"Apa aku layak dicintai dengan tulus oleh orang yang semula keberadaannya aku tolak dan bahkan aku tak pernah menganggapnya ada?"
-Rania Shanika Queensha****
"Ikut gue!" Tiba-tiba tangan besar seseorang menarik tangan Rania dengan kasar. Membuatnya yang semula duduk sambil bercanda ria dengan teman-teman sekelasnya terpaksa berdiri. Semua orang yang ada di kelas pun lantas terdiam dan tak berani mengatakan apa-apa. Karena mereka semua tak ingin ikut campur dalam masalah keduanya.
"Ikut gue." Orang itu kembali menarik paksa tangan Rania hingga membuatnya meringis.
"Lepasin Ar, sakit." Rania terus berusaha melepaskan cekalan tangan Arga. Ya laki-laki itulah yang sedari tadi memaksanya untuk ikut bersamanya.
"Gue nggak peduli." Rania mau tidak mau pasrah mengikuti langkah kaki Arga yang membawanya keluar kelas.
"Ar lepasin ... Kamu mau bawa aku kemana?"
"Gue nggak bakalan lepasin. Mending lo diem nggak usah bawel." Arga kembali menarik Rania ke arah taman belakang sekolah yang sepi. Taman ini memang jarang dikunjungi oleh orang-orang. Mungkin karena tempatnya yang berada diujung sehingga membuat orang malas walaupun hanya untuk sekedar lewat saja.
Ketika sampai di sana Arga menghempaskan tubuh Rania hingga membuatnya terduduk dengan cukup keras ke bawah rerumputan taman yang terdapat kerikil dan bebatuan kecil. Rania meringis karena lutut dan sikutnya terbentur bebatuan yang ada di sana hingga lecet dan mengeluarkan darah.
"Kamu kasar banget sih Ar sama aku. Mau kamu tuh apa sih? Kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi, kalo kamu lupa." Tekan Rania. Tak terasa air mata sudah mengalir deras membasahi pipinya. Arga terkekeh kemudian merendahkan tubuhnya dan menekuk sebelah lutut untuk menyejajarkan tinggi badannya dengan Rania yang tengah terduduk.
Arga mengelus pipi Rania dan menghapus jejak air mata yang yang membasahi pipi gadis itu. "Kok nangis sih? Belum juga aku apa-apain." Rania menepis tangan Arga dari wajahnya.
"Cowok gila," Tukas Rania. Membuat Arga menatapnya tajam dan tanpa diduga Arga melayangkan tamparan pada pipi mulus Rania hingga meninggalkan bekas merah disana. Rania dibuat semakin tak mengerti oleh sikap Arga yang berubah-ubah dalam waktu yang sangat singkat.
"Apa lo bilang hah!" Arga mencengkram dagu Rania. Gadis itu sudah menangis sejadi-jadinya.
"Gila! Kamu benar-benar gila Ar. Aku punya salah apa sama kamu? Asal kamu tahu, Revan gak pernah main kasar kayak gini sama aku, dia selalu memperlakukan aku dengan baik dan menjaga aku. Gak kayak kamu yang beraninya kasar sama cewek."
"Apa! Revan. Gue minta lo Jahuin dia. Gue mau lo balik lagi sama gue," Ucapnya penuh penekanan.
"Gak. Aku gak bakalan mau balik lagi sama kamu cowok kasar kayak kamu." Rania kembali menangis sembari memegangi pipinya yang terasa kebas dan panas akibat tamparan Arga.
Tak lama Arga membawa Rania ke dalam pelukannya. Laki-laki itu memeluknya erat hingga membuat Rania sesak. Rania meronta-ronta meminta dilepaskan, namun Arga justru semakin erat memeluknya.
"Arga lepasin. Aku gak bisa nafas."
"Gak. Gak bakalan gue lepasin sebelum lo mau balikan lagi sama gue dan gue bakalan...."
BUGH!!
Rania terhenyak ketika tubuh Arga ditarik paksa dari tubuhnya yang sedari tadi berada dipelukan Arga yang membuatnya sesak. Arga tersungkur setelah mendapat tendangan di punggungnya yang dilayangkan Revano.
"LAWAN GUE BANGSAT KALO BERANI! JANGAN SAMA CEWEK. BANCI LO." Teriak Revan menggebu-gebu. Ia semakin dikuasai emosi ketika melihat kondisi Rania yang tidak dapat dikatakan baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir || End
Teen Fiction~Garis Takdir Di pertemukan dan dipisahkan oleh takdir. Tapi bisakah aku meminta pada Tuhan untuk menghapus takdir perpisahan agar kita berdua selalu bersama tanpa adanya kata menyakitkan bernama kehilangan.