"Kamu adalah salah satu alasan yang membuatku ingin hidup lebih lama lagi di dunia ini untuk menikmati waktu berdua denganmu dan menciptakan kenangan manis yang tentunya sulit dilupakan."
-Revano Alkan pradipta****
"Maaf ya Re, jadi nunggu lama. Kamu sih mau ngajak jalan-jalan nggak bilang dulu dari awal. Buat apa kamu punya kontak aku kalo ada hal kayak gini tapi tetap aja ngasih tahunya dadakan." Rania baru saja keluar dari dalam rumahnya dengan perasaan kesal. Karena tiba-tiba saja Revan menelponnya dan mengatakan jika dia sudah ada di depan rumah dan akan mengajaknya jalan-jalan di malam minggu ini.
Revan menurunkan ponselnya dari depan wajah. Dan terlihat gadis cantik di hadapannya yang memberenggut kesal. Revan terpaku, pacarnya ini memang sangat cantik malam ini. Penampilannya yang sederhana namun selalu membuat Revan terpesona. Gadis itu memakai celana jeans panjang dan hoodie berwarna merah muda. Rambut sebahunya ia biarkan terurai. Penampilan sederhana yang mampu membuat siapapun terpana melihatnya. Sudahlah Revan memang menyukai apapun yang ada pada gadis ini."Ran?"
"Apa?"
"Kamu cantik banget malam ini." Puji Revan membuat Rania yang tengah memanyunkan bibirnya lantas bersusah payah untuk menahan diri agar tidak tersenyum.
"Tahu, aku emang cantik. Tapi aku masih kesel sama kamu. Revano."
"Iya maaf. Aku ngasih tahunya dadakan. Lagian sekarang kamunya juga udah cantik. Emangnya kalo aku kasih tahu mau ajak kamu jalan dari awal mau apa? Pergi ke salon dulu. Dandan dulu sampe berjam-jam. Enggak perlu sayang. Kamu mah udah cantik dan aku...."
"Udah dulu ngocehnya, hayu buruan pergi nanti keburu hujan." Rania berjalan mendahului Revan.
"Ran?"
"Apa lagi?"
"Orang tua kamu beneran nggak ada?"
"Beneranlah. Mereka masih belum pulang dari kantor. Emangnya kenapa sih?"
"Enggak. Tapi, tadinya aku pengen banget ketemu orang tua kamu."
"Mau apa?"
"Minta izin ke mereka mau pinjem gadis cantiknya."
Rania melipat tangannya di depan dada. "Apa! Pinjem? Emangnya aku barang?"
"Ya udah nggak jadi pinjem deh?"
"Terus jadinya apa?"
"Jadinya aku mau bilang aja ke mereka kalo gadis cantiknya pengen aku lamar, terus cepat-cepat nikahin deh biar sah jadi istri aku." Jawab Revan sambil terkekeh geli mendengar ucapannya sendiri.
"Apa sih Re." Namun pipinya itu tak bisa diajak kompromi. Dan lihat pipi Rania sekarang sudah kembali merah mendengar kata-kata Revano barusan.
Revan merangkul pundak Rania. "Udah jangan ngambek, kan mau jalan-jalan. Aku mau ajak kamu ke suatu tempat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir || End
Teen Fiction~Garis Takdir Di pertemukan dan dipisahkan oleh takdir. Tapi bisakah aku meminta pada Tuhan untuk menghapus takdir perpisahan agar kita berdua selalu bersama tanpa adanya kata menyakitkan bernama kehilangan.