sebelas

503 82 17
                                    

Hallo
Selamat datang di, cerita Jeno dan Papa Jeff

Jangan lupa tekan bintang nya ya teman-teman, di tunggu komentar kalian juga

Selamat membaca...

Warning Typo ❗❗


18/10/22

Jeffry menatap putranya sendu, tubuh lemah Jeno terlihat sangat menyedihkan. Ia melihat ada banyak sekali luka bukan karena kecelakaan, melainkan karena di pukul. Hatinya terasa seperti di cubit, ketika dokter mengatakan hampir seluruh tubuh Jeno memiliki banyak luka lebam. Bahkan ada bekas luka bakar di punggung putranya.

Kecelakaan yang menimpa Jeno memang cukup parah karena benturan keras di kepalanya, bahkan dokter mengatakan jika kesempatan untuk sadar sangat kecil. Morgan juga tidak percaya jika tuan mudanya mengalami luka yang cukup parah. Pasalnya, setelah kecelakaan itu, Jeno sempat bangun dan memeluknya sambil menangis.

"Sadarlah, aku akan memberikan apapun yang kau inginkan. Termasuk tidak mengirim mu keluar negeri untuk melanjutkan kuliah." kata Jeffry pelan.

"Cepat buka mata mu dan katakan pada ku, apa yang kau inginkan. Jangan terus menutup mata seperti ini, aku tau kau sedang berpura-pura agar aku bicara dengan mu kan. Sekarang aku sudah bicara, jadi cepat buka matamu Jeno." lanjutnya dengan suara bergetar, matanya mulai berkaca-kaca. Jeffry sangat takut terjadi sesuatu pada Jeno, ia tidak ingin putranya pergi.

Tiiit

Suara pendeteksi jantung membuat Jeffry semakin takut, ia langsung menekan tombol darurat berkali-kali agar dokter cepat datang.

"Jeno, jangan membuat ku takut. Jangan coba-coba untuk pergi, buka matamu." ujar Jeffry

"Tuan, mohon keluar. Kami akan memeriksanya." pinta seorang perawat.

"Aku ingin melihat putra ku, biarkan aku di sini untuk menemaninya. Ku mohon." Jeffry menyatakan kedua telapak tangannya memohon pada suster itu.

"Maaf tuan, anda harus keluar. Tolong kerjasamanya." suster itu tetap melarang Jeffry berada di dalam.

Dengan terpaksa, Jeffry keluar ruangan Jeno. Membiarkan dokter dan suster menangani putranya dengan baik. Di luar ruangan ada Morgan dan kedua anaknya yang juga menunggu perkembangan Jeno. Mereka belum bisa masuk untuk melihat keadaan pemuda itu, karena dokter mengatakan hanya satu orang yang boleh menemui pasien.

Beberapa menit berlalu, dokter keluar dengan wajah sedih. Jeffry langsung mendekati dokter itu dengan wajah cemas.

"Ada apa? apa putra ku baik-baik saja?" tanyanya cepat.

"Maaf tuan, putra mu tidak bisa di selamatkan. Kami sudah berusaha sebaik mungkin untuk menyelamatkannya, namun tuhan lebih menyayanginya. Sehingga ia tak bisa kembali." jelas dokter penuh penyesalan.

"Kau, beraninya kau membohongiku. Jangan main-main dengan nyawa putra ku." terik Jeffry tepat di depan wajah dokter itu.

Tanpa menunggu lama Jeffry berlari ke dalam ruangan Jeno, menatap sendu putranya yang masih menutup matanya rapat. Perlahan tangannya menyentuh pipi putranya, rasanya begitu sesak saat merasakan pipi tirus itu begitu dingin.

"Apa kamu kedinginan? kenapa pipimu dingin sekali? Ayo buka matamu, kita pulang dan tidur di kamar mu yang hangat. Jangan tidur disini." kata Jaehyun pelan.

Ia terus menyusuri wakah tampan putranya yang terlihat begitu tenang. Bahkan bibir manis Jeno terlihat sedikit melengkung membentuk senyuman.

"Ayah, Jeno tidak mungkin menggunakan aku kan? Morgan berbohong kan ayah?" tanya Haechan . Ia sudah menangis sejak Morgan memberitahu bahwa Jeno mengalami kecelakaan, namun ia tidak bisa datang dengan cepat karena sedang ada di luar kota.

Pelukan Pertama Dan Terakhir Dari PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang