Satu bulan berlalu, kini Jeffri tengah menatap keluar kaca pesawat yang akan membawanya kembali ke Belanda. Tempat di mana ia bertemu dengan Jeno putra kandungnya sendiri yang entah bagaimana anak itu hadir. Beberapa tahun lalu ia mengalami kecelakaan yang membuat sebagian ingatannya hilang. Itu sebabnya kenangan wanita yang mengantarkan putranya sama sekali tidak bisa ia ingat.
Sebenarnya Jeno masih belum diperbolehkan untuk melakukan perjalanan jauh mengingat kondisinya yang begitu parah karena kecelakaan. Tapi ia akan memberikan hadiah karena putranya pulih lebih cepat, itu sebabnya ia membawa Jeno ke Belanda untuk menemui ibunya. Bersama dengan Haechan Jaemin dan juga Dexton, tak lupa dengan Morgan yang selalu ada di samping jeno.
Beberapa jam telah mereka tempuh, akhirnya pesawat itu mendarat dengan selamat. Senyum jenuh tak luntur sejak berangkat ke bandara saat di Amerika. Dan sekarang senyumnya semakin berkembang ketika mereka sudah sampai di Belanda. Akhirnya setelah bertahun-tahun berpisah dengan ibunya sekarang ia bisa kembali bertemu dengan wanita yang begitu ia cintai itu.
Dengan tidak sabaran jenuh segera keluar dari jet pribadi milik sang ayah. Iya bahkan sampai berlari karena saking bahagianya akan bertemu dengan sang ibu. Melihat hal itu Jeffri segera berjalan cepat dan menarik lengan putranya.
"Ingat janjimu untuk selalu berhati-hati, jangan sampai kelelahan, jatuh atau kepalamu terbentur sesuatu. Jika salah satunya terjadi maka aku akan langsung membawamu kembali ke Amerika!" Peringatnya dengan tegas, iya tidak mau sesuatu terjadi pada putranya. Sejak jenuh keluar dari rumah sakit ia selalu berusaha untuk menjaga anak itu agar tidak sampai mengalami sesuatu yang buruk lagi.
Jeno hanya mengganggu dan tersenyum pada ayahnya. Ia terlalu bahagia sampai melupakan janjinya pada sang ayah untuk selalu berhati-hati.
Haechan yang melihat itu hanya bisa menggeleng kepalanya pelan, sejak ayahnya mulai memperhatikan Jeno. Sekarang Haechan tidak perlu lagi merasa khawatir jika dirinya tidak bisa datang ke rumah sang ayah.
Jeffri sengaja membawa semua orang yang ikut bersamanya ke rumah tempat di mana ia bertemu Jeno dulu. Setelah perjalanan jauh tidak mungkin ia akan membiarkan putranya kembali melakukan perjalanan jauh menuju desa. Di mana ibunya tinggal, karena rumah Jeffri dan Anna cukup jauh dan membutuhkan beberapa jam untuk sampai ke sana.
"Kenapa tidak langsung pergi ke rumahku? Aku sudah sangat merindukan mama!" Jeno menundukkan kepalanya sedih karena tidak bisa langsung menemui sang ibu.
"Istirahatlah sebentar, setelah itu kita temui ibumu Aku berjanji." Ucap Jeffri meyakinkan putranya.
Dengan berat hati Jeno menurut, iya segera pergi ke kamar yang telah ayahnya tunjukkan. Dan ternyata itu adalah kamar utama di mana kamar yang selalu Jeffri gunakan saat ada di rumah itu.
"Morgan carilah barang-barang atau apapun yang bisa kita bawa untuk pergi ke rumah Anna. Minta orang untuk mengirim barang-barang yang kau pilih ke rumah ini." perintah Jeffri.
Mengganggu lalu segera memilih apa saja yang akan ia bawa untuk pergi ke rumah ibu dari tuan mudanya. Mengingat Anna dan Jeno dulu hidup dalam kekurangan. Tentu Morgan tidak akan melewatkan bahan makanan dan beberapa peralatan dapur yang pasti dibutuhkan oleh Anna.
Jam sudah menunjukkan pukul 05.00 sore, dan Jeno baru bangun setelah 2 jam lamanya tidur. Dia segera membersihkan diri dan berganti baju lalu keluar dari kamar untuk menemui ayahnya. Ia akan menagih janji sang ayah untuk pergi menemui ibunya sekarang juga. Saat sudah ada di lantai dasar ia melihat semua orang sudah siap.
"Kenapa Papa tidak membangunkanku? Aku tidur terlalu lama dan itu membuatku kesal pada diriku sendiri!" Ungkap Jeno dengan wajah kesal.
"Kau kelelahan dan tidurmu sangat nyenyak, jadi aku tidak tega untuk membangunkanmu. Ayo kita pergi sekarang untuk menemui ibumu." Jeffri mengulurkan tangannya pada sang putra untuk merangkul pundaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelukan Pertama Dan Terakhir Dari Papa
Roman pour Adolescents"Papa, terimakasih banyak. Karena dulu sebelum aku di lahirkan, kau pernah menginginkan kehadiran ku. Aku sangat bahagia mengetahui kenyataan itu, meskipun setelah aku hadir kau tidak menganggap ku ada. Namun aku cukup bahagia karena pernah kau ingi...