Jeffri datang ke dapur sederhana Anna dengan wajah lesu, ia baru saja bangun tidur. Dengan langkah pelan ia mendekati Anna dan langsung memeluk wanita itu dari belakang. Hal itu tentu saja membuat Anna terkejut.
"Astaga, kau membuat ku kaget." Pekik Anna, ia memukul pelan tangan Jeffri yang memeluknya secara tiba-tiba.
"Kenapa harus repot-repot masak? Minta Morgan untuk memesan makanan saja." Ujar Jeffri yang kini menenggelamkan wajahnya pada leher Anna.
"Jeno merindukan masakanku, jadi aku harus memasak untuknya. Putraku di sini hanya beberapa hari jadi tidak mungkin aku tidak membuatkan masakan untuknya." Jelas Anna.
Jeffri hanya mengangguk dengan wajah yang masih ditenggelamkan pada leher jenjang Anna.
Karena pria itu terus memeluk perutnya, Anna jadi susah untuk bergerak ke sana kemari mengambil bahan makanan ataupun wadah. Laki-laki itu jika sudah berada di dekatnya pasti akan berubah menjadi manja dan tidak tahu malu.
"Bisa lepaskan pelukan mu? Aku susah untuk bergerak." Pinta Anna dengan lembut.
"Aku ingin memelukmu." Jeffri semakin mengeratkan pelukannya pada perut Anna.
"Aku sedang memasak, tolong lepaskan sebentar saja." Pinta Anna lembut, ia mengelus pelan tangan Jeffri agar mau melepaskan pelukannya.
Cup
Jeffri mendaratkan kecupan pada pipi kanan Anna, lalu melepaskan pelukannya pada wanita itu.
"Aku akan pergi mandi dulu, masaklah dengan damai selama aku mandi." Katanya lalu segera pergi dari dapur.
Tanpa keduanya sadari, Morgan melihat bagaimana sikap Jeffri yang begitu manja saat bersama Anna. Dia tersenyum tipis melihat bagaimana Jeffri yang kini terlihat lebih bersemangat saat bersama Anna.
***
Jeno berlarian di sekitar kandang sapi, ia sudah sangat bersemangat untuk membantu sang ibu memberikan makan pada sapi. Setelah sarapan tadi pagi, Jeno langsung pergi keluar untuk melihat sapi-sapi yang sudah lama tidak ia lihat. Ia bahkan dengan semangat mengatakan pada sang ibu jika dirinya yang akan menyetor susu hasil perah pagi ini. Tapi hal itu tentu saja tidak akan terjadi karena Jeffri sudah melarangnya dan meminta seseorang untuk menggantikan Anna ataupun Jeno menyetor susu.
"Jeno!!" Panggil Felix, remaja yang sudah tumbuh bersama Jeno sejak kecil itu berlarian dengan penuh semangat dengan membawa kantong plastik berwarna hitam.
Jeno yang mendengar suara Felix langsung mengalihkan pandangannya, ia segera merentangkan tangan dan berlari menuju sahabat. Keduanya memang suka berpelukan, bahkan walaupun mereka hanya berpisah sebentar. Atau hanya sekedar saat Felix datang ke rumah Jeno mereka akan langsung berpelukan, begitu juga sebaliknya.
"Kau bawa apa?" Tanya Jeno dengan semangat.
"Lihat ini aku membawa Stamppot untuk mu, kau pasti tidak pernah makan ini lagi kan?" Felix mengeluarkan Stamppot yang dibawanya dari dalam plastik. Membuat Jeno bertepuk tangan senang melihat makanan itu.
Keduanya hidup di keluarga yang ekonominya tidak bagus, jadi Stamppot yang di makan tidak akan se komplit seperti yang orang lain masak. Karena, biasanya Mama Jeno dan mama Felix membuat makanan yang anak mereka inginkan dengan bahan makanan seadanya. Namun kedua anak itu akan selalu makan dengan lahap dan tidak pernah melakukan protes sedikitpun.
"Wah, ayo makan bersama!" Pekik Jeno, matanya tampak berbinar melihat makanan yang Felix bawa.
Dari sudut lain, Jeffri terus memperhatikan putranya yang terlihat begitu bahagia dengan makanan sederhana yang temannya bawa. Jika dibandingkan dengan semua makanan yang jeno makan selama tinggal bersama Jeffri. Tentu saja makanan itu tidak akan sebanding, namun respon yang diberikan oleh Jeno cukup membuat Jeffri salut. Karena putranya begitu menghargai apa yang temannya bawakan meskipun hal sederhana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelukan Pertama Dan Terakhir Dari Papa
Teen Fiction"Papa, terimakasih banyak. Karena dulu sebelum aku di lahirkan, kau pernah menginginkan kehadiran ku. Aku sangat bahagia mengetahui kenyataan itu, meskipun setelah aku hadir kau tidak menganggap ku ada. Namun aku cukup bahagia karena pernah kau ingi...