Lima

657 123 16
                                    

Author POV

   Jeno masih duduk sendirian di halte, menunggu Morgan yang tak kunjung datang. Lelaki itu mengatakan akan membeli sesuatu pesanan Jeffry. Langit mulai mendung, dan orang-orang mulai jarang berlalu-lalang. Jalanan mulai sepi karena akan turun hujan. Sampai sebuah mobil berhenti tepat di depan Jeno.

" Hai anak manja, apa kau menunggu mobil jemputan? " Tanya seorang remaja dari dalam mobil

" Kenapa kau selalu diam saat di tanya? Bukankah kau selalu menjawab pertanyaan guru dengan lantang? " Tanya yang lain

Brakk

Brakkk

Brakk

   Suara pintu mobil di tutup dengan keras, tiga pemuda itu turun dari mobil untuk mendekati Jeno yang duduk sendiri dengan kepala tertunduk.

Pukk

   Kepala Jeno dipukul dengan stick drum yang dibawa oleh salah satu pemuda itu. Mereka selalu mengganggu, tak sekali dua kali. Ini sudah beberapa kali mereka mengganggu semenjak pernah memukuli Jeno.

" Kenapa kalian selalu jahat? Aku bahkan tidak pernah melakukan apapun yang menyinggung kalian " ujar Jeno, dengan memberanikan diri menatap mereka satu persatu

" Salah mu karena otak mu terlalu pintar, dan aku benci itu " ujar Adam dengan suara pelan

" Dan aku sangat membenci mu karena kau memiliki segalanya, ya. Meskipun kami tidak tau siapa orang tua mu, tapi kami tau bahwa kau sangat kaya dan punya segalanya "

" Dari mobil dan sepatu yang kau pakai, semuanya berbau uang. Dan itu membuat kami iri "

Plakk

   Addy memukul pipi Jeno dengan keras, lalu menyeret kerah baju Jeno. Lalu melempar Jeno ke tanah dengan keras, tak sampai disitu. David langsung menendang perut Jeno dengan keras, membuat Jeno terbatuk-batuk.

" Oh astaga, kau sangat lemah dan tidak berguna. Padahal tubuhmu bagus, tinggal dan terlihat sehat. Tapi sayang kau begitu lemah " ejek Adam

Sreeet

Adam menarik pakaian Jeno hingga robek, lalu membawa Jeno untuk berdiri tepat di depannya. Senyum iblis di wajahnya tercetak jelas saat melihat betapa bagus kulit Jeno. Ia memasukkan tangannya kedalam kantong, dan mengeluarkan rokok dan korek. Menyalakan satu rokok dengan santai, lalu menyesapnya kuat.

Fuuhh

   Adam meniup asap rokoknya ke wajah Jeno, lalu menginstruksikan pada kedua temannya untuk memenangi Jeno.

" Arrrhhh Adam panass " teriak Jeno ketika punggung di sulut rokok

" Haha hanya satu kali sulutan rokok kenapa teriak mu kencang sekali? " Tanya Adam dengan wajah mengejek

   Tak sampai disitu, kini David dan Addy bergantian menyulut punggung Jeno. Mereka benar-benar terlihat menikmati wajah kesakitan Jeno, tidak ada rasa kasihan sama sekali saat melihat begitu banyak luka akibat di sulut rokok.

   Disisi lain Karina keluar dari cafe miliknya menuju halte, hari ini ayahnya tidak bisa menjemputnya karena ada urusan di luar. Cuacanya kurang baik karena akan turuh hujan, tapi cuaca seperti ini cocok untuk di foto lalu di posting di sosial media. Ia tersenyum manis saat memikirkan postingan foto Instagram miliknya, hanya ada foto pemandangan saja. Lalu ia mengambil ponselnya untuk memotret beberapa tempat. Halte yang tidak ada seorang pun sangat bagus untuk di foto. Kamera ponsel Karina terus memotret, hampir saja ia memotret tepat di tempat Jeno tengah di siksa oleh tiga pemuda. Jika saja hujan tidak turun, akhirnya ia berhenti memotret lalu berlari ke halte untuk berteduh. Ia sadar ada mobil terparkir sembarangan di depan halte, tapi ia tak acuh melihat mobil itu.

Pelukan Pertama Dan Terakhir Dari PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang