga, Luna. Belum pernah aku melihat pemandangan seindah ini," kata Peter dengan penuh takjub.
"Aku juga," ucap Luna yang takjub saat terbang rendah melihat semua itu.
"Apakah ini bernama bukit lembah manusia?" tanya Peter.
"Mungkin saja, kita sebut saja begitu," sahut Luna.
"Ayo, kita segera ke sana. Aku sudah tidak sabar," ajak Peter.
"Tu-tunggu. Kita harusnya jangan menampakkan diri pada manusia!" Luna menahan lengan Peter yang sudah tidak sabar menuju lokasi tempat tinggal para manusia.
Peter langsung terhenti, menyadari kalau dia tidak bisa begitu saja menampakkan diri pada manusia dengan tampilan seperti itu.
"Lalu kita harus bagaimana?" tanya Peter kebingungan.
"Jika tidak menyamar, maka berbaur layaknya manusia biasa dengan menyembunyikan identitas."
Luna merogoh kantung miliknya, mengambil dua buah jubah berwarna coklat tua pemberian Nomada.
"Gunakan ini, maka kita akan terlihat seperti manusia," kata Luna memberikan satu jubah itu pada Peter.
"Benarkah?" tanya Peter tersenyum lalu memungut jubah itu.
Mereka berdua menggunakan jubah tersebut. Karena Luna seorang peri maka selain harus menyembunyikan sayap, dia juga harus berjalan biasa layaknya manusia. Karena jubah itu tertutup dan ada penutup kepala, mereka bisa dengan aman berbaur bersama ras manusia lainnya. Tanpa ada yang curiga sedikit pun.
Luna yang terbiasa membaca buku mengenai peradaban manusia, tidak asing dengan arsitektur atau bentuk rumah manusia. Peter melirik kiri-kanan sambil mendengarkan penjelasan Luna dengan perasaan gembira. Mula-mula mereka menapaki jejeran rumah-rumah besar, sesekali mereka berpapasan dengan manusia dan melempar senyum pada mereka.
"Lihat manusia tadi, mereka cukup ramah. Mereka melempar senyum pada kita, padahal kita orang asing mungkin di mata mereka," bisik Peter pada Luna.
"Entahlah Peter. Pesanku jangan sampai identitasmu ketahuan," balas Luna dengan berbisik.
Dalam perjalanan, mereka juga melihat seorang ibu yang tengah menggendong bayi. Sangat lucu dan menggemaskan. Peter sangat gemas melihat bayi yang lucu itu. Mereka hanya melempar senyum pada ibu tersebut dan berlalu pergi.
Sekarang mereka mulai memasuki sebuah keramaian. Inilah yang disebut pasar, ada beraneka macam jenis barang dagangan di sana. Lagi-lagi Luna dengan pengetahuannya memahami kalau mereka sudah memasuki kawasan pasar dari ras manusia.
"Peter, di sini jika kita ingin mencari bahan makanan. Kita harus membelinya. Berbeda dengan kita yang menggunakan gandum tiga warna sebagai bahan pokok utama bagi para Peri," ucap Luna sedikit berbisik.
"Begitukah? Ternyata kehidupan manusia sangat berbeda sekali dengan yang kubayangkan. Ini menakjubkan," ujar Peter.
Meski keadaan pasar cukup ramai, rupanya ada satu lokasi yang begitu dikerubungi banyak manusia. Sehingga membuat Luna dan Peter penasaran.
"Maaf, ada apa gerangan?" tanya Luna pada seseorang yang ada di depannya.
"Katanya, ada makhluk dari Elf tertangkap dan sekarang dijadikan tontonan," jawab orang itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Peter Mint ~Miracle of Evolution~ (Telah Terbit)
FantasyKetika menyadari bahwa kelahirannya berbeda dari bangsa kurcaci lainnya, Peter Mint merasa krisis identitas. Apalagi setelah mengetahui tiga kalimat dari nubuat yang ditemukan oleh sang tetua kurcaci, Lindan. Dalam petualangannya juga dia berhasil m...