dua belas

431 76 11
                                    

Halooo

Apakabar semua?

Semoga kalian dalam keadaan baik-baik saja dan dalam lindungan tuhan.

Setelah sekian lama, akhirnya aku bisa kembali menyapa kalian disini. Terimakasih untuk yang masih stay menunggu dan menemani ku di setiap karya yang aku keluarkan.

Warning Typo ❗❗❗

Selamat membaca 💚



Setelah melihat interaksi Jeno dengan Dexton tadi, membuat Jeffry memilih untuk kembali ke rumah. Ia tidak ingin melihat kedekatan mereka, karena itu membuat dadanya benar-benar sakit. Jeffry teringat mimpi yang ia alami tadi sebelum datang ke rumah sakit untuk melihat keadaan Jeno.

"Apakah aku akan kehilangan dia dengan cara lain?" gumamnya.

Jeffry pergi ek taman rumah sakit, duduk sendirian di sana guna menghilangkan rasa sesak di dadanya yang masih terasa. Rasa takut kehilangan Jeno karena mimpi yang ia alami masih terasa sangat nyata.

"Aku tidak ingin Jeno pergi, dia putraku. Dia akan terus di samping ku apapun yang terjadi." monolognya, ia memegangi dadanya yang semakin sesak. Bayangan Jeno yang baru sadar, tapi menyebut nama orang lain membuat Jeffry ingin marah dan berteriak di depan mereka semua.

"Jangan di tahan jika ingin menunjukkan kasih sayang mu pada Jeno, sebelum kau menyesal." suara dari belakangnya membuat Jaehyun segera mengubah mimik wajahnya jadi datar.

"Aku tau kau sangat menyayangi Jeno, tapi kau menahan untuk tetap menjadi ayah yang buruk untuknya. Padahal tanpa adanya tes DNA, kau sendiri percaya seratus persen jika dia putra kandung mu Jeff. Tapi kau terlalu egois, dan bersikap jahat pada putra mu sendiri." lanjut orang itu.

"Dia hanya seorang anak dari wanita murahan yang tidak ku kenal, aku tidak pernah menganggap Jeno sebagai putra ku. Dia hanya seorang anak yang hadir karena kesalahan." ujar Jeffry.

Johnny, dia tertawa pelan mendengar perkataan Jeffry yang selalu sama. Namun, semua kata-kata itu berbeda dengan isi hatinya. Walaupun Jeffry selalu mengatakan tidak peduli dengan Jeno, tapi Johnny bisa melihat seberapa besar rasa sayang yang di sembunyikan selama ini. Bahkan Johnny pernah tidak sengaja melihat Jeffry mengendap-endap pergi ke kamar Jeno. Saat itu, Jeno terluka karena dipukuli oleh ayah Jeffry. Anak itu membuat sedikit kesalahan, namun dibesar-besarkan. Johnny dengan sembunyi-sembunyi mengikuti Jeffry, dia melihat semua yang Jeffry lakukan. Di mana laki-laki itu mengobati luka yang ada di tubuh Jeno dengan penuh kelembutan. Ia juga tak henti-hentinya mengelus puncak kepala putranya yang tengah tertidur pulas saat itu.

"Jika kau tidak bisa menjaganya, maka berikan dia pada ibunya. Anak pemberani seperti Jeno akan jadi anak penakut yang lemah, jika terjadi bersama dengan mu." kata Johnny.

Jeffry tersenyum tipis mendengar yang Johnny katakan." dia anak yang sangat penakut, bahkan dengan hal kecil dia akan sangat ketakutan. Ia mengingat kembali, di mana saat itu hujan tidak terlalu deras. Ia melihat Jeno tengah duduk sendirian dibawah guyuran hujan, anak itu duduk di bangku panjang taman belakang rumah.

Jeffry baru memasuki rumahnya setelah seharian penuh berada di perusahaan. Tubuhnya begitu letih, ia ingin langsung pergi beristirahat untuk mengembalikan energinya. Hari ini sangat menyibukkan, sehingga Jeffry harus berangkat pagi dan pulang malam, sampai ia tak bertemu dengan putranya. Ia berangkat pagi-pagi sekali sebelum Jeno bangun, dan sekarang ia pulang hampir tengah malam. Sudah pasti putranya tidur sejak tadi, artinya ia tak bisa melihat Jeno lagi hari ini.

Pelukan Pertama Dan Terakhir Dari PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang