3. Terimakasih orang baik

120 15 3
                                    

🎶

Sebagai kekasih yang tak dianggap
Aku hanya bisa mencoba mengalah
Menahan setiap amarah
Sebagai kekasih yang tak dianggap
Aku hanya bisa mencoba bertahan
Ku yakin kau kan berubah
Suatu saat nanti

-kekasih yang tak dianggap-

"Jatuh cinta adalah anugerah yang sangat luar biasa. Dan jatuh cinta bisa membuat siapapun melakukan apapun tanpa dia pikirkan terlebih dahulu dampak yang akan dia terima. Dia akan melakukan apapun untuk orang yang dicintainya termasuk nyawanya sekalipun."
-dari aku si bucin tingkat akut

****

Maka disini lah Revan sepulang sekolah. Tadi ia memutuskan untuk menjenguk Rania setelah mengantarkan Ara pulang. Revan tengah melangkahkan kakinya di Koridor rumah sakit dengan sekantung buah-buahan ditangannya.
Revan tak henti-henti menerbitkan senyum manisnya karena sebentar lagi rindunya ini akan terbalaskan.

Revan kembali mengingat bagaimana pertama kali ia bertemu dengan Rania. Dimana Revan hanya sekedar membantu Rania tapi justru ia malah jatuh cinta pada gadis itu.

Pada waktu itu Revan tak sengaja melewati gudang belakang sekolah dimana jarang sekali orang lewat sana. Namun karena waktu itu Revan tengah dihukum untuk membersihkan halaman depan gudang, jadi mau tak mau dia lewat sana. Revan mendengar suara tangisan dan jeritan minta tolong dari dalam gudang yang membuatnya agak sedikit bergidik. Namun sedetik kemudian suara tamparan terdengar hingga membuatnya tertarik untuk melihat apa yang terjadi. Revan mendekati pintu gudang yang ternyata dikunci. Kemudian ia mencoba mengintip dari celah kunci, Revan melihat di sana ada seorang gadis yang terduduk lesu sembari tak henti-hentinya menangis dengan seorang laki-laki yang berdiri dan hendak melayangkan tamparannya kembali. Revan merasa iba pada gadis malang itu. Kemudian tanpa pikir panjang ia mendobrak pintu gudang dan membuat perhatian dua orang didalam sana tertuju padanya. Revan masuk dan tak segan melayangkan pukulannya pada laki-laki bajingan itu. Dan perkelahian pun tak dapat dihindarkan. Gadis malang itu hanya mampu menangis ketakutan melihat perkelahian dua orang yang semakin brutal. Jangankan untuk memisahkan keduanya, untuk berteriak saja rasanya sulit. Hingga beberapa menit berlalu dan tentu saja perkelahian dimenangkan oleh Revan hingga membuat laki-laki tadi terkulai lemas tak berdaya.

Gadis tadi tanpa ragu memeluk Revan erat seakan meminta perlindungan padanya. Bahunya bergetar, tangannya luruh begitu saja membasahi pipinya. Revan ikut membalas pelukannya. Ia mengelus punggung gadis itu. Mencoba menenangkan nya. Dan kalian tahu siapa gadis itu? Dia adalah Rania dan laki-laki brengsek itu adalah kekasihnya. Arga yang selalu menyiksa dirinya dan hampir saja melecehkan Rania jika Revan tidak segera datang menolongnya. Sejak saat itu keduanya semakin dekat sebagai teman. Dan karena Revan yang selalu menyakinkan nya, membuat Rania memiliki keberanian besar untuk mengakhiri hubungannya dengan Arga. Selain tidak ada kecocokan. Rania juga lelah terus-terusan menjadi pelampiasan kemarahan Arga. Banyak hal yang baru Revan tahu dari sosok gadis berparas cantik bernama Rania yang ternyata mengidap penyakit yang cukup berat, yakni gagal ginjal. Seiiring berjalannya waktu rasa nyaman itu muncul dengan sendirinya, Revan yang waktu itu sudah jatuh cinta pada pandangan pertama membuatnya berani untuk mengungkapkan isi hatinya pada Rania. Yang tanpa diduga langsung menerima cintanya. Sungguh Revan tak menyangka. Revan berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu menjaga Rania bahkan melakukan apapun untuk kesembuhan Rania. Meskipun Revan merasa Rania masih saja ragu dengan ketulusannya dan kerena rasa trauma nya yang telanjur menganggap kalau semua laki-laki sama saja. Meski Revan selalu meyakinkan bahwa dirinya memang serius dan tulus mencintai Rania. Namun ia selalu menjawab "iya aku tahu" Dan tanpa mengungkapkan balik perasaannya pada Revan hingga membuat Revan merasa cintanya ini masih abu-abu, namun ia tak akan menyerah sampai Rania benar-benar jatuh cinta padanya.

Akhirnya Revan sampai disalah satu pintu kamar rawat inap dilantai tiga. Tapi, saat didepan pintu dengan tangan yang sudah siap membuka kenop nya, ntah kenapa Revan menarik kembali tangannya dengan mata menyorot lurus ke arah kaca buram di depannya. Dimana Revan bisa melihat bayangan orang di dalam.

Otomatis Revan mundur saat seseorang membuka pintu dari dalam, membuat Revan berhadapan dengan satu cowok yang memakai seragam sekolah yang sama dengannya. Menatap Revan dengan senyum meremehkan dan pergi melenggang begitu saja. Kalian mau tahu siapa dia. Arga. Mantan Rania. Sudah sering sekali Revan memergoki keduanya bersama. Namun ia tak mau memusingkan hal itu meskipun ia tahu Rania masih saja mengharapkan laki-laki brengsek itu. Entahlah. Padahal sudah jelas Arga menyakitinya, namun masih saja berharap. Bahkan Revan sudah mengetahui sejak lama kalau kekasihnya itu masih menyimpan foto-foto Arga di galeri handphone- nya, juga chat lamanya bersama Arga. Apa Rania tidak tahu kalau disini ada yang lebih tulus padanya.

"Eh Re, tadi Arga cuma...."

"Gimana keadaan kamu?" Revan memilih mengalihkan pembicaraan saja. Ia malas membahas laki-laki itu.

"Baik. Malahan satu atau dua hari lagi juga boleh pulang. Aku udah bosen makan makanan rumah sakit, hambar," Seru Rania.

Revan hanya tersenyum. Duduk di kursi dekat ranjang kemudian meletakan kantung kresek hitam yang berisi buah-buahan yang tadi ia beli. "Nih Ran aku beliin kamu buah-buahan, nanti dimakan ya," Ucapnya yang diberi anggukan oleh Rania.

"Re?" Panggil Rania membuat Revan menatap nya lekat.

"Iya kenapa? Hm,"

"Kamu... Gak marah?"

"Kenapa harus marah?"

"Tadi kan Arga...."

Revan mengelus puncak kepala Rania sayang. "Enggak kok aku gak marah lagian dia cuman jenguk kamu doang kan?"

Rania tersenyum. "Re aku boleh peluk kamu gak?"

Revan mengangguk kemudian berdiri dan duduk di samping tempat tidur Rania. Ia merentangkan tangannya. Membuat Rania memeluknya erat.

"Re?"

"Iya"

"Aku gak nyangka ada orang baik yang rela mendonorkan ginjalnya buat aku." Rania tersenyum dalam pelukan Revan.

"Iya dia baik banget."

"Aku pengen tahu deh siapa orang itu,"

"Gak perlu sayang. Cukup dokter sama Tuhan aja yang tahu. Lagian orang itukan minta kalo identitasnya jangan diberitahu sama siapapun. Ya kita harusnya menghargai keputusan dia," Jelas Revan panjang lebar.

Rania melepas pelukannya. "Kenapa?"

Revan mengendikan bahunya. "Mungkin aja dia cuman pengen berbuat baik tanpa perlu banyak orang lain tahu."









Garis Takdir || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang