Luna segera menyeret Peter keluar dari rumah Lindan untuk menghindari Loas yang masih berdiri di ambang pintu.
"Sepertinya kau membutuhkan ruang pribadi untuk berbicara sesuatu," kata Loas yang masih melipat tangannya dengan tersenyum lebar.
"Diam, biarkan aku menyelesaikan urusanku sendiri!" Luna menghunuskan tatapannya pada Loas.
Pergelangan tangan Peter masih diseret oleh Luna untuk mengikutinya keluar. Dia hanya manut-manut saja saat diseret seperti itu tanpa berontak.
Kemudian Lindan bertanya pada Loas.
"Ada keperluan apa kau ke mari, Loas?" tanya Lindan.
"Ratu peri memintamu untuk menemuinya malam ini. Kita akan mengadakan pertemuan untuk membahas sesuatu yang penting." Loas menjawab sambil menurunkan lipatan tangannya. "Jangan lupa, bawa juga grimoire milikmu."
Setelah menyampaikan pesan penting itu, Loas beranjak pergi lalu membiarkan Luna dan Peter menyelesaikan urusannya. Saat menatap mereka dari jauh, terlihat tatapan Luna masih sama seperti sebelumnya.
"Baiklah, katakan sejujurnya padaku. Siapa kau sebenarnya?" desak Peter agar Luna menjawab semua pertanyaan darinya.
"Ini adalah tugasku dari sang Ratu, untuk selalu berada di sekelilingmu," ucapnya.
"Sejak kapan kau melakukannya?"
"Beberapa minggu yang lalu,"
"Apa tujuanmu?" tanya Peter.
"Membantumu atas perintah sang Ratu, itu saja."
"Kenapa tidak dari awal saja kau mengatakan itu, kenapa aku harus mengetahuinya dari yang lain?" Peter merasa kecewa dengan apa yang telah dialaminya hari ini.
"Apa yang harus kukatakan ketika baru saja bertemu, kau akan langsung pergi tanpa mau mendengar penjelasan dariku terlebih dahulu," ujar Luna.
Seketika Peter terbungkam dengan penjelasan Luna. Peter menatap peri kuning itu dengan seksama, wajahnya memang terlihat bukan peri yang memiliki niat jahat sama sekali.
"Baiklah, kali ini anggap saja tidak pernah terjadi. Mungkin kita masih bisa berteman seperti biasanya," kata Peter.
"Oh, syukurlah. Ternyata kau kurcaci yang sangat baik, kita masih tetap bisa berteman." Luna tersenyum setelah itu.
Matahari sudah mulai tenggelam, Lindan pergi menuju tempat pertemuan besar. Tidak lupa dia membawa buku sihir miliknya.
Dalam pertemuan itu, mereka tengah membicarakan "Mereka" yang merencanakan kembali peperangan. Para kurcaci dan peri penjelajah mendapatkan sebuah informasi, yaitu lokasi perang akan dilakukan di Lembah Bukit Hijau lagi.
Ada alasan kenapa Ratu peri mengundang Lindan, selain untuk bertukar pikiran juga mengharapkan sesuatu. Yaitu ramalan atau nubuat berharap akan muncul dari "Grimoire" milik Lindan.
Benar saja, buku sihir dengan ukiran lambang garuda pada sampul depannya melayang tepat di hadapan Lindan. Sampai-sampai dia terkejut sekali saat itu.
Tanpa disadari oleh semua yang hadir di sana, Peter dan Luna secara diam-diam mengintip pertemuan itu tanpa diketahui oleh siapa pun. Berkat sihir Luna, setidaknya mereka berdua mampu menyusup dan melewati para peri penjaga dengan mudah. Mereka penasaran dengan pertemuan besar itu.
Lindan kemudian mengatakan sesuatu setelah muncul sebuah ukiran dari lembaran kosong buku itu.
"Selembar daun yang cukup besar. Tapi, daun apakah itu?" gumamnya.
"Peter Mint?" tebak Loas.
"Apakah ini mengacu pada Peter?" tanya Ratu Peri.
Peter hanya terfokus untuk mendengarkan setelah beberapa kali dirinya disebut dalam pertemuan itu.
"Tunggu, Yang Mulia. Kita masih tidak mengetahui apa maksud dari daun yang kulihat," ujar Lindan, berharap agar Loas tidak berbicara macam-macam pada pertemuan itu.
"Sudah jelas itu menggambarkan Peter, bukankah sejak dari awal dia pembawa bencana!" Loas benar-benar tidak bisa menghentikan perkataannya di hadapan para seluruh hadirin dalam pertemuan itu, membuat kericuhan.
"Hei, Loas. Jangan macam-macam kau!" bentak Lindan.
"Bukankah kalian sudah mengetahui kejadian tragis enam tahun yang lalu? Apa kalian tidak pernah belajar pada kesalahan itu? Hah!" protesnya lagi.
Pertemuan itu sudah mulai memanas, Lindan pun kesulitan untuk memperbaiki keadaan. Bahkan, dalam kericuhan itu ada beberapa kurcaci meneriakkan bahwa Peter akan membawa bencana bagi bangsa kurcaci.
Jelas itu membuat hati Peter merasa teriris dan lebih menyakitkan lagi saat mereka mulai mengatakan bahwa Peter bukanlah termasuk bangsa kurcaci. Mengingat fakta bahwa hingga saat ini tidak ada tanda-tanda apa pun yang menjelaskan bahwa dia adalah bagian dari bangsa kurcaci, kecuali hanya hidung, telinga, dan ukuran kakinya yang kerdil saja yang mirip.
"Yang Mulia Ratu, Peter akan menyeret bencana bagi kita. Anda harus melakukan sesuatu!" Salah satu petinggi kurcaci bernama Sinbal angkat bicara.
Hati Peter begitu hancur, selama ini keberadaan dirinya tidak dianggap. Bahkan dia benar-benar kehilangan identitas dan jati dirinya.
Pertama, dia terlahir dari sebuah daun mint dan bukan dari batang pohon kayu layaknya kurcaci.
Bahkan kubangan air raksa sebenarnya adalah sisa-sisa energi negatif saat dia dilahirkan dan menimbulkan sebuah tragedi yang memilukan. Peter beranjak dari tempat persembunyiannya, melompat keluar di tengah pertemuan itu.
"Peter! Apa yang kau lakukan di sini!?" jerit Lindan terkejut dengan kehadiran Peter saat itu.
"Aku tidak mengerti dengan pemikiran kalian semua. Jika kalian tidak menginginkan keberadaanku, harusnya kalian menebang pohon mint itu dari awal agar aku tidak terlahir!" teriaknya.
Mendadak semua hening mendengar perkataan Peter tadi. Bicara soal pohon tersebut, dulunya pohon itu memberikan kenikmatan pada mereka soal tetesan air ajaib yang menyuburkan tanaman mereka ketika disiram. Kini, setelah Peter terlahir mereka melupakan itu semua karena ketakutan akan sebuah bencana.
"Kalian tidak pernah mengetahui bagaimana rasanya dicibir, dipandang sebelah mata, bahkan menatap sinis padaku. Padahal aku tidak pernah mencelakai kalian!" ungkap Peter dengan berlinangan air mata.
Luna menutup mulut sambil menahan tangis. Dia merasakan penderitaan yang dirasakan oleh Peter. Lindan merasa terenyuh mendengar ucapan bocah berusia dua belas tahun itu, sedangkan Loas terus bersikukuh bahwa bencana akan selalu datang jika Peter masih bersama ditengah-tengah mereka. Secara tidak langsung ini adalah bentuk pengusiran secara halus.
Setelah mengucapkan kalimat itu, Peter langsung berlari sambil menyeka air matanya yang berlinangan. Enyah dari pandangan semua orang yang merasa takut akan dirinya. Lindan menyambar buku sihirnya lalu menyusul untuk mengejar Peter.
Luna sendiri ikut mengejar ke mana Peter pergi. Peter menangis di bawah pohon Ek, tempat biasanya dia berkeluh kesah saat masih kecil. Di tempat ini juga Lindan menemuinya saat tempo dulu untuk menghiburnya. Bahkan Luna sendiri mengingat saat mengintip Peter kecil dan Lindan di balik sebuah pohon.
Peter menangis sesenggukan, batinnya bertanya-tanya makhluk apa dia sebenarnya. Dia benar-benar merasa kehilangan jati dirinya karena begitu berbeda dengan makhluk kebanyakan di tempat yang ia tinggali.
Luna ingin sekali menghiburnya, akan tetapi Lindan mencegahnya. Menurutnya biarkan Peter melewati masa-masa pahitnya ini dan memberikan dia ruang untuk berpikir serta membuat suatu keputusan.
Luna menatap sedih Peter yang terlihat begitu rapuh dan hancur. Lindan juga merasa hancur juga sedih karena merasa Peter itu salah satu dari bagian yang terpenting dalam hidupnya.
Malam yang panjang itu, hanya diisi oleh tangisan dan kesedihan yang amat mendalam dari bocah kurcaci berusia dua belas tahun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Peter Mint ~Miracle of Evolution~ (Telah Terbit)
FantasyKetika menyadari bahwa kelahirannya berbeda dari bangsa kurcaci lainnya, Peter Mint merasa krisis identitas. Apalagi setelah mengetahui tiga kalimat dari nubuat yang ditemukan oleh sang tetua kurcaci, Lindan. Dalam petualangannya juga dia berhasil m...