tiga belas

478 69 8
                                    


Haloo semuanya
Aku kembalii

Selamat membaca

Warning Typo ❗❗





15/01/23
Pagi ini Jeffry bangun lebih awal karena merasa ada pergerakan didekat kepalanya. Ia segera membuka mata, melihat putranya yang hendak meraih gelas. Ia dengan cepat membantu mengambil gelas berisi air putih didekatnya, dan membantu Jeno untuk minum.

"Terimakasih." ucap Jeno, merasa tidak enak hati karena menggangu tidur sang ayah. Semalam Jeffry tidak tidur hingga jam dua pagi karena sibuk dengan pekerjaannya. Dan sekarang laki-laki itu terbangun di jam empat pagi karena merasa pergerakan pada Jeno.

"Tidurlah kembali." ujarnya, lalu berjalan menuju kamar mandi dengan membawa paper bag berisi baju ganti.

Akhir-akhir ini Jeffry sangat sibuk, selama dua hari ia tidak datang ke kantor karena menjaga jeno di rumah sakit. Meskipun tidak banyak yang dilakukan, namun ia tetap ada di ruang inap anaknya. Dia hanya akan mendekat saat Jeno membutuhkan sesuatu, dan Kemabli sibuk dengan laptop untuk menyelesaikan pekerjaan yang benar-benar menumpuk.

Setelah Jeffry keluar dari kamar mandi, Jeno pura-pura tidak melihat sang ayah. Dia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Berada di ruangan yang sama dengan Jeffry hanya berdua, membuat Jeno merasa tidak bisa bergerak sama sekali. Apalagi tidak ada pembicaraan diantara keduanya. Membuat Jeno semakin bingung harus melakukan apa, jika tidak dalam keadaan sakit. Ia sudah pasti akan pergi dari sana dan menghindari ayahnya.

"Aku rindu bekerja, kapan aku sembuh dan kembali bekerja bersama Karina?" gumamnya pelan.

Jeffry langsung duduk di sofa ruangan Jeno, meraih laptop untuk melanjutkan pekerjaannya. Dari wajahnya, bisa dilihat jika wajahnya sangat lelah. Tubuhnya juga sedikit terlihat lebih kurus, mungkin karena tidak bisa makan dengan teratur selama Jeno berada dirumah sakit.

"Kenapa tidak tidur? apa kau lapar?" tanya Jeffry, tanpa melihat ke arah Jeno.

"Aku ingin pulang ke rumah." jawab Jeno, dengan wajah tertunduk. Takut ayahnya akan marah dengan keinginannya, pasalnya kondisinya saat ini belum membaik.

Jeffry meletakkan kembali laptopnya, berjalan mendekati sang putra. Membuat Jeno merasa takut, jika nanti Jeffry akan marah pada dirinya.

"Tubuh mu masih sangat lemah, kau tidak bisa keluar dari rumah sakit dalam keadaan seperti ini. Aku tidak mau terjadi sesuatu padamu." kata Jeffry, suaranya datar namun mengandung sebuah perhatian yang membuat Jeno merasa sangat senang.

Ayahnya sering memberikan perhatian kecil semenjak ia masuk ke rumah sakit. Walaupun sering menyangkal memberikan perhatian, namun Jeno mengerti jika ayahnya sedang menutupinya karena gengsi yang terlalu tinggi. Dulu ibunya pernah bercerita, jika ayahnya adalah orang dengan ego dan gengsi yang tinggi.

"Uang mu akan terkuras habis jika membiarkan aku di rumah sakit, apalagi diruang VVIP seperti ini. Aku tidak ingin menjadi beban untuk mu." Jeno sengaja mengatakan itu, ia ingin tau respon yang ayahnya berikan.

"Uang yang kumiliki terlalu banyak, sehingga aku bisa membeli sepuluh rumah sakit seperti ini. Jadi tidak perlu dipikirkan untuk biaya yang akan ku keluarkan." sombong Jeffry, membuat Jeno mendengkus pelan.

Jeno memilih untuk diam, tidak membalas perkataan ayahnya. Yang ia inginkan lakukan sekarang hanya keluar dari rumah sakit. Meskipun seluruh tubuhnya masih sangat lemah dan bahkan tidak bisa bergerak dengan leluasa, namun ia tidak bisa terus berada dirumah sakit.

Pelukan Pertama Dan Terakhir Dari PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang