Warning Typo ❗❗
Pulang dari rumah Morgan, Jeno pergi ke toko buku. Sesuai rencana awalnya, setelah itu ia langsung pulang. Ia pulang saat hari sudah malam, karena terlalu asik berada di rumah Morgan.
Ketika memasuki rumah, Jeno merasa sedikit aneh. Ia terus berjalan menuju tangga hendak pergi ke kamarnya. Tapi langkahnya terhenti ketika suara seorang lelaki tua menegurnya.
" Dari mana saja kau baru pulang? " Suara dingin lelaki itu membuat Jeno menegang, ia mengeratkan genggamannya pada buku yang di peluknya
" Apa kau bisu? Kenapa pulang malam begini? " Suara lantang itu membuat Jeno semakin tidak nyaman dan takut.
Beberapa orang yang mendengar bentakan lelaki itu berdatangan dari arah ruang makan.
" Ayah ada apa? " Tanya Jeffry
" Anak sialan ini, dia tidak menjawab pertanyaan ku. Dia hanya diam seperti orang bodoh! " lelaki yang di panggil oleh Jeffry menunjuk Jeno menggunakan tongkatnya
" Jeno, dari mana kau baru pulang? " Kali ini Jeffry yang bertanya, dengan suara dingin seperti biasanya
" Aku dari toko buku " jawab Jeno begitu pelan.
Haechan menatap Jeno kasihan, adiknya pasti sangat takut dan merasa tidak nyaman. Ia tidak bisa berbuat apa-apa jika kakek dan neneknya ada di rumah Jeffry. Dua orang tua itu sangat menakutkan, tidak ada yang berani membantah mereka.
" Kenapa lama sekali? Kau pergi dari pagi! " Ujar Jeffry terheran.
Sedikit harapan yang tadi ia harapkan jika Jeffry akan membelanya langsung musnah. Dia terlalu polos dan baik, padahal Ayah selalu membenci dirinya. Kenapa masih berharap mendapatkan sedikit pembelaan.
" Ikut aku " Ayah Jeffry berjalan menuju kolam renang.
Jeno tidak bisa melawan, ia hanya berdo'a agar tidak di hukum terlalu parah. Jika mengingat kejadian dua tahun lalu, ia pernah di tenggelamkan di tengah laut karena pulang terlambat ke sekolah.
Saat itu Jeno pulang terlambat karena membantu seorang guru memeriksa nilai murid. Bersamaan dengan kedatangan kedua orang tua Jeffry, yang kebetulan akan mengajak Haechan menaiki kapal pesiar yang baru di beli. Ketika itu Jeno juga dibawa, tapi dia dilempar ke tengah laut hanya menggunakan pelampung. Dan setelah dua jam mereka kembali untuk menjemput Jeno yang sudah lemas. Meskipun tidak di tinggalkan di tengah-tengah laut yang penuh dengan ikan buas. Tetap saja dia bisa mati jika terus berada di dalam air, walaupun Jeno pandai berenang.
" Duduk dan julurkan kedua tangan mu " mendengar perintah, Jeno hanya menurut.
Ia duduk, meletakkan buku-bukunya. Lalu menjulurkan kedua tangannya untuk menerima hukuman.
Plakk
Plakk
Plakk
Plakk
Kedua tangan Jeno dipukul menggunakan tongkat begitu keras. Lalu pemuda itu di tendang ke dalam air kolam, tidak sampai disitu. Kepalanya ditahan dengan kaki selama beberapa menit.
" Jika kau kembali berulah, akan ku pastikan. Keesokan harinya tubuhmu sudah tidak akan bernyawa lagi " ujar Ayah Jeffry ketika kepala Jeno keluar dari dalam air kolam.
Lalu tanpa perasaan, Ayah Jeffry menarik rambut Jeno keras. Kemudian menenggelamkan pemuda itu lagi hingga beberapa kali.
" Tuan Jeremy maaf, tadi aku yang menyebabkan tuan muda pulang terlambat! " Morgan datang dengan cepat saat tau orang tua Jeffry ada di rumah itu. Dia memegang tangan Jeremy, untuk menghentikan perlakuannya pada Jeno yang sudah lemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelukan Pertama Dan Terakhir Dari Papa
Ficção Adolescente"Papa, terimakasih banyak. Karena dulu sebelum aku di lahirkan, kau pernah menginginkan kehadiran ku. Aku sangat bahagia mengetahui kenyataan itu, meskipun setelah aku hadir kau tidak menganggap ku ada. Namun aku cukup bahagia karena pernah kau ingi...