sembilan belas

464 46 7
                                    

Jeffri keluar dari rumah Anna setelah mengurus beberapa pekerjaan. Sebenarnya ia cukup malas untuk ikut makan siang di depan rumah Anna. Wanita itu menyarankan untuk makan di depan rumah agar seperti sedang piknik. Jadi Morgan menyarankan agar mereka membakar daging, supaya lebih menyenangkan. Anna tentu saja menyetujui hal itu, mengingat ada banyak daging yang dibeli oleh Jeffri untuk dijadikan stok.

Anna sudah mengundang wanita yang tak lain adalah ibu dari Felix. Wanita yang sudah lama menjadi teman baiknya, dia hidup hanya berdua dengan Felix. Karena suaminya meninggal saat Felix berusaha 6 tahun.

"Apakah tidak masalah jika kau di sini satu Minggu?" Tanya Anna, ketika Jeffri sudah berdiri di sampingnya.

"Tidak masalah, memang ada apa?" Jeffri balik bertanya.

"Aku hanya takut orang-orang itu akan curiga, dan semuanya semakin menjadi." Jawab Anna dengan wajah khawatir yang tidak bisa di sembunyikan.

Jeffri meraih pundak Anna dan menghadapkan wanita itu ke arahnya. Ia membawa Anna ke dalam pelukannya, lalu berkata.

"Apapun yang terjadi nanti, aku akan memastikan kau dan Jeno selalu dalam keadaan baik-baik saja. Aku berjanji padamu untuk segera menyelesaikan semuanya agar kita bisa bersama." Bisik Jeffri.

"Berjanjilah jika ini akan segera berakhir, aku tidak bisa melihat putraku bersedih. Kau tahu kan seberapa takutnya aku kehilangan Jeno, jadi tolong segera selesaikan semua ini dengan cepat." Pinta Anna dengan suara pelan.

Jeffri mengangguk pelan, sebenarnya ia sendiri tidak yakin akan segera bisa menyelesaikan semuanya. Mengingat orang-orang yang berkhianat adalah orang yang begitu dekat dengan dirinya. Pasti akan ada banyak hal yang dilalui untuk segera menyelesaikan semua masalah yang menyangkut nyawa putranya. Ia juga yakin jika nantinya pasti akan ada pertumpahan darah dan bahkan hilangnya nyawa.

"Astaga, kenapa Papa selalu memeluk mamaku saat tidak ada diriku? Sudah aku katakan jangan mencoba untuk merebutnya dariku!" Suara Jeno dari belakang membuat Jeffri dan Anna langsung melepaskan pelukan keduanya.

Anna mendekati putranya dan mengelus puncak kepala sang putra dengan lembut. Ia tidak pernah bertemu dengan Jeno semenjak putranya itu diserahkan pada Jeffri beberapa tahun lalu. Dan ia tidak bisa melihat perkembangan putranya, karena selama itu Jefri benar-benar menghalanginya untuk menemui sang putra. Meskipun Anna bisa datang ke Amerika hanya untuk bertemu dengan Jeno. Namun tidak ia lakukan karena itu cukup beresiko untuk keselamatan sang putra.

"Kenapa kamu sangat memusuhi papamu?" Tanya Anna dengan nada lembut.

"Jika tidak ada Mama aku tidak bisa memusuhinya, jadi aku harus menggunakan kesempatan ini sebaik mungkin sebelum ia kembali berkuasa." Jawab Jeno dengan bibir sedikit manyun.

Ya, anak ini begitu lucu. Saat sedang tidak suka dengan sesuatu pasti bibirnya akan sedikit maju ke depan. Menandakan jika dia sedang merajuk atau tidak cocok dengan sesuatu. Hal itulah yang sangat Anna rindukan dari sang putra yang suka sekali merajuk.

"Kau main di sungai?" Tanya Jeffri dengan nada tegas.

"Ya, tadi aku bermain di sungai bersama dengan Felix dan yang lainnya. Sebenarnya tadi kami ingin mencari ikan namun di sana tidak ada ikan, Jadi kami hanya bermain-main saja dan sesekali mengambil foto. Ini sangat menyenangkan sampai aku dan Felix ingin terus berada di sungai itu." Cerita Jeno dengan antusias.

Anna kembali tersenyum melihat putranya yang begitu ceria dan antusias saat menceritakan sesuatu yang baru saja dia lakukan. Sebenarnya Jeno dan Felix sudah sering bermain di sungai tersebut. Namun semenjak Jeno pergi bersama sang ayah Felix tidak pernah lagi bermain di sungai itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pelukan Pertama Dan Terakhir Dari PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang