Setelah sekian lama, akhirnya Jeno kembali dari Hiatus nya
Apa masih ada yang menunggu kehadiran Jeno?
Selamat membaca ya
Warning Typo ❗❗
Tolong berikan Vote dan komentar kalian untuk cerita inspiratif dari ya..
1
3/10/22
Dax merawat Jeno dengan penuh kasih, ia merawat Jeno seperti putranya sendiri. Selain luka yang ada di wajah Jeno, Dex melihat ada banyak luka yang sudah kering dan berbekas hampir di seluruh badan Jeno. Matanya semakin memanas saat tangannya menyentuh satu persatu bekas luka itu.
Dex sangat tidak menyenangkan jika anak yang akan ia siksa memiliki banyak sekali rasa sakit sebelum dirinya memberikan sedikit goresan luka. Hatinya merasa sakit kala Jeno tetap tersenyum saat ia menatap khawatir.
"Paman Dex jangan khawatir, aku sudah terbiasa dengan semua rasa sakit ini. Jadi rasanya tidak terlalu sakit." kata Jeno, menenangkan Dexton agar laki-laki itu tak terlalu khawatir.
Tangan kekar Dexton terulur, mengelus puncak kepala Jeno dengan lembut. Targetnya salah, tak seharusnya ia memiliki niat untuk membunuh anak itu hanya karena membenci ayahnya.
"Istirahatlah, paman akan pergi keluar sebentar." pinta Dexton
Jeno sengaja tidak di pakaikan baju, agar luka yang ada di tubuhnya cepat kering setelah di obati. Sebelum keluar dari kamar yang di tempati Jeno, Dexton mendaratkan kecupan di keningnya.
Mendapatkan perlakuan yang sangat lembut dari orang asing seperti ini, membuat Jeno merasa sangat bahagia. Ia sering kali berharap ayahnya juga bisa memberikan kasih sayang dan perhatian seperti itu. Namun, itu sangat mustahil baginya.
Di luar kamar, Dexton berjalan cepat menuju lantai dua. Ia ingin melampiaskan amarah dan rasa sakit karena kondisi Jeno saat ini. Entah kenapa, anak itu membuat hatinya goyah.
"Dad, siapa yang kau bawa?" tanya seorang pemuda, dengan wajah datarnya.
"Anak dari musuh ku, orang yang menyebabkan ibumu meninggal." jawab Dexton jujur.
"Wah, apa kita akan membunuhnya? kalau begitu aku ingin berperan paling besar dalam pembunuhannya." katanya dengan seringai jahat.
Dexton menegang, ia lupa jika putranya tidak akan tinggal diam jika ada seseorang yang bersangkutan dengan kematian ibunya. Ia merukuti kebodohannya karena sudah mengatakan sesuatu sebelum di pikirkan dulu.
"Jangan apa-apakan dia, anak itu tidak bersalah." larang Dexton, membuat putranya mengangkat sebelah alis heran.
"Kenapa? kau tidak ingin membalas kematian ibuku? kau rela melihat istri mu mati begitu saja tanpa ada pembalasan?" tanyanya penuh amarah.
"Jaemin, hidupnya menderita. Daddy tidak ingin membuat seluruh hidupnya terasa di neraka. Untuk kali ini, kita ganti target." jelas Dexton
Jaemin menatap ayahnya tajam, ia berdecih pelan lalu pergi begitu saja. Melihat wajah putranya membuat Dexton merasa sangat bersalah. Rencana sebelum Jaemin pulang, ia ingin memberitahu jika sudah mendapatkan target balas dendam.
"Akan ku bawa Jeno pergi untuk menghancurkan Jeffry." gumam Dexton
Di dalam kamar yang Jeno tempat, pemuda berwajah tampan itu menatap kosong langit-langit kamar. Berpikir tentang ayahnya yang sangat membencinya, namun masih mau menampung dirinya di rumah itu. Selama tiga tahun ini, ia hanya mendapatkan rasa sakit. Berbeda saat bersama sang ibu, meskipun hidup serba kekurangan, namun rasanya sangat menyenangkan dan rumah gubuk yang di tempati selalu hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelukan Pertama Dan Terakhir Dari Papa
Teen Fiction"Papa, terimakasih banyak. Karena dulu sebelum aku di lahirkan, kau pernah menginginkan kehadiran ku. Aku sangat bahagia mengetahui kenyataan itu, meskipun setelah aku hadir kau tidak menganggap ku ada. Namun aku cukup bahagia karena pernah kau ingi...