Lima belas

281 58 18
                                    

"Bawa dia ke dalam, dan disuruh lah dia tidur." Kata Jefrry lalu berjalan menjauh.

Anna yang merasa aneh segera menata putranya yang masih memeluk dirinya dengan erat. Namun melihat Jefrry yang terus mengkhawatirkan putranya membuat ia segera membawa sang putra ke dalam rumah. Di dalam kamar yang sudah lama tidak pernah dihuni sejak Jeno pergi bersama Jefrry. Anna meminta putranya untuk berbaring dan istirahat agar lelaki itu tidak lagi marah.

"Mama tolong minta badannya, agar tidak membawaku kembali!" Pinta Jeno dengan memelas.

Anna tersenyum mendengar permintaan putranya, karena ia tidak mungkin bisa meminta Jeno kembali. Mengingat dulu Jefrry sudah memperingati dirinya untuk tidak pernah bermimpi bertemu dengan putranya kembali, setelah anak itu pergi bersama dengannya. Namun sekarang ia sangat bahagia karena Jefrry mengizinkan ia bertemu dengan sang putra setelah sekian lama. Sesungguhnya anak benar-benar tidak pernah mengharapkan putranya datang karena itu akan membuat sang putra berat untuk meninggalkan dirinya kembali. Namun di sisi lain ia sungguh merindukan sosok putra yang selalu menemaninya sejak anak itu lahir.

"Tidurlah, Mama rasa keadaanmu sekarang tidak baik-baik saja. Itu sebabnya papamu meminta agar kamu istirahat dan tidak terlalu lelah." Kata anak lembut sembari mengelus puncak kepala putranya.

"Tadi aku sudah beristirahat di rumah yang dulu pernah kita datangi bersama, lalu kenapa sekarang aku harus istirahat lagi? Aku tidak sakit, aku hanya membutuhkan Mama terus berada di sampingku." Ujarnya, membuat Anna merasa sangat bersalah pada putranya.

"Baiklah Mama akan tidur di sampingmu, Mama akan menemanimu dan memelukmu malam ini." Anna segera merebahkan tubuhnya di samping sang putra. Ia terus mengelus puncak kepala putranya dengan lembut dan sesekali mencium.

Setelah hampir 30 menit Anna merasa nafas putranya sudah mulai teratur yang artinya anak itu sudah tertidur dengan lelap. Entah kenapa ia ingin melihat seluruh tubuh putranya dan akhirnya ia membuka sedikit kaos milik putranya. Alangkah terkejutnya ia saat melihat begitu banyak bekas luka di tubuh putranya. Lalu ia sedikit mendorong putranya agar tidur miring dan melihat punggung yang dulu selalu ia cium. Nafasnya terdekat melihat ada begitu banyak sekali bekas luka bahkan jahitan di punggung putranya. Ia beralih pada lengan panjang baju putranya, berharap di sana tidak terdapat bekas luka. Dadanya semakin sesak saat melihat masih ada luka yang belum sembuh di lengan sang putra.

Anna menangis dalam diam melihat kondisi putranya yang terlihat begitu menyakitkan untuk dirinya lihat. Sekarang ia tahu kenapa putranya begitu ingin kembali padanya. Karena tidak tahan lagi melihat luka-luka yang ada di tubuh putranya akhirnya Anna menutup kembali baju yang dikenakan sang putra. Ia segera keluar dari kamar itu dan mencari keberadaan Jefrry untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada putranya.

Anna menatap Jeffry dengan penuh tanda tanya, setelah ia tadi menemani putranya istirahat. Sekarang wanita itu menatap Jeffry dengan berani, entah kenapa ia merasa jika putranya sedang tidak baik-baik saja. Apalagi setelah melihat ada begitu banyak bekas luka di badan putranya.

"Sebenarnya kehidupan seperti apa yang kau berikan pada putraku? Apa kau memberikan sebuah neraka untuk anak tidak berdosa itu?" Tanya Anna dengan suara bergetar menahan tangis.

Melihat wanita di depannya yang memberikan tatapan terluka padanya membuat Jefrry merasa sangat bersalah. Selama ini ia tidak pernah memberikan kasih sayang seorang ayah pada putranya. Bahkan ia selalu diam saat putranya sendiri disiksa oleh kedua orang tuanya.

"Jawab aku sialan!" Teriak Anna, iya kesal karena Jefrry tak kunjung memberikan jawaban pada dirinya.

"Jika kau membencinya karena kecelakaan itu membuatmu lupa ada segalanya, kembalikan dia padaku! Jangan memberinya neraka pada anak yang dulu pernah kau inginkan!" Murka Anna, air matanya sudah tidak lagi bisa dibendung. Ia mulai menangis dengan keras membuat siapapun yang mendengarnya juga merasakan sakit. Beruntung sekarang tempat mereka berbicara sangatlah sepi, jadi tidak akan ada orang yang mendengar mereka.

Pelukan Pertama Dan Terakhir Dari PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang