tujuh

403 88 8
                                    

Selamat membaca semuanya
Warning Typo ❗

   Pulang dari sekolah Jeno langsung pergi ke tempat kerja, senyumnya terus terpancar sambil melangkah ke cafe milik Karina. Ada beberapa orang yang tak sengaja bertemu dengan dirinya, dan ia dengan sedikit keberanian menyapa mereka. Ternyata tidak buruk untuk menyapa orang, meskipun ada beberapa yang tidak memberikan tanggapan.

"Halo, bos." sapa Jeno dengan senyum manisnya.

Karina yang tadinya fokus membuat pesanan, mengalihkan tatapannya pada Jeno. Melihat senyum indah dari wajah pemuda di depannya membuat ia terkesima. Jeno benar-benar tampan dan menawan, terlebih lagi senyum manisnya yang sangat indah.

"Bos, apa aku sangat tampan?" tanya Jeno, sambil menyisir rambutnya dengan tangan ke belakang. Karina hanya mengangguk dengan tatapan yang masih fokus pada wajah tampan Jeno.

"Wah, ternyata aku setampan itu ya. Sampai-sampai kamu tidak bisa mengalihkan tatapan mu dari ku." ujar Jeno percaya diri.

Karina baru tersadar dengan perkataan Jeno, ia pun segera mengalihkan tatapannya ke arah lain untuk menghilangkan kegugupannya.

"Ck, pergi sana. Dan kerjakan pesanan yang sudah ku tulis." usir Karina

"Baik, bos cantik!" Jeno segera pergi mengambil celemek, dan segera menyelesaikan pesanan yang ada.

"Awas, ya. Semuanya harus perfect, jangan sampai ada yang komplain dengan yang kamu buat." peringat Karina dengan memasang wajah garang.

"Siap, Bu bos."

Lagi-lagi Karina tidak bisa menahan senyum saat melihat wajah tampan Jeno. Ia pun, memilih untuk langsung membalikkan badan.

Karena tidak bisa berada di dekat Jeno, karena ia pasti tidak akan kuat. Melihat senyum indah dari wajah remaja itu sungguh membuat seorang Karina ingin tenggelam. Biasanya ia sangat cuek dengan laki-laki yang berusaha mendekati dirinya. Sedangkan Jeno hanyalah seorang barista, remaja tampan itu hanya bekerja di tempatnya. Namun hatinya bergetar hebat.

"Bos, semua pesanan sudah habis. Apa aku boleh meminta izin untuk pergi membeli makanan di depan?" tanya Jeno dengan sopan.

"A-ah ya. Pergilah." kata Karina tanpa melihat Jeno.

Setelah mendapat izin, Jeno langsung keluar dari cafe dan membeli makanan di salah satu rumah makan. Alasan Jeno membeli makanan di sana, karena ia melihat tempat itu cukup sepi.

"Ah, permisi. Bisakah aku memesan dua porsi makanan?" tanya Jeno pada seorang wanita paruh baya yang menjaga di sana.

"Tentu, tentu bisa. Anda mau pesan makanan apa anak muda?" tanya wanita itu bahagia.

"Berikan apa saja yang kau jual. Aku ingin membeli dua porsi untuk ku dan bos ku, Karina." kata Jeno

"Oh, Karina? Ah, aku akan memberikan makanan yang biasa dia pesan." kata wanita itu semangat.

"Aku juga mau menu yang sama." ujar Jeno cepat.

Wanita itu tersenyum, mungkin dia berpikir jika Jeno dan Karina memiliki hubungan spesial. Karena selama ini Karina terlihat tidak pernah dekat dengan siap pun.

"Bibi kenapa senyum-senyum terus?" tanya Jeno, merasa aneh karena wanita itu terus senyum-senyum sendiri sejak dirinya masuk.

"Ah, tidak ada. Ini, pesanannya." kata wanita itu, masih dengan tersenyum.

Jeno hanya mengangguk, lalu segera pergi setelah membayar. Ia berjalan menuju cafe sambil bermain ponsel, hingga tidak melihat ada seseorang sedang berdiri tepat di depannya.

Pelukan Pertama Dan Terakhir Dari PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang