• never say •

1.7K 176 14
                                    

sorry for typo,
and happy reading!

Semilir angin menerpa wajah rupawan pemuda itu, menerbangkan helai poni rambutnya. Ia menikmati sejuknya hawa sembari memejamkan mata. Di kedua telinganya terpasang earphone yang telah disetel dengan musik olehnya.

Sudah menjadi kebiasaan bagi pemuda bernama lengkap Park Sunghoon itu datang ke rooftop sekolah saat jam istirahat begini. Hanya sekedar untuk mencari angin sambil mendengarkan musik.

Di tengah kegiatannya, tiba-tiba Sunghoon merasakan seseorang memeluknya dari belakang. Bibirnya tersenyum ketika mengenali wangi parfum yang begitu familiar di indera penciumannya.

"Jake?"

Jake Shim, pemuda yang memeluk Sunghoon itu menyengir lucu. Kepalanya menyembul dari pundak si pemuda Park karena perbedaan tinggi badan mereka.

Sunghoon segera melepas salah satu earphone di telinganya, "apa yang kau lakukan di sini hmm?"

"Aku mencarimu ke mana-mana, tahu? Rupanya kau ada di sini."

Sunghoon seketika merasa kosong saat Jake melepas pelukannya. Namun, dia memilih diam. Membiarkan Jake pindah berdiri di sampingnya.

"Kenapa mencariku?" tanyanya.

Jake menoleh, "memang harus ada alasan saat aku ingin bertemu denganmu, huh?"

Tangan pucat Sunghoon terulur untuk mengusak gemas surai halus Jake. Terkekeh kecil mendengar jawaban pemuda bermarga Shim itu.

"Kenapa tidak pergi ke kantin? Kau tidak makan?" tanyanya lembut.

"Kau sendiri kenapa tidak ke kantin? Dan malah mendengarkan musik di sini." balas Jake.

Menghela nafas, Sunghoon mencoba bersabar mendengar jawaban Jake.

"Aku sudah makan, Jake."

"Oh ya? Kapan?"

"Tadi pagi."

"Itu namanya sarapan, bodoh!" Jake memukul lengan Sunghoon.

"Yang penting sudah makan." Sunghoon berdalih.

"Ini, gratis untuk orang bodoh sepertimu." Jake menyerahkan sekotak susu pisang.

"Bagaimana denganmu?"

"Aku sudah makan sandwich tadi di kelas."

"Ah, seharusnya yang kau berikan padaku itu sandwich-nya saja."

"Tak hanya bodoh, kau juga tidak tahu diri!" lagi-lagi Jake memukul Sunghoon, kali ini di kepalanya.

Gelak tawa terdengar dari belah bibir Sunghoon, terhibur dengan raut kesal Jake yang tampak menggemaskan baginya. Apalagi bibir merah pemuda Shim itu yang mencebik seperti bebek.

"Ini, ambil! Kalau tidak mau ya sudah!"

"Tidak mau, kau tidak berniat memberi—ah iya iya baiklah!" Sunghoon segera menghindar ketika Jake sudah ancang-ancang hendak memukulnya lagi.

"Kau menyebalkan! Aku menyesal datang kemari!" sungut Jake kesal.

Sedangkan Sunghoon hanya tertawa pelan. Lalu mengelus kepala Jake, merangkul pundak pemuda itu untuk bergeser lebih dekat.

"Maaf, hmm? Kau minum saja susu pisang itu, aku akan makan di kelas nanti."

"Kau yakin?"

"Iya, Jakey."

this is sungjakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang