2. Rindu

237 14 3
                                    

🎶

Pernahkah kau bertanya
Seperti apa bentuk air tanpa wadah?
Pernahkah kau mengira
Seperti apa bentuk cinta?

Rambut warna warni bagai gulali
Imut lucu walau tak terlalu tinggi
Pipi chubby dan kulit putih
Senyum manis gigi kelinci
Membuatku tersadar
Bentuk cinta itu
Ya kamu

-Bentuk Cinta-

"Rindu aku ke kamu itu nyata alias fakta bukannya mitos apalagi modus."
-Revano Alkan pradipta

******

Revan dan Ara baru saja sampai diparkiran SMA Angkasa. Kini keduanya tengah menjadi pusat perhatian banyak orang di sana. Lebih tepatnya, Revano yang menjadi pusat perhatian itu. Karena sudah tidak diragukan lagi kepopuleran dan juga ketampanan dari seorang Revano. Padahal kalo menurut Ara muka abangnya itu ya biasa-biasa saja.

Semua siswa-siswi SMA Angkasa memang sudah mengetahui jika Ara adalah adik dari sang mosh wanted sekolah. Ara sudah tidak heran lagi jika abangnya ini sangat populer bahkan memiliki banyak penggemar di sekolah maupun di luar sekolah karena selain tampan, dia ternyata tergabung dalam sebuah band sekolah dan merangkap sebagai vokalis sekaligus piawai dalam memainkan berbagai alat musik salah satunya adalah gitar. Sontak hal itu semakin membuat Revan dikagumi dan digilai para wanita.

Suara Revan sangat merdu dan bisa menjadi candu siapapun yang mendengarnya. Keluarga Revan memang sudah tahu sejak lama bakat yang dimilikinya dan mereka semua sangat mendukung, terutama mama.

Begitu pula dengan Ara. Ia sering sekali mendengar abangnya bernyanyi di rumah, diiringi petikan gitar miliknya. Semua anak mama memang hebat-hebat. Mereka punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Jika Ara sangat pintar dalam bidang akademik. Maka Revano hebat dalam hal bermusik. Keduanya adalah dua keistimewaan yang berbeda. Bukan untuk dibandingkan tapi untuk saling melengkapi satu sama lain.

Ara turun dari motor kemudian membuka helm miliknya dan menyerahkan nya pada Revano yang masih duduk di atas motor.

"Langsung masuk kelas," Ujar Revano mengintruksi.

"Hmm," Ara hanya berdehem kemudian membalikan badannya untuk segera pergi dari parkiran. Ia agak sedikit risih dengan orang-orang yang terus memperhatikannya.

"Eh... Ada yang lupa," Ucap Revano dengan sedikit keras yang berhasil membuat Ara menghentikan langkahnya dan kembali membalikan badan. "Apa?" Tanyanya malas.

Revano menunjukkan tangan kanannya pada Ara. Tanda kalo Ara belum menyalami tangannya itu. Ya meskipun umur keduanya hanya berbeda satu tahun saja, namun mama sering bilang, mau umurnya beda satu tahun, dua tahun atau berapapun itu. Intinya kita harus tetap menghormati dan menghargai yang lebih dewasa dari kita.

Membuat Ara kembali menghampiri Revan meskipun dengan sedikit kesal.

"Ih ngeselin banget sih," Ucap Ara namun tak urung mencium tangan Revan.

"Yap adik yang baik." Revan menepuk-nepuk kepala Ara. "Sana belajar yang bener," Ucapnya membuat Ara mendengus.

"Abang juga jangan nongkrong terus di warung teh Eni, jangan bolos diem di rooftop, taman belakang sekolah, atau di manapun deh pokoknya. Aku gak akan segan-segan bilang ke mama." Ancam Ara.

"Iya. Siap bos," Ucap Revano memberi tanda hormat. Baru saja Ara akan kembali melanjutkan langkahnya namun ia urungkan dan kembali dan menatap Revan.

Garis Takdir || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang