4. Arti sebuah pengorbanan

79 7 3
                                    

🎶

Tuhan ku cinta dia, ku ingin bersamanya
Ku ingin habiskan nafas ini berdua Dengannya
Jangan rubah takdirku, satukanlah hatiku
Dengan hatinya
Bersama sampai akhir

-Jangan rubah takdirku-

"Sakitnya mencintai sebelah pihak. Ketika mulut berkata ingin menyerah tapi hati masih bersikeras ingin bertahan. Dan saat itulah air mata yang menjadi pelampiasan."
-Revano Alkan Pradipta

****

Malam itu hujan turun sangat deras disertai dengan angin kencang dan juga petir yang menyambar-nyambar. Sejak satu jam lalu Revan bergelung dengan selimut tebalnya, namun ternyata kantuk tak kunjung datang juga. Setelah dirinya dan Rania bertukar kabar lewat telepon dan gadis itu memberi tahukan bahwa besok dirinya sudah boleh kembali bersekolah, sejak itu pula senyum Revan tak kunjung luntur dari bibirnya. Jujur Revan sudah tidak sabar untuk bertemu Rania di sekolah. Revan sangat merindukan gadisnya itu.

Revan mendudukan dirinya diatas kasur dan memilih untuk beranjak dari sana menuju kearah meja yang terdapat cermin besar disana. Kemudian ia duduk dikursi depan cermin.

Revan menatap nanar pantulan dirinya dihadapan cermin. Memperlihatkan bekas luka sepanjang 15 sentimeter di pinggang sebelah kanannya. Tangan Revan bergerak kearah perban lalu membukanya begitu saja, memperlihatkan jahitan di kulitnya yang terlumuri darah. Jujur Revan sangat malas untuk membersihkannya.

Terhitung sudah enam hari setelah operasi yang dilakukan pada tubuhnya. Revan merasa ia menjadi lebih mudah lelah, dan lukanya itu selalu terasa sakit jika bergerak terlalu lama dan yang paling membuat Revan kesal adalah hidungnya yang selalu mimisan tanpa lihat situasi dan kondisi. Menyebalkan memang, tapi Revan harus bisa beradaptasi dengan kondisi tubuhnya yang sekarang.Ya Revan lah orang yang mendonorkan ginjalnya untuk Rania. Revan tidak tega melihat Rania yang selalu kesakitan, ia merasa tidak berguna jika terus diam saja. Meski Rania belum membalas perasaannya namun Revan rela mengorbankan apapun demi gadis yang dicintainya itu. Ia yakin suatu saat gadisnya itu akan membalas perasaannya juga. Mungkin Revan terlihat bodoh dan rela saja berkorban untuk orang yang sama sekali tak pernah menganggapnya ada. Tapi setidaknya dengan ini ia merasa lega karena Rania bisa sembuh dan kembali sehat seperti dulu dan Revan merasa senang karena sekarang ditubuh Rania ada bagian tubuhnya juga. Meski kini Revan yang harus merasa kesakitan dan harus bisa bertahan hidup dengan satu ginjal.

Tak terasa hidung Revan kembali mengeluarkan darah segar yang cukup banyak. Membuat Revan mendongakkan kepalanya agar darah tak terlalu banyak keluar. Ya lagi-lagi mimisan. Dan terhitung sudah 3 kali Revan mimisan hari ini.

Revan membuka laci meraba-raba untuk mengambil keberadaan tisu di sana. Namun nihil ternyata tidak ada. Entah dimana letak tisu itu sekarang, mungkin Revan lupa meletakkannya.

Hingga suara ketukan pintu mengalihkan perhatiannya dan membuat Revan kocar-kacir bingung harus apa sekarang. Ia tidak mau orang rumah melihat keadaannya seperti ini.

Revan lantas berlari kearah kamar mandi untuk menghindari orang yang nanti akan masuk ke dalam kamarnya.

"Bang ... Aku masuk ya?" Seru Ara dari depan pintu.

"Iya masuk aja gak di kunci kok." Revan bersuara dari dalam kamar mandi.

Ara lantas membuka pintu dan masuk. Namun tak melihat keberadaan abangnya itu. "Abang dimana sih? Dikamar mandi ya?"

"Itu tahu, pake nanya lagi. Mau ngapain sih ganggu aja?"

"Dih gak usah ngegas kali. Aku mau pinjem charger abang dong. Punyaku ketinggalan di laci meja sekolah."

"Dasar pelupa."

"Udahlah gak usah ngomel. Tinggal kasih tunjuk aja dimana letak charger itu berada," Ucap Ara dramatis.

"Itu... Di atas meja belajar,"

"Oke. Aku ambil ya." Ara berjalan mengambil barang yang akan ia pinjam.

"Aku pinjem ya bang."

"Eh jangan lupa tutup lagi pintunya."

"Oke sip. Abang lama banget sih di kamar mandi. Lagi ngapain emangnya?"

"Kepo," Jawab Revan membuat Ara mendengus kemudian pergi dari kamar Revan.

******

Setelah berkutat dengan tisu dan darah yang terus mengalir dari hidungnya, kini Revan melangkahkan kakinya untuk berjalan membuka pintu balkon kamar. Revan mendudukkan diri dikursi yang ada di sana. Dengan gitar yang ada di pangkuan, ia menatap langit yang masih setia menurunkan rintik hujan, namun sekarang sudah tidak terlalu deras. Revan membiarkan dinginnya angin malam menyelusup masuk kedalam kamar dan membiarkan angin menerbangkan rambut hitamnya dan membelai wajah tampannya. Revan selalu suka bernyanyi dikala hujan, apalagi ketika dirinya sedang galau. Ia merasa jika semesta juga sedang ikut bergalau ria dengannya.

Revan memetik senar gitarnya, kemudian tak lama terdengar suara merdunya kala bernyanyi. Revan menyanyikan lagu "Jangan Rubah Takdirku" Dari Andmesh Kamaleng. Entah mengapa Revan memilih lagu itu. Yang jelas, saat ini ia hanya ingin menyuarakan isi hatinya saja terhadap sang kekasih hati. Meskipun Rania tidak mendengarnya.

Di setiap doaku, di setiap air mataku
Selalu ada kamu
Di setiap kataku ku sampaikan cinta ini cinta kita

Ku tak akan mundur, ku tak akan goyah
Meyakinkan kamu mencintaiku

Tuhan ku cinta dia, ku ingin bersamanya
Ku ingin habiskan nafas ini berdua Dengannya
Jangan rubah takdirku, satukanlah hatiku
Dengan hatinya
Bersama sampai akhir

Di setiap kataku ku sampaikan cinta ini
Ohh cinta kita
Ku tak akan mundur, ku tak akan goyah
Meyakinkan kamu mencintaiku

Tuhan ku cinta dia, ku ingin bersamanya
Ku ingin habiskan nafas ini berdua dengannya
Jangan rubah takdirku, satukanlah hatiku
Dengan hatinya
Bersama sampai akhir

Revan memejamkan matanya bersamaan dengan angin yang menerpa wajahnya. Ia tersenyum getir kala secercah bayangan tentang mesranya Rania dan Arga dibelakangnya kembali menyergap pikirannya. Ternyata begini sakitnya mencintai sebelah pihak. Ketika dengan mati-matian Revan berusaha meyakinkan Rania jika ia benar-benar tulus mencintainya. Namun dengan mudahnya laki-laki lain bisa mendekatinya tanpa syarat ataupun keraguan.

Namun Revan tak akan menyerah pada keadaan. Ia akan tetap berjuang dan berusaha agar Rania menoleh padanya, agar Rania melihat perjuangannya, agar Rania mau membuka hatinya dan menganggap dirinya sebagai pacar seutuhnya.

Ia yakin suatu saat perasaannya akan berbalas, ia yakin dan sangat yakin suatu saat Rania akan mencintainya seperti dirinya yang mencintai Rania.

Revan berharap takdir mempersatukan dirinya dengan Rania. Sungguh Revan tak pernah menyangka jika ia akan jatuh cinta sedalam ini. Gadis cantik, baik nan lugu itu berhasil membuatnya jatuh. Jatuh sejatuh-jatuhnya pada cinta yang indah namun ternyata menyakitkan.




🥀love❤

Garis Takdir || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang